Jatuh hati mengajarkan aku bagaimana memberanikan diri, juga bagaimana menjadi sabar saat sikapmu bertentangan dengan hati nuraniku.
(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila masih bergeming di tempat duduknya. Ia hanya bisa menelan saliva, mengurangi kegugupannya.“Kakak Cantik ... kenalkan ini Papa Thania,” ucap bocah cantik itu mencairkan kebekuan Syakila.“I-iya,” jawab Syakila terbata. Ia masih berusaha menata hati dan tingkah laku supaya tidak menjatuhkan imagenya sebagai wanita. Ia juga seorang pendidik harus bisa jaga tata Krama seorang guru. Tidak mungkin dia berbuat bar-bar dan agresif. Kasyaf melihat ke arahnya dengan tatapan tajam. Memindai penampilan gadis itu dari atas hingga ke bawah. Membuat Syakila semakin canggung dibuatnya. Setelah itu laki-laki tampan tersebut memalingkan wajah, terlihat sekali keangkuhannya.“Pe-perkenalkan saya Syakila, guru les privat Thania,” ucapnya canggung sambil menangkupkan tangan di depan dada“Hmm,” jawabnya tanpa menoleh ke arah Syakila, bahkan Kasyaf langsung fokus pada sang putri, tanpa membalas perkenalan Syakila.“Astaghfirullah ... dingin bin jutek bin cuek banget, untung tampan. Kalau enggak tampan sono jauh-jauh, apa aku buang ke laut aja, ya?” gumam Syakila mengumpat kesal. Ia sudah berusaha menetralkan degup jantungnya. Malah reaksi laki-laki itu bikin moodnya ambyar.“Papa, Thania belajar dulu, ya.” Bocah cantik itu langsung mengajak Syakila ke tempat duduknya.“Iya, Sayang. Papa ke kamar dulu,” ucap laki-laki itu melirik sekilas Syakila sebelum meninggalkan keduanya. Setelah tidak dihiraukan tadi, Syakila hanya menunduk. Ia harus tahu diri.Moodnya benar-benar buruk. Membuatnya kehilangan semangat dan sering melamun. Namun, ia harus berusaha profesional dalam mengajar. Apalagi bocah cantik di sampingnya terlihat sangat bersemangat.Dua jam Syakila menghabiskan waktu untuk mengajar Thania, meskipun hatinya masih kesal dengan perlakuan Kasyaf, tapi semangat Thanialah yang membuatnya kembali bersemangat.Seperti biasa sebelum azan magrib, Syakila sudah membereskan barang-barangnya.“Kakak makan malam di sini, ya!” pinta bocah cantik itu penuh harap.“Maaf, Sayang. Kakak enggak bisa. Lain kali aja, ya,” tolaknya halus. Ia tidak mau semakin kesal bila bertemu lagi dengan Kasyaf. Cukup tatapan tajam Kasyaf tadi yang seolah menelanjangi membuatnya tidak nyaman. Ia tidak mau lagi bertemu laki-laki itu.“Please ... ayolah, Kak. Mau, ya!” bujuk Thania merengek.“Maaf, Sayang. Kakak enggak bisa hari ini. Lain kali Inshaallah Kakak usahakan,” tolak Syakila lembut. Ia tetap membujuk bocah cantik itu yang matanya sudah berkaca-kaca. Andai saja awal pertemuannya dengan Kasyaf tadi baik, ia mau diajak makan malam. Ia pun tidak tega membuat bocah cantik itu sedih.“Aku maunya Kakak Cantik ikut makan malam sekarang,” ucap Thania. Bahkan rengekan tadi sudah berubah menjadi isakan.“Kamu apakan anak saya sehingga dia menangis?” Suara bariton menggema di belakang Syakila membuat nyalinya menciut.Deg!