Share

4. Kebohongan

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-19 21:45:29

“Apa di rumah sakit ada pekerjaan yang bisa aku lakukan, Bu?” Sarah bertanya pada Ibu Irma saat mereka makan malam bersama.

Ibu Irma mengangkat kedua alisnya, lalu menggeleng pelan. “Kondisimu belum siap untuk bekerja, Nak.”

“Tetapi, Sarah membutuhkan pekerjaan, Bu.” Sarah kemudian bercerita bahwa tabungannya sudah habis dan kini hanya tersisa beberapa ratus ribu saja di dompetnya.

Namun, Ibu Irma tetap menggeleng. Menurutnya, butuh waktu satu bulan untuk Sarah memulihkan diri. Masalah uang, Ibu Irma berkata ia tidak keberatan Sarah tinggal bersamanya sampai Sarah sembuh total.

Apa yang dikatakan Ibu Irma memang benar. Sarah akhirnya hanya mengangguk dan melanjutkan makan.

Setelah membantu Ibu Irma membereskan peralatan makan, Sarah duduk di ruang tamu. Ia mengangkat blusnya dan mengamati hasil operasi. Luka sayatan itu masih terbungkus perekat khusus yang tidak boleh dibuka.

“Apa terasa sakit?” Tiba-tiba, Ibu Irma duduk di sampingnya dan ikut memperhatikan luka Sarah.

“Terkadang di bagian dalam saja, Bu.” Sarah menurunkan blus kembali.

“Apa yang terjadi, Sarah? Apa yang terjadi dengan satu ginjalmu?”

Hening sejenak. Sarah berpikir apa yang harus ia katakan pada Ibu Irma. Matanya menatap wajah teduh di sampingnya.

“Emm ... Sarah mendonasikannya pada keluarga yang membutuhkan, Bu.”

“Lalu, di mana keluargamu? Kenapa kamu sendirian di kota ini?”

Kepala Sarah menunduk dan menggeleng. Ia belum bisa berterus-terang saat ini. Ibu Irma hanya tersenyum penuh pengertian.

“Ya, sudah, tak apa jika masih belum nyaman cerita dengan Ibu.” Setelah menepuk bahu Sarah, Ibu Irma kembali ke kamarnya.

Sebelum tidur, Sarah melihat-lihat sosial media. Lalu, ia menemukan salah satu tutorial untuk mendapatkan pekerjaan remote. Pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah dengan bantuan ponsel saja. Sarah mendapat secercah harapan untuk menghasilkan uang.

 

*****

“Uang lima milyar sudah ditransfer ke rekening Mama.” Tinna berbisik di telinga Marsha.

Wajah keduanya berbinar bahagia. Marsha berjoget-joget senang dan tertawa. Mereka berpelukan sambil melompat-lompat kecil.

“Rencana berikutnya, kita harus segera pergi ke luar negeri agar keluarga Carrington tidak curiga.” Tinna mengangkat teleponnya disambut dengan anggukan kepala oleh Marsha.

“Lucy.” Tinna menyapa wanita yang diteleponnya.

“Ya, Tinna.”

“Bagaimana Frank? Baik-baik saja, bukan?”

Detik berikutnya, Tinna mendengar Lucy bercerita tentang perkembangan kesehatan suaminya pasca operasi. Marsha turut mendengarkan dengan penuh perhatian.

“Syukurlah kalau Frank semakin membaik. Aku mau memberi kabar bahwa aku akan membawa Marsha ke luar negeri.” Tinna memulai cerita kebohongannya dan mengedipkan satu matanya pada Marsha.

“Lho, kenapa? Sangat beresiko membawa Marsha pergi jauh sebelum pulih.” Lucy langsung berkomentar.

“Marsha agak stress karena luka sayatan akibat mendonorkan ginjalnya untuk Frank kini timbul keloid. Aku mau konsultasi ke dokter bedah kecantikan di Korea.” Tinna menjawab dengan nada suara yang dibuat sesedih mungkin.

“Ya Tuhan. Kenapa tidak berkonsultasi dengan dokter di sini dulu? Lagipula kenapa kamu sudah membawa Marsha pulang dua hari setelah operasi?”

