Mungkinkah, pertemuan pertama membawaku terhanyut dalam cinta pertama?
(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila dan Bik Sumi melihat ke arah bocah cantik yang turun dari tangga dan berjalan ke arah mereka. Bocah cantik itu membawa tas yang di dalamnya sudah ada beberapa buku.“Aku mau belajar sama Kakak Cantik,” ucap Thania mendekat pada Bik Sumi.Syakila melongo terheran-heran dibuatnya. Ia tidak menyangka bocah cantik itu mau belajar dengannya. Padahal tadi wajahnya menunjukkan tidak bersahabat.“Aku mau belajar sama Kakak Cantik, duduklah, Kak!” ucap Thania memerintahkan sambil melambaikan tangan mungilnya pada Syakila. Bahkan sekarang gadis itu tersenyum manis.Syakila membalas tersenyum. Dengan canggung ia duduk di samping bocah cantik itu.Dua jam Syakila mengajar. Karena keluwesan dan kesabarannya Thania sudah mulai terbuka dan beradaptasi dengannya. Bahkan bocah cantik itu sudah mulai banyak bertanya.“Tadi aja kelihatan jutek amat. Eh, ternyata tidak sulit menaklukkan hati bocah cantik ini,” gumam Syakila sedikit lega.“Besok Kakak Cantik ke sini lagi ‘kan?” tanya Thania sambil merapikan buku-bukunya.“Iya, Setiap sore Kakak akan ke sini. Kita belajar bareng lagi. Thania mau ‘kan?” Bocah cantik itu langsung mengangguk mantap sambil mengacungkan jempol.“Anak cantik ... semangat belajarnya, ya. Kak Syakila senang bisa mengajar Thania. Baiklah, belajar hari ini kita akhiri dulu dengan membaca Alhamdulillah,” ucap Syakila lembut sambil mengelus rambut panjang Thania. Bocah cantik itu mengikuti Syakila berdoa dengan mengangkat tangannya.“Iya, Kak. Aku juga senang bertemu dengan Kakak cantik. O iya, besok papaku datang. Aku akan kenalkan pada Kakak cantik, ya,” ucapnya sambil tersenyum manis.Deg!“Kenapa belum dikenalkan aja hatiku udah dag-dig-dug duluan. Astagfirullah,” gumam Syakila sambil mengusap kasar wajahnya.“Kakak kenapa?” tanya Thania, ia heran dengan apa yang dilakukan Syakila.“Eh, enggak kenapa-napa, kok.” Syakila tersenyum canggung. Thania mengangguk seolah sudah mengerti.“Kakak pamit pulang dulu, ya.”“Iya, kapan-kapan Kakak cantik menginap di sini, ya.”“Kenapa harus menginap, Sayang?”“Aku pingin aja ada yang nemenin tidur,” ungkapnya jujur. Syakila tidak menyangka bocah cantik di depannya mengatakan itu. Padahal mereka baru saja kenal.“Iya, Non. Nanti minta izin papanya Non Thania dulu, ya.” Bik Sumi tiba-tiba mendekat dan ikut menimpali. Wanita tua itu melihat Syakila gelisah dalam menjawab pertanyaan Thania.“Aku pingin Kakak cantik mau tidur di sini menemaniku. Biar aku ada temannya,” ucapnya polos.Syakila tersenyum canggung. “Benar yang dikatakan Bibi, Sayang. Thania harus minta izin dulu sama papa. Baru kalau diizinkan Kakak tidur di sini,” bujuk Syakila. Dengan lembut ia menolak ajakan Thania.“Ya sudah, besok aku bilang Papa,” ucapnya sambil berlalu. Bocah cantik itu menaiki tangga dengan sedikit berlari.“Maaf, ya. Non Thania memang kesepian. Dia tidak banyak punya teman. Apalagi ini kompleks perumahan elit, jadi jarang berinteraksi dengan anak-anak yang sebaya dengannya. Bermain dengan teman pun hanya waktu sekolah,” papar Bik Sumi.