“Bagaimana ini? Kenapa Thania pakai nangis segala? Menyusahkan banget, deh,” gumamnya masih belum membalikkan badan. Ia masih berusaha menenangkan Thania yang terisak.“Saya tanya itu dijawab. Kenapa anak saya menangis?” tanyanya lagi. Syakila merasakan laki-laki itu kini berjalan mendekat ke arahnya dan Thania.“Kakak Cantik ndak mau aku ajak makan malam bersama, Pa,” sahut bocah cantik itu sambil terisak.Kasyaf mendekat ke arah Thania bersamaan dengan Syakila berbalik badan.Deg!Mata keduanya saling beradu. Kini jarak antara keduanya hanya satu jengkal. Membuat jantung Syakila berdebar kencang.“Saya harap kamu mau menuruti kemauan Thania untuk makan malam di sini,” ucap Kasyaf. Bahkan embusan napas dan aroma mint dari mulut laki-laki tampan itu Syakila rasakan.Syakila bergeming dengan debar jantung yang makin berdegup kencang. Setelah mengatakan itu Kasyaf menghampiri sang putri dan menggendongnya. Laki-laki itu duduk di sofa yang tidak jauh dari Syakila berdiri, ia menenangkan sang putri dengan memangkunya.Perlahan Syakila menghembuskan napas setelah Kasyaf tidak lagi berada di depannya. Ia berusaha tenang.“Kakak Cantik mau ‘kan?” tanya Thania memastikan. Ia masih duduk di pangkuan sang papa. Sedangkan mata Kasyaf fokus dengan televisi yang baru saja ia nyalakan.Syakila mencoba menerbitkan senyum manisnya. Ia terpaksa mengangguk.“Non Thania, ayo kita ambil wudu untuk salat berjamaah dengan papa!” ajak Bik Sumi yang baru datang dari arah dapur.“Iya, Bik. Sama Kak Syakila juga, ya. Kita salat berjamaah, ya, Kak,” ujar bocah cantik itu sambil turun dari pangkuan sang papa.Syakila tersenyum mengangguk.“Mari Nak Syakila ikut saya!” ajak Bik Sumi tersenyum lembut.“I-iya, Bik.”“Aku terjebak di rumah ini. Dengan laki-laki yang sedingin es batu, huh,” gumam Syakila sambil menghembuskan napasnya kasar sebelum masuk ke dalam kamar mandi mengambil wudu.“Kita salatnya di Musallah keluarga Nak Syakila. Den Kasyaf yang jadi imamnya,” ujar Bik Sumi sambil menyerahkan mukena untuk Syakila. Thania yang sudah memakai mukena tersenyum padanya.“Ayo, Kak!” ajak Thania menggandeng Syakila yang sudah selesai memakai mukena.Deg!Hati Syakila kembali berdebar saat melihat laki-laki tampan di depannya memakai baju Koko putih gading dengan sarung dan peci. Kasyaf semakin terlihat tampan. Wajahnya terlihat bercahaya dan berkarisma.“Ya Allah, apa ini? Kenapa perasaanku teraduk-aduk bila berhadapan dengan Kapten Kasyaf. Sungguh, aku belum pernah merasakan hal ini. Seolah Kapten Kasyaf sudah mencuri separuh hatiku,” gumam Syakila.“Sudah siap, Bik. Kita mulai, ya,” ucap Kasyaf lembut pada Bik Sumi. Ia tersenyum juga pada sang putri. Namun, pada Syakila ia terlihat dingin tidak tersentuh.“What? Ternyata laki-laki ini lembutnya hanya sama Bik Sumi dan Thania saja, sedangkan padaku terlihat jutek dan cuek bebek, dasar ...,” gumam Syakila.Syakila semakin mengagumi sosok Kasyaf. Suara merdu mendayu Kasyaf saat membaca surat Alfatihah membuat Syakila larut dan khusuk mengerjakan salat. Bahkan zikir yang dibaca Kasyaf setelah salat pun mampu menggetarkan hati Syakila.“Ya Allah, kalau lama-lama di sini aku bisa jantungan. Sejak tadi jantungku berdetak kencang,” gumam Syakila.