Share

Rahim Expired

Author: Nielly 11
last update Last Updated: 2025-04-16 23:00:11

“Gue mau pindah ke Bali, Ra.”

“Pindah?” Akira yang tengah menyantap semangkuk topokki pun langsung menoleh, dia pandangi sahabatnya yang duduk santai namun tatapannya kosong. “Kenapa mendadak banget lo mau pindah ke Bali? Emangnya kenapa?”

Janda satu ini memang membingungkan, sejak mengantarkan putranya pasantren Ayumie berubah menjadi manusia kutub, jarang keluar rumah apalagi bersosialisasi dengan tetangganya paling banter Ayumie duduk sendiri melamun sepanjang hari di gazebo yang terdapat di lantai 3 kontrakannya.

“Istighfar, Yum. Banyak bersyukur kenapa? Hidup lo itu sebenarnya nggak ada yang kurang.” Dia sudah lama berteman dengan Ayumie, Akira tahu bagaimana kehidupannya tak seperti dirinya sendiri yang serba kekurangan. “Lo punya segalanya yang banyak orang irikan.

Ayumie mendengus disela matanya menyipit menatap Akira. Apa yang orang irikan akan kehidupanya? Apa mereka tahu saat dia kesulitan? Tidak. Orang-orang hanya melihat Ayumie dari versi senangnya saja, saat susahnya mereka pura-pura buta.

“Dari segi materi, lo oke. Hidup lo lurus-lurus bae kan selama ini. Lo nggak akan kesulitan uang, selain lo di kampung ini dikenal juragan kontrakan lo juga punya penghasilan dari menulis novel. Jadi stop ngeluh terus hidup lo hampa,” ungkap Akira dari hati yang paling dalam.

Ayumie merubah posisi duduknya berhadapan dengan Akira, ia masih punya unek-unek akan jawaban Akira yang menurutnya terlalu berlebihan. 

“Begini nih kalo punya sahabat otaknya nggak pernah di upgrade,” omel Ayumie. Akira yang mendengar hanya tertawa tanpa marah. “Nyatanya tak sempurna itu hidup gue, Ra. Tapi walaupun begitu gue bersyukur karena Tuhan memberikan aku kenikmatan ini,” ungkap Ayumie.

“Terus lo galau ini apa, hah? Gue perhatiin lo sekarang banyak ngeluh sampai deritanya galau tiap harinya.”

Ayumie menarik nafasnya dalam-dalam lalu berkata, “Permintaan, kakak.”

Akira menyimpan mangkuk kosong lalu menenggak minumannya. Akira ikut menggeser duduk menghadap Ayumie dengan tatapan serius. 

“Azka ingin punya ayah agar tidak dikatain anak haram terus sama teman-temannya dan dia juga ingin punya adik agar suatu hari nanti aku nggak sedih?”

Wajah Ayumie berubah sedih begitu juga Akira, keduanya sama-sama tahu kalau bocah berusia 11 tahun itu mengidap penyakit langka permintaan itu membuat Ayumie dan Akira jadi berpikir yang tidak-tidak. Takutnya, itu permintaan terakhirnya.

“Gue masih trauma menikah.” Ingatan tentang pernikahanya bersama Galang membuat bulu kuduk Ayumie meremang begitu juga rasa ketukan akan penukaran pengantin lagi. “Bisa bercerai dari si Galang aja rasanya suatu anugrah.”

Prosesnya sangat sulit butuh perjuangan keras. “Dan untuk mengulangi biduk rumah tangga.” Ayumie tersenyum getir diserta gelengan kepala pelan. “Gue belum siap.”

“Jika permintaanku tidak berdosa pada Tuhan, gue pengen di hamili tanpa harus dinikahi. Satu bibit unggul saja yang tumbuh di rahim gue, selain itu nggak ada permintaan lain,” sayangnya cukup dalam hati.

Ayumie tak berani mengungkapkan keinginannya dan termasuk ide gilanya untuk memberikan Azka adik. Sahabatnya yang satu sangat berbeda, Akira sudah seperti saudaranya sendiri. Jika ide gila ini terlaksana, Akira tak segan-segan memakinya, menceramahinya sampai mulutnya berbusa sekalipun Akira berstatus sama janda sepertinya. Sayangnya, janda sebelah ini sudah mati rasa pada pria, tapi Ayumie?

Sudah tak tahan lama-lama menjanda. 9 tahun menjanda itu tidak enak, tidak ada yang memeluknya tiap malam, tidak ada yang bisa berbagi keluh kesah. Yang terutama Ayumie sudah tidak tahan lagi kalau rahimnya kelamaan tidak dibuahi saking lamanya tidak ada yang datang mengunjunginya. Ayumie takut rahimnya expired. Tapi kendalanya itu dia, Ayumie trauma menikah.