“Iya, Bik. Enggak apa. Maaf, kalau boleh tau mamanya Thania di mana?” tanya Syakila. Entah, sejak tadi hati kecilnya bertanya-tanya. Rasa ingin tahunya sudah tidak bisa lagi ia bendung.“Kedua orang tua Non Thania bercerai saat usianya masih empat belas bulan,” ungkap Bik Sumi.“Kenapa hak asuh Thania tidak jatuh pada mamanya? Maaf, dia ‘kan masih kecil.”Bik Sumi tersenyum miris. Hingga lama wanita itu tidak mengatakan apa-apa, membuat Syakila canggung. Ia menyadari pertanyaannya mungkin sudah masuk privasi keluarga tersebut.“Saya, permisi pulang dulu, Bik,” pamitnya merasa tidak enak hati.“Kehadiran Non Thania tidak pernah diharapkan mamanya. Sejak lahir tidak pernah mendapat sentuhan dari sang mama,” ungkap Bik Sumi yang membuat Syakila menghentikan langkahnya untuk mengambil tas ransel yang berada di sofa.“Maaf ... kok, bisa Setega itu dengan darah dagingnya sendiri, Bik?” tanyanya lirih.“Itulah, Nak. Bahkan saat ada dalam kandungan Non Thania sudah berusaha digugurkan. Beruntung Den Kasyaf selalu mengetahui rencananya sehingga bisa menggagalkannya,” ungkap Bik Sumi.“Astaghfirullah ... tega sekali,” ucapnya lirih.“Maaf, Bibi jadi lancang menceritakan pada Nak Syakila.”“Enggak apa kok, Bik. Inshaallah saya bisa jaga rahasia. Sudah mau Maghrib saya permisi dulu. Assalamualaikum,” pamitnya.“Wa’alaikumussalam. Terima kasih, Nak. Semoga Nak Syakila kerasan. Non Thania juga enggak rewel sama Nak Syakila,” ucapnya penuh harap.“Aamiin ... Inshaallah, Bik.”Keesokan harinya, setelah pulang dari kampus. Syakila pergi ke rumah sakit melihat kondisi sang ayah yang sudah mulai membaik setelah cuci darah. Kemarin uang yang di berikan Azizah padanya sudah ia bayarkan pada bagian administrasi.“Bagaimana kata dokter, Bu?” tanyanya pada Dita.“Alhamdulillah, Nak. Ayahmu sudah mulai membaik, tapi dokter menyarankan untuk tetap cuci darah satu bulan sekali.”“Alhamdulillah. Ayah jaga kesehatan terus, ya,” ucapnya pada sang ayah yang masih terbaring di atas brankar. Dimas mengangguk.“Maafkan Ayah yang sudah merepotkanmu, Nak.”“Ayah jangan pernah bilang begitu. Sudah kewajibanku untuk menjaga dan merawat Ayah,” ucapnya tulus.Setelah cukup beristirahat tiga puluh menit di rumah sakit. Syakila pamit untuk mengajar.“Aku harus mengajar dulu, Ayah, Ibu.” Syalila menyalami tangan kedua orang tuanya.“Hati-hati, ya, Nak. Kalau pulangnya sampai malam enggak ada angkot kamu nelepon Fauzi, biar adik kamu yang jemput,” ujar Dita.“Iya, Bu.”***Setelah turun dari angkot. Syakila harus berjalan sekitar dua ratus meter menuju rumah Thania. Maklum ia mengajar di perumahan elite yang dijaga ketat oleh satpam.Syakila mengetuk pintu rumah tersebut setelah Pak Wawan membukakan pintu gerbang untuknya.“Assalamualaikum, Bik,” sapa Syakila dengan senyum tulus pada Bik Sumi.“Wa’alaikumussalam, mari masuk, Nak! Non Thania sudah menunggu Nak Syakila.”“Maaf, saya terlambat, ya?” ucapnya sambil melihat arloji di tangan kirinya.“Enggak, kok, Nak. Memang Non Thania saking semangatnya belajar sama Nak Syakila. Habis tidur siang langsung minta mandi,” ujar Bik Sumi.