Share

Permintaan maaf

Author: Althafunnisa
last update Last Updated: 2022-12-07 22:49:46

"Zay, maafin aku ...." Qiara memeluk Zaydan dari belakang. Dia meminta ampun pada lelaki yang berstatus suaminya itu.

Zaydan melepas pelukan Qiara di pinggangnya. Hatinya benar-benar terasa sakit melihat Qiara dipeluk oleh lelaki lain. Lebih sakit lagi mendengar hinaan dari ayah Leon. Zaydan merasa harga dirinya sebagai lelaki terkoyak.

"Zay ...." Qiara merasa sesak di dadanya saat Zaydan memilih tidur di lantai. 

"Tidurlah, sudah malam."

Hati Qiara terasa diiris saat melihat Zaydan meringkuk di bawah selimut. Mereka memang baru seminggu menikah dan belum menunaikan kewajiban sebagai suami istri karena Qiara datang bulan sejak hari resepsi hingga saat ini. 

Namun, Zaydan selalu memeluknya setiap mereka tidur karena ranjang berukuran sempit yang belum diganti.

"Zay, seandainya kamu tahu betapa aku sangat menyesali keadaan ini." Qiara hanya menatap Zaydan yang telah tidur dengan pulas.

***

"Lapar banget, nih." Qiara keluar dari kamar. Dia mencari keberadaan Zaydan, tapi lelaki itu tidak ada di rumah.

Qiara memutuskan untuk membeli mie instan dan memasaknya untuk mengisi perutnya yang kosong. Namun, dia bingung karena tidak tahu cara memasak mie instan sehingga mencari tutorialnya di YouTube.

"Nggak enak banget didiemin kayak gini." Qiara melamun di depan kompor. Dia merasa sedih karena sudah hampir dua hari Zaydan tak menyapanya. 

Gadis itu merasa sangat merindukan Zaydan yang selama seminggu ini setiap pagi mengajarkannya membuat teh hangat, atau memeluk erat tubuhnya dari belakang. Atau sekedar mengecup pipinya dan mengucapkan kata cinta. 

Hari-hari Qiara yang biasanya penuh dengan keceriaan karena sikap manis Zaydan berubah muram. 

"Ternyata masak mie instan gampang banget." Qiara mengangkat panci tanpa memakai sarbet.

"Aaww panas!" Panci pun terlepas dari genggaman Qiara yang mengenai kompor sehingga api menyala dengan besar.

"Api! Api!" Qiara ketakutan dan mencoba memadamkan api, tapi api tersebut semakin besar sehingga Qiara ketakutan dan akhirnya pingsan.

***

"Sayang, maafin aku." Zaydan mengecup kening Qiara berkali-kali setelah Qiara di bawa ke ruang rawat inap di rumah sakit.

Zaydan menyesal karena mendiamkan Qiara selama dua hari dan membiarkan istri kesayangannya itu memasak mie instan seorang diri. Dia menyesal karena keluar rumah tanpa pamit pada Qiara sehingga Qiara nekad masak mie instan karena lapar.

"Sakit banget, Zay ...." Qiara merengek memperlihatkan luka bakarnya yang memerah. 

"Aku tahu, Sayang. Aku tiupin, ya." Zaydan tanpa henti meniup luka bakar Qiara dengan penuh kasih. Rasa menyesal tak henti bertahta di dalam hatinya. Dia menyesal tidak bisa menepati janji untuk menjadi suami yang baik untuk Qiara.

"Zay, maafin aku. Maaf karna aku berbohong tentang pesta yang kita kunjungi. Maaf karena aku telah membuatmu malu di hadapan keluarga Le ...."

Cup

Qiara belum selesai menyelesaikan kalimatnya ketika Zaydan langsung membungkam bibirnya dengan lembut.

"Jangan dibahas lagi."

"Tapi, Zay."

"Aku bilang jangan dibahas ya jangan dibahas. Masih ngeyel?"

"Nggak."

"Gitu, dong. Kan aku senang melihatnya."

Qiara merasa ada kupu-kupu berterbangan di atas perutnya saat Zaydan dengan mesra membelai pipinya dan berkali-kali mengecup telapak tangannya.

"Zay, aku sungguh tidak menyimpan nama Leon di hatiku." Qiara membingkai wajah Zaydan dan menatap lekat manik mata teduh itu.

"Benarkah?"

"Iya."

"Terus, siapa yang namanya kamu simpan di hati?"

"Hmmm."

"Siapa?"