Dengan kembali berbohong, Tinna mengungkapkan bahwa Marsha tidak ingin identitasnya diketahui awak media yang banyak berkumpul di rumah sakit. Ia memilih merawat Marsha di rumah untuk kenyamanan bersama.

“Sebenarnya, rumah sakit tempat suamiku dan Marsha dioperasi adalah rumah sakit terbaik di negara kita. Kami bisa memberikan fasilitas kesehatan dengan menanggung semua biaya untuk Marsha hingga benar-benar sembuh.” Sekali lagi, Lucy memberikan pertimbangan lain.

Namun, Tinna tetap menolak dengan berbagai alasan. Kemudian, Lucy menawarkan bantuan untuk mengurus kepergian Tinna dan Marsha.

Tinna langsung menolak dengan dalih ia telah meminta bantuan travel yang biasa ia gunakan saat ke luar negeri.

 

“Aku akan minta Marc untuk mengantar kalian.” Akhirnya, Lucy mengalah.

“Tidak, jangan!” Tinna kembali menolak mentah-mentah tawaran temannya itu. “Biarkan Marc fokus mengurus Papa-nya. Kami tidak ingin merepotkan putramu.”

Marsha mengangguk-angguk keras mendengar ibunya bicara. Selanjutnya, Lucy malah berkata akan mentransfer sejumlah uang pribadinya untuk biaya akomodasi Tinna dan Marsha ke luar negeri.

Sekali lagi, Tinna mengedipkan satu matanya pada Marsha. Putrinya itu bertepuk tangan setelah Tinna mengakhiri perbincangan di telepon dengan Lucy. Ibunya patut mendapat piala penghargaan karena aktingnya yang sangat natural.

“Ayo, kita bersiap ke Korea."

*****

Lucy menutup telepon dari Tinna. Cukup prihatin mendengar putri teman dekatnya sedang stress. Wanita itu menghampiri suami dan putranya yang sedang berbincang.

Saat ini keluarga Carrington bersuka cita. Operasi transplantasi ginjal Frank dinyatakan berhasil oleh dokter setelah mengamati organ itu bekerja baik di dalam tubuh pasien.

“Marc, kirim donasi ke beberapa rumah sakit yang menangani penderita ginjal sebagai bentuk rasa syukurku,” titah Frank pada putranya.

“Baik, Pa.”

“Oh ya, dokter bilang, wanita yang mendonasikan ginjalnya pada Papa meminta identitasnya dirahasiakan. Apa kamu tidak bisa mencari tau siapa dia dan bagaimana keadaannya sekarang?”

Dahi Marc berkerut dalam. Kenapa dokter berkata begitu? Ia dan Mama tau siapa yang mendonasikan ginjal untuk Papa-nya.

“Marsha, Pa. Marsha yang memberikan satu ginjalnya untuk Papa.”

Kepala Frank segera menoleh menatap putranya. “Marsha? Saudara tiri Sarah?”

“Betul.” Lucy menjawab tegas. “Sudah kubilang sejak awal padamu, Marsha lebih baik dari Sarah! Kau malah menjodohkan Marc dengan Sarah.” Lalu, Lucy menatap putranya yang tampak sibuk dengan laptop. Selama Frank sakit, Marc otomatis mengambil alih pekerjaan Papa-nya, sementara ia sendiri telah memiliki perusahaan pribadi. “Ke mana istrimu yang tak tau diri itu, Marc?”

 

“Aku mengizinkan Sarah ke luar kota selama satu bulan, Ma.” Marc menjawab dengan mata tetap pada layar laptop.

Lucy mendengus kasar. “Dasar istri tidak berguna. Mertua sakit malah liburan!”

Frank menggeleng mendengar makian istrinya. Bahkan dulu, Lucy pernah sangat cemburu pada Sarah karena menurutnya, putri sahabatnya itu begitu dekat dengannya.

“Menurutku, tak apa Sarah menyendiri sejenak. Kasihan dia. Pasti masih sedih karena ayahnya meninggal.” Frank lalu menatap Marc. “Apalagi sejak menikah, Marc juga sangat sibuk dan tidak bisa memberi perhatian pada Sarah.”

“Terus saja kau bela wanita pembawa sial itu, Frank. Yang jelas aku semakin tidak menyukainya.” Lucy mencebik kesal.