“Kakak ...,” panggil bocah cantik itu. Ia berlari menghampiri Syakila dan memeluknya.“Hello, Cantik,” sapa Syakila lembut.“Hello ... aku udah nungguin Kak Syaki sejak tadi,” ungkapnya.“What, Kak Syaki? Aku paling enggak suka dipanggil Syaki. Nama aku Syakila,” gumam Syakila. Panggilan itu paling tidak dirinya sukai. Sang adik sering memanggil seperti itu dan ia marah.Syakila masih berusaha tersenyum lembut, meskipun jiwanya memberonta dengan panggilan itu.“Kak Syaki, ayo mulai belajar!” ajak Thania sambil menggandeng jemarinya.“Sayang, panggil Kak Syakila, jangan Syaki, ya!” pintanya.“Kenapa?”“Nama Kakak ‘kan Syakila, Sayang,” ucapnya lembut.“Oke, baiklah! Kak Sya-ki-la,” ucap Thania mengeja sambil tersenyum menunjukkan gigi susunya yang masih rapi. Syakila ikut tersenyum menanggapinya.“Ehm!”Suara deheman dari laki-laki tampan yang berdiri tidak jauh dari Thania dan Syakila duduk, membuat keduanya menoleh.“Papa!” teriak bocah cantik itu. Ia langsung berdiri memeluk sang papa.Syakila tercengang. Ia diam membeku di tempatnya duduk, hanya bisa melihat laki-laki tampan yang berdiri tidak jauh darinya. Ada perasaan canggung, hatinya pun kembali berdesir.Jatuh hati mengajarkan aku bagaimana memberanikan diri, juga bagaimana menjadi sabar saat sikapmu bertentangan dengan hati nuraniku.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila masih bergeming di tempat duduknya. Ia hanya bisa menelan saliva, mengurangi kegugupannya.“Kakak Cantik ... kenalkan ini Papa Thania,” ucap bocah cantik itu mencairkan kebekuan Syakila. “I-iya,” jawab Syakila terbata. Ia masih berusaha menata hati dan tingkah laku supaya tidak menjatuhkan imagenya sebagai wanita. Ia juga seorang pendidik harus bisa jaga tata Krama seorang guru. Tidak mungkin dia berbuat bar-bar dan agresif.Kasyaf melihat ke arahnya dengan tatapan tajam. Memindai penampilan gadis itu dari atas hingga ke bawah. Membuat Syakila semakin canggung dibuatnya. Setelah itu laki-laki tampan tersebut memalingkan wajah, terlihat sekali keangkuhannya.“Pe-perkenalkan saya Syakila, guru les privat Thania,” ucapnya canggung sambil menangkupkan tangan di depan dada“Hmm,” jawabnya tanpa men
Kata orang, jika cinta datang merasuk ke dalam hatimu. Maka bisa membuat hatimu berdebar-debar tak beraturan dan frekuensinya lebih cepat dari biasanya. Apakah aku sedang jatuh cinta?(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila duduk dengan canggung. Rasanya ingin sekali cepat-cepat keluar dari rumah itu. Bagaimana tidak? Sebagai tuan rumah Kasyaf sama sekali tidak menunjukkan keramahannya. Membuat Syakila kecewa, seolah tidak dihargai.“Non Thania mau lauk apa?” tanya Bik Sumi.“Aku mau makan ayam kremes, tapi maunya Kakak Cantik yang ambilin,” ujar Thania, membuat Syakila membulatkan mata sambil tersenyum canggung. Sekilat mata indah itu bertemu pandang dengan mata tajam Kasyaf saat keduanya saling melirik.“Sayang, biar Papa yang ambilin,” ucap Kasyaf terlihat tidak suka. Jujur, ia tidak begitu suka kalau sang putri bergantung pada orang lain. Ia hanya tidak ingin Thania kecewa.“Enggak, Papa. Aku maunya diambilin Kakak Cantik, bukan diambilin Papa,” tolak bocah can