“Lo bukan sekali dua kali–ya, Yum pengen pindah ke Bali. Lo nggak akan terus terang nih sama gue?” 

Ayumie terdiam sesaat. “Gue cuman pengen cari suasana baru aja Ra,” bohongnya.

“Emangnya rumah ini kenapa, sampai lo cari suasana baru, Yum?” cecar Akira tak akan lelah mendesak sahabatnya untuk berkata jujur.

Ayumie membuka mulutnya untuk menjawab namun, Akira menahannya meminta Ayumie untuk diam sesaat. Dia mendengar suara bisik-bisik dan keributan kecil di bawah sana. Suara itu semakin kesini semakin jelas terdengar. 

“Jer. Apa informasinya ini sudah jelas? Kenapa kita jadi blusukan kayak gini sih cuman cari satu orang? Meragukan,” ucap seorang lelaki tampan sembari berbisik.

“Ssst… Berisik, Ndan.” Jerry memberikan kode telunjuknya ditempelkan di bibir agar komandannya itu tidak banyak komentar. “Menurut laporan dari masyarakat setempat yah di sini lokasinya,” jawab Jerry sambil berjalan mengindap-indap.

“Tapi ini kampung orang. Bukan bagian kita,” balasnya.

“Lo denger nggak ada suara?” tanya Akira pelan.

Ayumie mengangguk, ia bangun dari duduknya begitu juga Akira. Ayumie takut ada pencuri lagi masuk ke halaman rumahnya mengambil kucing kesayangannya. Sudah cukup ia kehilangan kucing berjenis British Shorthair kesayangannya yang dicuri orang di siang bolong.

“Woy…. Lo maling, ya?” Seruan Akira membuat dua pria dibawah sana tersentak kaget, kedua pria di bawah sana kompak mencari sumber suara.

“Kalian mau mencuri si Juliend, ya?” Ayumie ikut bertanya.

“Juliend? Siapa tuh Ndan?”

“Mana saya tau,” jawab Komandannya seraya menggendikan bahu.

Pria berjaket hitam itu menengadahkan kepalanya ke atas, tangannya menghalau sinar matahari yang menghalangi kedua matanya untuk melihat ke atas. Sayangnya, sinar matahari pagi ini terlalu terik hingga kedua matanya silau untuk melihat dua wanita orang yang berada di atas sana.

“Bukan Mbak. Saya lagi cari rumah mang Yayat,” jawab Jerry asal. Dia takut diteriaki maling dan di amuk warga setempat.

“Ohh… rumahnya mang Yayat yang punya koleksi ayam jago itu bukan?”

Jerry mengangguk dia membaca sepintas laporan kasusnya kalau pelakunya memiliki koleksi ayam.

“Dari sini lurus saja Pak, rumah mang Yayat persis sisi jalan banget rumah cet warna ungu,” kata Ayumie memberikan petunjuk.

“Oke, makasih Mbak infornya. Saya pamit kesana,” ucap Jerry diiringi senyuman tak lupa dengan lambaian tangan pergi dari rumah besar tersebut. 

“Mang Yayat siapa, Jer?” Komandanya bertanya sambil mengikuti jalan. Dia heran dengan anak buahnya yang sejak tadi sok akrab dengan banyak orang terutama pada wanita. Si pelaku berikan cengiran sebagai jawaban, dia hanya asal tapi kebeneran nama itu ada.

Setelah dua laki-laki itu pergi, Akira dan Ayumie kembali duduk melanjutkan obrolannya yang sempat terganggu.

“Lo nggak akan cerita yang sebenarnya sama gue? Kenapa lo keukeuh ingin pindah ke Bali, hm?”

Ayumie mencebikkan bibirnya. Ah, Akira nya sangat menyebalkan bisa-bisanya dia masih mengintrogasinya dan mendesaknya untuk berkata jujur akan alasannya kepindahannya ke Bali.

 “Jujur aja sama gue, Ayumie. Ada apa, hah?”

“Gue pengen minta bibit unggul sama bule di sono…”

“Sinting, lo!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Trauma!

    “Gue nggak janji,” Batara berbicara di panggilan telepon dengan seseorang.“Ndan,” Batara menoleh ke arah pintu, dia menginterupsi anak buahnya untuk duduk terlebih dulu menunggunya sebentar.“Gue masih banyak kerjaan ini ada beberapa kasus yang udah lama banget molor, Batara menolak halus ajakan seseorang di seberang sana untuk datang.Batara ingin segera menyelesaikan kasus Ayumie yang sudah cukup lama Batara abaikan, kasus yang dianggap remeh yang ternyata kini sudah banyak menelan korban di luaran sana.‘Korbannya masih muda, Batara,’ Kata-kata Adit terngiang di ingatannya di sela telinganya mendengar seseorang itu bicara padanya. ‘Kasihan korbannya, ada yang hamil oleh si pelaku.’