Hembusan napas panjang terdengar dari hidung Frank. Ia berusaha mengalihkan perbincangan.

“Bagaimana keadaan Marsha sekarang? Apa kalian sudah menjenguknya?”

Lucy menggeleng. “Tinna melarang kami. Ia takut media tau bahwa putrinya yang memberimu salah satu ginjalnya.”

“Aku sudah transfer uang sebagai kompensasinya, Pa. Biaya pemulihan juga akan kita tanggung.” Marc menimpali pernyataan Lucy.

“Mungkin uang itu kurang, karena Tinna dan Marsha saat ini sedang bersiap ke luar negeri untuk berobat.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   205. Keluarga Besar

    Tiga tahun berlalu dengan cepat. Keluarga Carrington sedang berlibur di sebuah perkemahan mewah. Mereka juga mengajak keluarga Ibu Irma.Irwan dan Vania telah menikah dan memiliki satu orang anak perempuan yang dinamai Nirvana."Kenapa Kak Arzan jagain Vana terus?" Vivi memberengut kesal saat ia minta Arzan menemaninya main tetapi anak lelaki itu sedang sibuk menjaga adiknya."Vana masih kecil, Vivi. Sini, kita main sama-sama." Arzan menepuk sisinya yang kosong. Namun, Vivi malah melengos dan memilih bergelayut manja di kaki Papanya."Aku panggil Irwan dulu biar ia menjaga Vana." Vania yang sedang memasak dapur merasa tak enak hati mendengar pembicaraan Arzan dan Vivi."Sudah, biarkan saja. Gak papa, kok." Sarah yang sedang hamil besar menenangkan Vania."Aku gak enak, Sarah. Sepertinya Vivi cemburu karena Arzan menjaga Vana terus.""Lihat itu." Sarah mengendik pada Vivi yang kini asyik bermain bersama Marc. "Dia kesal cuma sebentar, kok."Vania tersenyum simpul dan mengangguk. Apalagi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   204. Peringatan Dini

    Ulang tahun pertama Vivi sangat meriah. Meski anak perempuan itu belum memiliki banyak teman, tetapi tamu-tamu undangan mulai dari balita hingga kakek nenek banyak yang hadir.Marc menyulap taman belakang menjadi taman bermain yang nyaman dengan tenda dan AC portable di mana-mana. Berbagai makanan sehat tersebar di penjuru taman.Sebagian tamu adalah teman-teman Arzan yang membawa adik-adik mereka. Vivi jadi memiliki teman sebaya."Sepertinya, prediksi Arzan tepat. Akhir-akhir ini mereka jadi dekat, bukan?" Sarah melirik pada Irwan dan Vania yang tampak asyik berbincang dengan ibu Irma.Tanpa melihat objek pembicaraan mereka, Marc mengangguk. Lelaki itu melingkari tangan di pinggang sang istri dan membawanya ke meja makan."Masih lapar?" Sarah mengamati suaminya yang mengambil makanan cukup banyak."Apa kamu tidak lihat? Aku tadi lari-larian mengikuti Vivi?" Marc memotong steak ayam lalu menyuapi dirinya. "Lagipula, steak ini lezat sekali."Bahkan Sarah akhirnya ikut makan karena Mrac

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   203. Bisa Berjalan

    Sesuai rencana, berita tentang Marc dan Vania menghilang. Tentu saja itu tidak lepas dari tim yang dibuat Adrian untuk menghapus semua postingan tersebut.“Sayang.” Marc menyapa istrinya yang sedang menyusui Vivi.“Ya?”“Jam berapa Arzan datang?”“Vania bilang, mereka sudah dalam perjalanan.”“Hmm ... aku ada rapat. Sengaja kubuat online. Tapi kalau Arzan datang dan aku belum selesai, minta ia ke ruang kerjaku saja, ya.”“Oke. Selamat rapat.”Marc mengangguk. Lalu, membungkuk sedikit untuk mencium pipi istri dan putrinya. Setelah itu, ia keluar dari ruang bayi.Setelah Marc keluar, seorang pelayan masuk membawa paket untuk Sarah.“Tolong dibuka,” pinta Sarah pada pelayan yang langsung mengangguk.Sarah tau isi paket itu adalah buku-buku Vania yang ia pesan secara online. Pelayan memberikan buku -buku yang masih berplastik itu pada Sarah lalu keluar.Vivi melepas puncak dada Mamanya karena tertarik dengan buku yang dipegang Sarah. Ia merebut buku tersebut lalu ikut membolak-balik halam