“Nak Syakila, sehabis salat Magrib Non Thania biasanya mengaji bersama Den Kasyaf. Kalau Den Kasyaf tidak di rumah baru bersama saya,” bisik Bik Sumi yang berada di samping gadis cantik itu. Ia melihat Syakila sejak tadi melihat ke arah Kasyaf dan Thania yang menyiapkan Alquran.“O iya, Nak. Bibi tinggal dulu untuk nyiapin makan malam,” pamit Bik Sumi. Wanita itu melipat mukenanya dan hampir berdiri meninggalkan Syakila.“Bik, tunggu! Boleh saya ikut membantu, Bibi?” tanyanya sedikit ragu. Ia tidak mau lama-lama di dekat Kasyaf, bisa-bisa dirinya olahraga jantung terus.“Boleh, kalau Nak Syakila tidak keberatan,” jawab Bik Sumi“Sama sekali tidak keberatan,” ucapnya tulus sambil tersenyum cantik, menunjukkan lesung pipinya.Syakila masih berkutat di meja makan membantu menyiapkan makanan. Setelah salat Isya Kasyaf dan Thania menghampiri mereka menuju meja makan. Kasyaf melewati Syakila begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. Bahkan sebagai tuan rumah ia tidak mempersilakan makan pada Syakila. Membuat gadis cantik itu memutar bola matanya malas. Beruntung Thania dan Bik Sumi yang ikut makan bersama mempersilakannya.Kata orang, jika cinta datang merasuk ke dalam hatimu. Maka bisa membuat hatimu berdebar-debar tak beraturan dan frekuensinya lebih cepat dari biasanya. Apakah aku sedang jatuh cinta?(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)***Syakila duduk dengan canggung. Rasanya ingin sekali cepat-cepat keluar dari rumah itu. Bagaimana tidak? Sebagai tuan rumah Kasyaf sama sekali tidak menunjukkan keramahannya. Membuat Syakila kecewa, seolah tidak dihargai.“Non Thania mau lauk apa?” tanya Bik Sumi.“Aku mau makan ayam kremes, tapi maunya Kakak Cantik yang ambilin,” ujar Thania, membuat Syakila membulatkan mata sambil tersenyum canggung. Sekilat mata indah itu bertemu pandang dengan mata tajam Kasyaf saat keduanya saling melirik.“Sayang, biar Papa yang ambilin,” ucap Kasyaf terlihat tidak suka. Jujur, ia tidak begitu suka kalau sang putri bergantung pada orang lain. Ia hanya tidak ingin Thania kecewa.“Enggak, Papa. Aku maunya diambilin Kakak Cantik, bukan diambilin Papa,” tolak bocah can
Aku harus bertahan untuk menantimu meski penantian ini begitu berat. Sehingga sebuah kesabaran akan menepis kegalauan hatiku untuk percaya dan kamu genggam erat jemariku.(Syakila Kasyaf – Pilot Pencuri Hati)***Syakila segera mengambil helm yang disodorkan sang adik padanya.“Kok, lama sih, Dek?” tanyanya sedikit kesal. Selama menunggu di bahu jalan sudah ada tiga lali-laki paruh baya yang kecentilan menggodanya. Namun, ia sama sekali tidak menanggapinya. Bahkan sejak tadi ia menunduk tidak menghiraukan kanan kiri.“Maaf, Kak. Tadi aku nyelesein tugas kelompok dulu,” jawab Fauzi.“Ya sudah, kita langsung ke rumah sakit. Setelah antar Kakak jangan main lagi. Langsung pulang, udah malam. Istirahat jangan begadang kagak jelas,” ucap Syakila menasihati sang adik yang usianya terpaut tiga tahun dengannya. “Baik, Bos,” goda Fauzi, membuat Syakila memukul bahu sang adik dari belakang.“Aw ... sakit, Kak,” rintihnya pura-pura kesakitan. Sudah menjadi kebiasaan Fauzi menggoda dan membuat