"Seseorang yang selama seminggu ini selalu memeluk dan mengucapkan cinta padaku."

"Siapa dia?"

"Rahasia." Qiara memunggungi Zaydan dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Tak bisa dia pungkiri, kehadiran Zaydan benar-benar membuatnya merasa bahagia. Dia tidak menyangka, lelaki yang selama ini sangat killer di kampus, ternyata sangat romantis di rumah.

Namun seberapa kagumnya Qiara pada Zaydan, dia tetap ingin terlihat biasa-biasa saja karena memang dia masih ingin melihat sejauh mana besarnya cinta Zaydan padanya.

Sementara itu, Zaydan merasa lega karena Qiara telah membuka hati untuknya, meskipun tidak mengucapkan kata cinta, setidaknya Qiara merasa nyaman tidur di pelukannya setiap malam. Dan Zaydan bisa melihat percikan cinta dari tatapan dan gestur tubuh Qiara.

***

"Zay, kamu ngapain sih meladeni mahasiswa ganjen itu di kampus?" Qiara menyambut Zaydan yang baru saja pulang dari kampus.

Zaydan meletakkan tas kerjanya dan menghampiri Qiara yang berkacak pinggang. "Ya ampun, Qi. Ganjen gimana?"

"Nih, liat." Qiara memperlihatkan ponselnya pada Zaydan yang memperlihatkan postingan seseakun sebuah Poto dirinya bersama Zaydan sedang berbincang di depan kelas.

"Dosen killer, tapi cakepnya bikin kelepek-kelepek." Caption yang ditulis akun itu.

"Harusnya kamu kasih tahu dong ke mereka kalau kamu nggak bisa ngobrol sama mereka dengan leluasa karna udah punya istri!" Qiara kesal melihat ekspresi wajah datar Zaydan.

"Qiara, aku nggak bisa kayak gitu, dong. Mereka mahasiswaku dan mereka nanyain materi yang nggak dia tahu. Masa aku tolak?" 

"Masa aku tolak? Ya harus kamu tolak, dong. Aku istri kamu, Zay. Nggak bisakah kamu mengerti perasaanku?" Air mata Qiara tak kuasa ia bendung.

"Sayang, kamu dengerin dulu penjelasan aku." Zaydan meraih tangan Qiara dan hendak memeluk istrinya.

"Aku hanya butuh dihargai, Zay. Apa salah kalau aku ingin kamu hanya menjadi milikku?" 

"Tapi aku dosen, Sayang. Mereka butuh aku."

"Kamu jahat!" Qiara melepaskan diri dari pelukan Zaydan dan masuk ke dalam kamar. Perempuan itu menumpahkan kesedihannya hingga tertidur.

Zaydan sengaja memberi luang pada Qiara agar istrinya itu memahami bahwa pemikirannya salah. Lelaki itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di saung di samping rumahnya hingga dia yakin Qiara sudah tenang.

Zaydan masuk ke dalam kamar dan duduk di samping istrinya yang tertidur dengan pulas.

"Semakin tidur Kamu terlihat semakin cantik, Qi." Zaydan mendekatkan wajahnya dan mencium kening Qiara dengan mesra. Ditatapnya wajah Qiara lekat-lekat.

"Cantik." Zaydan memuji.

"Baru tahu?" 

Zaydan terkejut karena ternyata Qiara tidak tidur.

"Nggak, bahkan sejak pertama bertemu, aku udah terpesona pada kecantikanmu." Zaydan menyahut seraya mengungkung Qiara.

"Bohong. Kalau terpesona, kenapa suka marah-marah?" 

"Aku hanya melakukan tugasku sebagai dosen, Sayang."

"Alasannya itu terus. Bikin kesal."

"Kesal atau cemburu?"

"Cemburu? Nggak. Aku cuma pengen kamu mengingat status kamu sebagai suami orang, jadi nggak usah sok cari perhatian.

"Qi ...."

"Pokoknya aku bakalan terus ngambek kalau kamu ladeni mahasiswa itu," ancam Qiara.

***

Malam itu, Zaydan dan Qiara melaksanakan ibadah salat magrib berjamaah. Zaydan meminta Qiara untuk melafalkan surat Al-Waqi'ah. 

Qiara membaca surat itu dengan sedikit terbata hingga akhirnya dibantu oleh Zaydan. 

"Zay, Aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat." Qiara meletakkan mukena di tempatnya dan menatap Zaydan yang masih memegang tasbih miliknya.

"Ke mana?" 