Aku harus bertahan untuk menantimu meski penantian ini begitu berat. Sehingga sebuah kesabaran akan menepis kegalauan hatiku untuk percaya dan kamu genggam erat jemariku.(Syakila Kasyaf – Pilot Pencuri Hati)***Syakila segera mengambil helm yang disodorkan sang adik padanya.“Kok, lama sih, Dek?” tanyanya sedikit kesal. Selama menunggu di bahu jalan sudah ada tiga lali-laki paruh baya yang kecentilan menggodanya. Namun, ia sama sekali tidak menanggapinya. Bahkan sejak tadi ia menunduk tidak menghiraukan kanan kiri.“Maaf, Kak. Tadi aku nyelesein tugas kelompok dulu,” jawab Fauzi.“Ya sudah, kita langsung ke rumah sakit. Setelah antar Kakak jangan main lagi. Langsung pulang, udah malam. Istirahat jangan begadang kagak jelas,” ucap Syakila menasihati sang adik yang usianya terpaut tiga tahun dengannya. “Baik, Bos,” goda Fauzi, membuat Syakila memukul bahu sang adik dari belakang.“Aw ... sakit, Kak,” rintihnya pura-pura kesakitan. Sudah menjadi kebiasaan Fauzi menggoda dan membuat
Allah tidak pernah keliru membe sajarikan anugerah cinta kepada hambaNya, karena sebuah cinta yang datang itu pasti ada makna dan alasannya.(Kasyaf Syahrizki – Pilot Pencuri Hati)***Galau di hatinya kini sudah sedikit terobati setelah mencurahkan isi hati dan kekesalannya pada sang sahabat.“Nanti aku antar, ya. Aku pingin ketemu Bang Pilot,” ujar Alina menawarkan diri.“Iya, boleh. Kalau enggak merepotkan kamu, tapi setelah dari kampus aku mampir ke rumah sakit dulu. Aku mau istirahat sebentar sambil nemenin ibu,” ujar Syakila“Iya, kebetulan hari ini mata kuliah terakhir kosong. Jadi pulang lebih awal,” ucap Alina.“Makanya aku enggak mau merepotkanmu, Na,” ucap Syakila. Bukannya ia menolak, tapi ia juga kasihan kalau sang sahabat bolak-balik hanya untuk mengantarkannya.“Aku enggak masalah ikut nunggu di rumah sakit, kok. Kamu tenang saja aku enggak merasa direpotkan,” ucap Alina tulus.“Ya sudah kalau itu mau kamu. Ini nanti cuma antar saja atau nunggu aku sampai selesai ngajar
Bagian terburuk dari kenangan bukan sakitnya, tapi rasa kesepian saat kau mengingatnya. Untuk itu genggam erat tanganku supaya aku bisa membangkitkanmu saat kamu terjatuh. Menjadi sayap untuk menguatkanmu.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)Syakila tersenyum sambil geleng kepala mendengar apa yang dikatakan duda tampan beranak satu itu. “Dasar aneh ... bertanya, tapi enggak lihat wajah orang yang ditanya. Malah sibuk dengan ponselnya. Ngapain aku ladenin pertanyaannya? Lebih baik aku fokus sama Thania,” gumamnya.Merasa diacuhkan Kasyaf menghela napasnya dalam, lalu ia hembuskan kasar.Deg! Syakila tercengang, Kasyaf ikut mendekat ke arah Thania yang ada di sampingnya. Bocah cantik itu mengerjakan tugas yang ia berikan dengan telaten.“Anak Papa serius amat,” ucapnya sambil melihat apa yang dikerjakan sang putri.“Aku lagi menggambar pemandangan, Pa,” ucap bocah cantik itu tanpa menoleh, ia masih fokus dengan gambarnya.Sejak Kasyaf duduk di samping kanan sang putri, Sya