Allah tidak pernah keliru membe sajarikan anugerah cinta kepada hambaNya, karena sebuah cinta yang datang itu pasti ada makna dan alasannya.(Kasyaf Syahrizki – Pilot Pencuri Hati)***Galau di hatinya kini sudah sedikit terobati setelah mencurahkan isi hati dan kekesalannya pada sang sahabat.“Nanti aku antar, ya. Aku pingin ketemu Bang Pilot,” ujar Alina menawarkan diri.“Iya, boleh. Kalau enggak merepotkan kamu, tapi setelah dari kampus aku mampir ke rumah sakit dulu. Aku mau istirahat sebentar sambil nemenin ibu,” ujar Syakila“Iya, kebetulan hari ini mata kuliah terakhir kosong. Jadi pulang lebih awal,” ucap Alina.“Makanya aku enggak mau merepotkanmu, Na,” ucap Syakila. Bukannya ia menolak, tapi ia juga kasihan kalau sang sahabat bolak-balik hanya untuk mengantarkannya.“Aku enggak masalah ikut nunggu di rumah sakit, kok. Kamu tenang saja aku enggak merasa direpotkan,” ucap Alina tulus.“Ya sudah kalau itu mau kamu. Ini nanti cuma antar saja atau nunggu aku sampai selesai ngajar
Bagian terburuk dari kenangan bukan sakitnya, tapi rasa kesepian saat kau mengingatnya. Untuk itu genggam erat tanganku supaya aku bisa membangkitkanmu saat kamu terjatuh. Menjadi sayap untuk menguatkanmu.(Syakila Zanitha Firdaus – Pilot Pencuri Hati)Syakila tersenyum sambil geleng kepala mendengar apa yang dikatakan duda tampan beranak satu itu. “Dasar aneh ... bertanya, tapi enggak lihat wajah orang yang ditanya. Malah sibuk dengan ponselnya. Ngapain aku ladenin pertanyaannya? Lebih baik aku fokus sama Thania,” gumamnya.Merasa diacuhkan Kasyaf menghela napasnya dalam, lalu ia hembuskan kasar.Deg! Syakila tercengang, Kasyaf ikut mendekat ke arah Thania yang ada di sampingnya. Bocah cantik itu mengerjakan tugas yang ia berikan dengan telaten.“Anak Papa serius amat,” ucapnya sambil melihat apa yang dikerjakan sang putri.“Aku lagi menggambar pemandangan, Pa,” ucap bocah cantik itu tanpa menoleh, ia masih fokus dengan gambarnya.Sejak Kasyaf duduk di samping kanan sang putri, Sya
Cinta itu aneh dan membingungkan, semakin kita berusaha menghapusnya dari hati, maka akan semakin sering muncul dalam pikiran.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Syakila menepati janjinya pada Kasyaf. Ia berusaha menjauh dan menolak apapun yang di minta Thania. Meskipun hatinya tidak tega mendengar rengekan bocah itu. Bahkan selalu ada kebohongan setiap harinya untuk membujuk bocah tersebut supaya tidak lagi merengek.Sudah tiga minggu ia mengajar di rumah tersebut. Satu minggu ini ia bisa bernapas lega, karena Kasyaf tidak ada di rumah. Laki-laki tampan itu ada jadwal penerbangan ke beberapa negara di timur tengah. “Kakak Cantik, hari ini Papa belum pulang. Kakak tidur di sini, ya!” pinta bocah cantik itu. Hampir setiap hari selama Kasyaf bertugas, Thania memintanya untuk menginap. Namun, Syakila selalu menolaknya dengan halus. Tentu saja dengan kebohongan.“Maaf, Sayang. Kakak masih ada pekerjaan. Lain kali saja, ya,” tolak Syakila. “Kapan sih, Kakak libur bekerja? Aku pingin bobok ditema