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Testpack!

    “Mang dawet tiga?” Jerry berteriak kencang seiring menggering Gumilar untuk kesamping kantor tempat biasa mereka makan siang.“Lo udah gila ya Gumie?” Jerry geleng-geleng kepala. “Memukul atasan lo sendiri? Komandan lo sendiri cuman gara-gara cewek?!”Jupri mengambil pesanan Jerry dan memberikan pada Gumilar terlebih dulu supaya hati dan otak temannya yang mendidih karena emosi itu dingin.“Perbuatan lo itu bisa diperkarakan, Gumie. Lo bisa di cepat secara tidak hormat cuman karena masalah kecil,” sambung Jerry ikut kesal, temannya itu tidak bisa mengatur emosinya."Gue sudah tahu resikonya kok, Jerry. Lo nggak usah ceramahin gue karena gue udah siap dengan semua konsekuensinya. Lo nggak tahu apa masalahnya mendingan lo diem aja!”Jupri mengusap bahu Gumilar, dia tahu bagaimana persahabatan Gumilar dan Ayumie begitu juga rasa cinta Gumilar yang besar pada janda cantik itu.Ya, Gumilar ben

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Skenario

    “Permainan piano mu luar biasa keren banget, Yumie. Sahabat bosku ikutan nge fans sama kamu,” Zacky berseru kagum seiring menyampaikan amanah saat Ayumie sedang bersiap akan pulang.“Bu boss dan para tamu undangan memuji permainan pianomu. Kerena benget katanya sekarang kamu makin banyak fans, Yumie. Apa nggak kamu pikirkan lagi untuk tidak resign?” tanya Zacky membujuk Ayumie untuk tidak berhenti mengisi kekosongan di Cafe Ryu.“Maaf, Zack. Keputusanku sudah bulat, aku akan tetap resigne.”Ayumie memasang wajah sedemikian biasa menutupi bagaimana sakitnya dan sesaknya hati ini untuk tidak menangis apa yang baru Ayumie saksikan. Dan, Ayumie tak ingin ada sangkut pautannya lagi dengan Batara.Ayumie menarik nafas pelan. “Zack...&r

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   99,999%

    “Gimana?”“Astaga,” Jackson berjingkat kaget sampai-sampai dia mengusap dadanya. “Sabar kenapa sih, Bata!”Abaikan wajah dinginnya yang terlihat tidak sabaranan ingin segera mengetahui hasil test yang dia bawah. Saat Jackson hendak duduk dia menoleh kesamping dimana Bian muncul. Ternyata bukan dia saja yang dipanggil ke ruangan kerja itu tapi Bian juga sama dan ini pasti urusan si wanita bertopeng itu lagi.“Nih,” Jackson meletakan amplop putih dengan logo rumah sakit swasta yang tertera di sana. “Lo bisa baca sendiri,” katanya.“Tumben cepet banget,” Batara mengambil amplop putih itu dengan tergesa-gesa.“Bilang terima kasih kek, Bata. Nggak semuda

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   Ancaman Ranti!

    “Cantika masuk duluan ya ke mobil Mommy ada perlu sebentar sama Batara,” kata Ranti seiring mengusap punggung calon menantunya.Ranti ingin bicara empat mata dengan Batara setelah Cantika benar-benar pergi dari tempatnya menuju parkiran, Ranti menarik nafas terlebih dulu seiring pandanganya kini beralih pada Batara yang terlihat sibuk dengan ponselnya.“Malam ini Mommy mau mengadakan pertemuan dengan keluarganya Cantika. Mommy minta kamu datang ke alamat yang nanti Mommy kirim ke kamu Batara.”“Batara sibuk, Mom,” tolak Batara seperti biasa.“Mommy nggak mau dengar alasan apapun lagi darimu, Batara. Ini nggak bisa dibiarkan kamu harus segera menikah agar kelakuanmu itu tidak memalukan seperti tadi dan Mommy ingin kamu secepatnya

  • Polisi Tampan itu Ayah Anakku   I’m really sorry

    “Ndan,” ucap Ayumie lirih di sela pagutannya.Batara melirik, lalu melepaskan pagutannya. “Ada apa, sayang?”Batara menatap manik hitam legam Ayumie diiringi senyuman, satu tangannya membelai lembut pipinya dimana Ayumie terlihat menarik nafasnya tanpa keduanya memutuskan kontak mata.“Jika aku salah tolong bicaralah dan jangan diamkan aku seperti tadi.”Batara terkekeh dikecupnya kening Ayumie. “Aku kesal karena kamu mengembalikan sisa uang yang sudah aku berikan untukmu, sayang.”“Kalau begitu bicaralah karena aku bukan cenayang yang bisa menebak isi pikiranmu.”Batara mendekap tubuhnya. “Ya, aku minta maaf, sayan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status