Cinta itu aneh dan membingungkan, semakin kita berusaha menghapusnya dari hati, maka akan semakin sering muncul dalam pikiran.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Syakila menepati janjinya pada Kasyaf. Ia berusaha menjauh dan menolak apapun yang di minta Thania. Meskipun hatinya tidak tega mendengar rengekan bocah itu. Bahkan selalu ada kebohongan setiap harinya untuk membujuk bocah tersebut supaya tidak lagi merengek.Sudah tiga minggu ia mengajar di rumah tersebut. Satu minggu ini ia bisa bernapas lega, karena Kasyaf tidak ada di rumah. Laki-laki tampan itu ada jadwal penerbangan ke beberapa negara di timur tengah. “Kakak Cantik, hari ini Papa belum pulang. Kakak tidur di sini, ya!” pinta bocah cantik itu. Hampir setiap hari selama Kasyaf bertugas, Thania memintanya untuk menginap. Namun, Syakila selalu menolaknya dengan halus. Tentu saja dengan kebohongan.“Maaf, Sayang. Kakak masih ada pekerjaan. Lain kali saja, ya,” tolak Syakila. “Kapan sih, Kakak libur bekerja? Aku pingin bobok ditema
Ketika jatuh cinta, tanpa sadar akan membuatmu menjadi versi terbaru dalam hidupmu. Jatuh cinta, membuatmu belajar untuk lebih pengertian dan menekan segala keegoisan, melupakan trauma akan pengkhianatan.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Dengan hati-hati Kasyaf menutup kembali pintu kamar Thania, supaya tidak membangunkan Syakila. Ia mengusap kasar wajah tampannya sambil terus beristigfar. Jantungnya masih berdebar kencang. Sudah menjadi kebiasaannya masuk ke dalam kamar sang putri setelah perjalanan jauh dan lama tidak bertemu. Ia selalu merindukan bocah cantik itu. Hanya Thania yang selalu memotivasinya. “Tidak mungkin Syakila membawa pakaian seperti itu untuk tidur di rumah orang yang bukan siapa-siapanya. Sepertinya aku tidak asing dengan pakaian itu,” ucapnya lirih. Hatinya begitu gelisah. Ia langsung memutuskan kembali ke kamarnya.“Astagfirullah apa yang aku lihat tadi tidak seharusnya aku lihat. Ampuni hamba Ya Allah. Sesuatu yang berharga dari Syakila yang akan ia tunjukkan pada
Aku bahkan tidak bisa menjelaskan perasaan macam apa yang aku rasakan saat ini. Yang kutahu saat ini aku terlalu lelah untuk bertahan tapi malas untuk memulai semuanya dari awal lagi.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Setelah sarapan, Syakila pamit pada Kasyaf dan Bik Sumi. Thania pun juga akan berangkat ke sekolah. Sopir pribadi yang bertugas mengantarkan bocah cantik itu pun sudah siap.“Papa, boleh tidak aku berangkatnya naik motor Kak Syakila? Kan sekalian dia pulang,” pintanya pada sang papa. Syakila melihat ke arah Bik Sumi yang sama tercengang seperti dirinya. Ia menunggu reaksi Kasyaf.Kasyaf melihat Syakila yang melihat ke arah Bik Sumi. Ingin ia memperbolehkan, tapi hatinya kembali bergejolak. Ia masih trauma disakiti dan dikhianati. Ia tidak ingin Thania merasakan hal yang pernah dialaminya. Ia tidak mau Thania terlalu dekat dengan Syakila yang ujungnya kecewa. Kasyaf sadar diri, ia hanya seorang duda beranak satu. Sedangkan Syakila gadis cantik yang tentu saja mengharapkan pernik