Ketika jatuh cinta, tanpa sadar akan membuatmu menjadi versi terbaru dalam hidupmu. Jatuh cinta, membuatmu belajar untuk lebih pengertian dan menekan segala keegoisan, melupakan trauma akan pengkhianatan.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Dengan hati-hati Kasyaf menutup kembali pintu kamar Thania, supaya tidak membangunkan Syakila. Ia mengusap kasar wajah tampannya sambil terus beristigfar. Jantungnya masih berdebar kencang. Sudah menjadi kebiasaannya masuk ke dalam kamar sang putri setelah perjalanan jauh dan lama tidak bertemu. Ia selalu merindukan bocah cantik itu. Hanya Thania yang selalu memotivasinya. “Tidak mungkin Syakila membawa pakaian seperti itu untuk tidur di rumah orang yang bukan siapa-siapanya. Sepertinya aku tidak asing dengan pakaian itu,” ucapnya lirih. Hatinya begitu gelisah. Ia langsung memutuskan kembali ke kamarnya.“Astagfirullah apa yang aku lihat tadi tidak seharusnya aku lihat. Ampuni hamba Ya Allah. Sesuatu yang berharga dari Syakila yang akan ia tunjukkan pada
Aku bahkan tidak bisa menjelaskan perasaan macam apa yang aku rasakan saat ini. Yang kutahu saat ini aku terlalu lelah untuk bertahan tapi malas untuk memulai semuanya dari awal lagi.(Kasyaf Syahrizki Irsyad)Setelah sarapan, Syakila pamit pada Kasyaf dan Bik Sumi. Thania pun juga akan berangkat ke sekolah. Sopir pribadi yang bertugas mengantarkan bocah cantik itu pun sudah siap.“Papa, boleh tidak aku berangkatnya naik motor Kak Syakila? Kan sekalian dia pulang,” pintanya pada sang papa. Syakila melihat ke arah Bik Sumi yang sama tercengang seperti dirinya. Ia menunggu reaksi Kasyaf.Kasyaf melihat Syakila yang melihat ke arah Bik Sumi. Ingin ia memperbolehkan, tapi hatinya kembali bergejolak. Ia masih trauma disakiti dan dikhianati. Ia tidak ingin Thania merasakan hal yang pernah dialaminya. Ia tidak mau Thania terlalu dekat dengan Syakila yang ujungnya kecewa. Kasyaf sadar diri, ia hanya seorang duda beranak satu. Sedangkan Syakila gadis cantik yang tentu saja mengharapkan pernik
Kadang, saat berada di suatu titik, diam adalah pilihan terbaik daripada berbicara. Namun, selalu salah di matanya. Biarkan waktu yang membuktikan semua.(Syakila Zanitha Firdaus)Kasyaf mencoba untuk tenang dan memilih mengesampingkan kemarahannya supaya sang putri tidak takut. Ia langsung fokus pada sang putri saat Bik Sumi mengatakan suhu badan Thania naik. Ia tidak mau Thania mengalami kejang lagi.“Sayang, kamu tenang dulu. Minum air putih dan enggak boleh nangis. Papa ada di sini,” ucap Kasyaf membujuk.“Aku mau Kakak Cantik, Pa,” isaknya. Kasyaf memang sering kesulitan membujuk sang putri yang sangat keras kepala. “Iya, Kak Syakila masih repot. Makanya enggak ke sini,” ucapnya.“Kenapa Kak Syakila tidak bilang? Pasti Papa bohong. Kak Syakila marah padaku, makanya enggak ke sini.”“Enggak, Sayang. Enggak ada yang marah sama Thania. Thania ‘kan anak baik,” ucap Kasyaf lembut sambil membelai rambut sang putri. Kasyaf mulai merasakan tubuh Thania yang semakin panas.“Bik, tolong a