"Ke danau yang terletak di perkebunan Ayah."

"Ngapain kita pergi ke danau, Qi?"

"Aku mau kita berbulan madu di sana?"

"Bulan madu?"

"Iya."

"Itu artinya aku sudah boleh menuntut hakku sebagai suami? Dan itu artinya kamu akan segera memanggilku dengan sebutan Mas?"

"Emangnya setiap momen bulan madu harus selalu ada adegan pemberian hak untuk seorang suami?"

"Kalau tidak menunaikan hak, ngapain kita kesana?" Zaydan menarik Qiara sehingga terjelembab duduk di pangkuannya.

"Aku ...."

"Aku menunggumu, Qi. Kalau kamu butuh pengakuan di depan semua mahasiswa, maka aku butuh pengakuan di hatimu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
klw qiara udh mulaii cintaa kayanya emang udah waktunyaa nihh go public soal sttus nyaa nihh
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
ciee... qiaraa akhirnyaa mulaiii bertumbuhh nihhh.. dan bentaran lagi baklan bucin ama pak dosenn nihh
goodnovel comment avatar
Dwi Handayani
kemarin zaydan yg marah karna Leon,sekarang gantian qiara yg marah sama zaydan karna mahasiswa nya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Kesayangan Abi (End)

    2 tahun kemudian. "Jangan peluk Abinya Zahwa." Zahwa mendorong tangan Qiara yang melingkar di perut Zaydan saat mereka berbaring di saung samping rumah. "Abinya Zahwa kan kesayangan Umi." Qiara tetap memeluk Zaydan. "Lepasin! Abinya Zahwa!" "Sayangnya Abi dan sayangnya Mas kok berantem gitu sih? Sini-sini, peluk Abi sama-sama." Zaydan meletakkan Zahwa di atas perutnya dan membaringkan kepala Qiara di atas bahunya. Setiap hari selalu ada keributan karena memperebutkan perhatian Zaydan dari Qiara dan Zahwa. "Sayang, kita mandi yuk. Udah sore nih." Qiara membujuk Zahwa agar mandi. "Nggak mau." "Tapi ini udah sore." "Nggak mau!" "Zahwa, jangan lari-lari gitu. Umi capek." Qiara menyeka dahinya yang berkeringat karena mengejar Zahwa di halaman rumah. "Sayang, kamu aja deh yang bujuk Zahwa. Aku capek banget." Qiara akhirnya pasrah. Ia duduk di tepi kolam ikan sambil melipat tangan di dada. "Ya udah, Mas bujuk dia dulu. Kamu mandi duluan gih." "Oke." "Tunggu." "Apa lagi, Mas?"

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Pernikahan Amira

    "Ayah harus mencicipi tumis kangkung buatan Mas Zaydan. Kali ini tumis kangkungnya pakai cumi loh." Qiara meletakkan satu sendok tumis kangkung ke dalam piring ayahnya."Kalau Zaydan yang masak, tentu saja ayah tidak meragukannya lagi. Tapi kalau kamu yang masak, ayah masih agak sedikit ragu.""Iihhhh. Ayah kok gitu sih? Di sini kan Qiara yang anaknya ayah."Suasana makan malam begitu hangat karena Pak Bustomi yang sudah merindukan masakan Zaydan hari itu terbalaskan sudah kerinduannya.Zahwa selalu terkekeh setiap kali digoda oleh Pak Bustomi. Bayi mungil itu merasa teramat sangat senang karena bertemu dengan seorang lelaki yang sangat mirip dengan ibunya."Ayah sangat setuju dengan ide Zaydan memakaikan Zahwa hijab sejak bayi. Jangan sampai kesalahan ayah dan ibumu akan terulang kembali pada cucu ayah ini." Pak Bustomi membantu Zaydan memasangkan hijab untuk Zahwa karena bayi itu baru saja selesai gumoh.Ponsel Pak Bustomi berdering dengan kencang ketika mereka masih asyik berbincan