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   202. Mengaku Salah

    “Maafkan aku. Aku mengaku salah.” Khanza menunduk dalam-dalam.Adrian dan pengacara mendatangi kantor penerbit buku Vania. Mereka memberikan data bahwa Khanza membuat berita kebohongan agar publik tertarik pada cerita Vania dan membeli buku terbarunya.Direktur penerbitan menggeleng samar melihat data-data tersebut. Ia tidak menyangka Khanza berbuat seperti itu.“Aku melakukannya untuk Vania.” Khanza berkilah, membela diri.“Aku yakin Vania pun tak setuju kamu membantu dengan cara ini.” Adrian mengecam.“Vania sedang tidak fokus. Banyak pikiran. Jadi, aku pikir, aku perlu membantunya sedikit.”Direktur menggeleng. Ia juga tampak tidak setuju. Apalagi sampai ada pengacara yang menuntut mereka.“Masalahnya, Nona.” Pengacara menatap wajah Khanza dengan pandangan tajam. “Yang anda cemarkan adalah keluarga Carrington, terutama Tuan Marc.”“Lelaki yang selama ini terkenal dingin dan tidak bersosialisasi dengan media.” Adrian menambahkan.Direktur menengahi. Mereka akan membuat pengumuman pe

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   201. Terima Kasih

    Pagi di bumi perkemahan cukup cerah setelah semalaman hujan. Pengelola bahkan tidak mengizinkan peserta kemping untuk melakukan trekking.“Terus kita ngapain, Om?” Arzan mengguncang-guncang tangan Irwan.“Masih ada pilihan untuk memancing. Kamu mau?”“Om bisa memancing?”“Bisa, dong.”“Mauuu.” Arzan menjerit senang.Vania menatap kebersamaan Irwan dan Arzan. Seandainya Bryan masih hidup, mungkin yang berdiri di depannya sekarang ada sosok Bryan dan Arzan. Vania menggeleng membuyarkan lamunannya.Telah lima tahun berlalu, tetapi rasanya masih sama. Kehilangan dan kedukaan itu masih sangat jelas di mata Vania.“Ibu, ayo ikut memancing,” ajak Arzan.Vania tau, Arzan pasti disuruh Irwan. Ia sebenarnya tidak tau apa-apa tentang memancing, tetapi demi menemani Arzan, Vania mengangguk.Perahu disiapkan pengelola perkemahan. Vania melihat Irwan berbincang dengan penjaga Arzan. Seperti setiap kegiatan Arzan, harus dilaporkan pada keluarga Carrington.Akhirnya mereka bertiga di atas perahu. Mer

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   200. Pendengar yang Baik

    Irwan menunggu. Vania mungkin sedang mengumpulkan kekuatan untuk memceritakan kisah kelamnya pada seseorang. Apalagi ia adalah orang baru yang pertama kali ditemui."Aku dan Bryan, ayah Arzan menikah tanpa restu. Kami lari dari keluarga karena memilih mempertahankan cinta."Vania mengembuskan napas kasar. Ia menyandarkan punggung pada dinding. Jari-jari tangannya saling bertautan."Di perkemahan seperti ini lah kami berbulan madu. Tiga bulan kemudian, aku hamil. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan berikutnya, Bryan didiagnosis menderita kanker usus."Isakan Vania membuat Irwan memeluk erat Arzan. Ia tak ingin Arzan terbangun. Vania lalu sadar untuk segera menguasai diri.Sembari mengatur napas, Vania mengusap air matanya. Kini ia duduk sambil memeluk kaki-kakinya yang ditekuk.Dalam keadaan hamil, Vania merawat Bryan. Bryan cukup tegar dan berusaha menjalani pengobatan didampingi Vania.Pilihan itu datang saat Vania melahirkan. Kondisi Bryan bertambah lemah. Keuanga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status