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Melepas rindu

    "Saya tidak pernah menimpakan kesalahan Zaydan di bahu saya. Justru Zaydan lah yang sudah mengemban dosa saya sehingga perseteruan ini bisa terjadi. Kalau saja saya tidak mendorong Qiara dengan keras. Kalau saja saya menuruti permintaan Qiara untuk menceritakan tentang jati diri saya. Kalau saja saya tidak memiliki pemikiran buruk pada Qiara, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." Air mata meleleh membanjiri pipi Bu Jamilah.Pak Budi dan istrinya yang berada di dalam mobil tidak tahan melihat perdebatan antara Pak Bustomi dan Bu Jamilah yang tak kunjung usai. Sepasang suami istri itu pun menghampiri Pak Bustomi yang masih berdebat dengan Bu Jamilah."Budi?""Apa Anda percaya jika saya yang menceritakan kejadian sebenarnya?"Pak Bustomi menatap sepasang suami istri yang wajahnya begitu tegang. Hubungan baik sebagai sesama donatur di yayasan kasih ibu membuat Pak Bustomi mempersilakan sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.Pak Budi pun menceritakan semua yang terjadi antara Bu Jami

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Benang merah

    "Harganya 150 juta?" Zaydan terbelalak ketika cincin itu sudah diletakkannya di toko berlian terbesar di kota Jambi."Benar sekali, Pak. Berlian ini penuh dengan permata dan hanya gagangnya saja yang kecil. Sehingga harganya memang relatif tinggi.""Sebentar. Saya tanya istri saya dulu." Zaydan segera menghubungi Qiara dan mengabarkan bahwa harga berlian itu dibeli dengan nilai 150 juta."Alhamdulillah. Berarti tidak terlalu banyak mengalami penyusutan. Mas minta pihak toko berlian mentransfer ke rekening Mas saja supaya lebih aman.""Oke, Sayang."Zaydan merasa lega karena satu permasalahan telah selesai di rumah tangganya. Kemarin setelah berdebat dengan Qiara, Zaydan akhirnya memenuhi keinginan istrinya itu untuk menjual cincin berlian tersebut dan segera mengambil program S2.Pak Rektor kampus IAI Nusantara merasa bersyukur karena akhirnya Zaydan memutuskan mengambil program S2. Pihak kampus memang teramat sangat menyayangi Zaydan karena kedisiplinannya di kampus dan beberapa pres

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Cincin berlian

    "Bukan begitu, Sayang." Zaydan menarik Qiara ke dalam pelukannya dan mencium pipi istrinya itu Dengan mesra."Aku tahu, Mas, tapi aku tetap sependapat dengan kamu. Aku tidak ingin jika nanti calon menantuku memiliki nasib yang sama dengan suamiku. Aku tidak ingin Zahwa seperti ibunya yang sangat membangkang soal memakai hijab karena tidak dibiasakan dari kecil." Qiara mengecup telapak tangan Zahwa dengan lembut."Dia cantik sekali. Kulitnya putih bersih dan wajahnya ....""Fotocopy Mas Zaydan. Sepertinya aku hanya tempat penampungan benih saja.""Bukankah lebih baik seperti itu, Nak? Hari-hari kamu akan ditemani oleh dua Zaydan yang generasi dan versinya berbeda."Qiara hanya terkekeh mendengar ucapan Bu Jamilah. Dia sendiri sebenarnya merasa bangga melihat kemiripan Zaydan dan Zahwa. Dari raut wajah Zahwa yang menandakan bahwa Qiara memiliki cinta yang begitu teramat sangat besar kepada Zaydan. Sehingga sedikitpun tak ada celah wajahnya di tubuh bayi mungil itu.***"Ibu mau ke mana?

  • Prahara Cinta Ustadz Tampan    Hijab Zahwa

    Pak Bustomi mengusap kasar wajahnya. Menyesal karena sudah mendatangi rumah anak menantunya yang akan berdampak pada kekecewaan di hatinya sendiri."Terserah bagaimana kemauanmu. Ayah tidak akan pernah peduli lagi apapun yang terjadi padamu." Pak Bustomi pergi meninggalkan kediaman Qiara dan Zaydan."Sayang, Mas tahu Mas bukanlah suami yang baik untukmu. Mas mungkin tidak bisa memberikan kehidupan yang baik seperti ayahmu. Tapi Mas berjanji tidak akan pernah membiarkan kalian tidak makan seperti yang ditakutkan oleh Ayah." Zaydan merangkul bahu Qiara dan mengecup kening istrinya itu dengan mesra.***"Kamu keberatan nggak kalau ibu pulang ke rumah kita?" Zaydan menggulung lengan baju sambil menatap Qiara yang tengah menyusui Zahwa."Mas kok nanya sama aku sih? Mas kepala keluarga yang wajib mengambil keputusan di rumah ini.""Tapi kamu adalah istri Mas. Keputusannya Mas ambil harus sesuai dengan persetujuan darimu.""Masalahnya, apa ibu juga setuju untuk tinggal di sini?"Zaydan mengh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status