Share

BAB 5 ~ Pertemuan

Elfara terkejut saat tiba-tiba pintu ruang rawatnya terbuka dan muncul sosok tidak asing menghampirinya.

"Kamu?"

Wanita itu menatap geram ke arah pria yang tak lain adalah David. Entah dari mana pria itu tahu jika dirinya sedang dirawat di rumah sakit.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Elfara dengan tatapan sinis.

"El, apa yang terjadi sama kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya David penuh kecemasan.

"Jangan mendekat!" Secepat kilat Elfara menghalau David dengan tangannya saat akan mendekati dan memeluknya.

Langkah David refleks terhenti, tepat di samping ranjang tempat Elfara duduk saat ini. Dia menatap sendu wajah wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak lama. Raut yang biasanya terlihat senang saat bertemu dengannya, kini hilang entah ke mana. Hanya kemarahan dan kekecewaan yang dia dapati dari wajah itu.

"Sayang, kamu salah paham. Aku sama Aleena nggak ada hubungan apa pun. Kita cuma—"

"Mau apa lagi kamu ke sini?"

Belum berhasil David melanjutkan perkataannya, tiba-tiba suara bariton berhasil mengalihkan perhatiannya. Dia pun segera menghentikan kegiatannya. Menatap terkejut ke arah pintu, saat sosok Cakra muncul ke ruangan.

"Om—"

"Pergi kamu dari sini!" usir Cakra tidak memberi David kesempatan sedikit pun. "Apa belum cukup kamu menyakiti putri saya?" imbuhnya penuh penegasan.

"Om, saya bisa menjelaskan semuanya. Ini hanya salah paham. Saya tidak mungkin menyakiti El," jelas David sedikit bergetar, tetapi dia berusaha untuk meredam tremor yang tengah merajai tubuhnya.

Tidak habis pikir jika masalahnya dengan Elfara telah sampai ke telinga Cakra. Hal itu tentu akan membuat masalah tersebut semakin rumit dan dia akan semakin sulit untuk menemui Elfara, seperti saat ini. Sial.

"Saya tidak butuh penjelasan apa pun dari kamu! Pergi sekarang juga atau saya panggilkan security untuk mengusirmu!" tegas Cakra tanpa rasa iba.

"Om, saya—El, kamu harus dengering aku dulu. Ini cuma salah paham," ucap David seraya menatap Cakra, lalu beralih ke arah Elfara yang hanya diam, bahkan tidak membelanya sama sekali.

"Sebaiknya kamu pergi, Dav. Hubungan kita sudah berakhir," ucap Elfara lirih.

Tidak ada sedikit pun niat untuk memperbaiki hubungannya dengan David. Padahal jauh dari lubuk hatinya, dia pun sangat sedih karena hubungan yang sudah susah payah diperjuangkan akhirnya harus kandas juga.

"Secepatnya, Elfara akan menikah dengan pria yang jauh lebih baik daripada kamu. Jadi, jangan berharap lagi pada putri saya!" celetuk Cakra yang berhasil membuat David semakin terkejut.

"Ma-maksud Om?" tanya David masih belum percaya. "El, yang dikatakan Papa kamu bohong, kan?" imbuhnya seraya melirik kembali ke arah Elfara. Namun, wanita itu hanya bergeming seolah-olah mengiakan.

"Kamu lihat?" tanya Cakra seraya tersenyum getir. Entah apa yang membuat pria paruh baya itu begitu tidak menyukai David. Padahal selama ini David sangat baik terhadap Elfara.

Setelah tidak mendapat tanggapan dari Elfara, David pun menyerah lantaran Cakra terus-menerus mengusirnya. Namun, hatinya masih percaya jika Elfara tidak sejahat itu padanya. Dia yakin wanita itu masih sangat mencintainya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.38 WIB, tetapi Elfara masih berdiam diri di depan meja rias sambil menatap pantulan dirinya dalam cermin. Padahal seharusnya dia sudah siap dan beranjak dari tempat itu, menghampiri kedua orang tua yang sudah sejak tadi menunggu.

"El, sudah selesai belum. Ayo, turun! Sudah jam berapa ini?"

Belum sempat Elfara mengakhiri lamunannya, suara sang papa telah lebih dulu memanggilnya. Dia pun sedikit terperanjat dan seketika lamunanya ambyar.

"Iya, Pa. Tunggu sebentar!" teriak Elfara sedikit terpaksa.

"Ya Tuhan ... aku harus bagaimana?" gumam Elfara bingung seraya menghela napas pendek.

Bagaimana tidak? Pasalnya, malam ini dia akan dipertemukan dengan pria yang digadang-gadang akan dijodohkan dengannya. Itulah yang membuat dia tidak bersemangat untuk pergi bersama kedua orang tuanya.

Penolakan pun sudah dia utarakan berulang kali, tetapi tidak dihiraukan oleh papanya. Keputusan sang papa seolah-olah sudah mutlak sehingga dia tidak bisa berkutik lagi.

Dengan langkah yang sedikit lunglai, Elfara segera keluar kamar. Menuruni anak tangga satu per satu. Dari kejauhan sudah tampak kedua orang tuanya yang telah siap menunggu dengan pakaian yang sudah rapi dan resmi, sama sepertinya yang juga memakai gaun berwarna hitam yang panjangnya hanya selutut. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih.

"Ayo, El. Nanti kita telat," gerutu Cakra seraya melirik arloji berwarna kuning emas yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Iya, Pa," balas Elfara sambil melangkah dengan sangat anggun, menghampiri kedua orang tuanya.

Warna gaun yang dia kenakan seolah-olah melambangkan tanda duka cita. Ya, duka cita atas hidupnya yang ternyata tidak berjalan mulus sesuai harapan. Tidak pernah terlintas sedikit pun di pikirannya, jika dia akan dijodohkan dengan seorang pria yang entah rupanya seperti apa.

Selang 30 menit, Elfara dan kedua orang tuanya telah tiba di sebuah restoran bintang lima yang menjadi tempat janji temu dengan keluarga dari pihak pria.

Di salah satu meja yang telah dipesan khusus, telah tampak satu keluarga lengkap di sana. Seorang pria dan wanita paruh baya, juga seorang pemuda yang tengah duduk membelakangi. Sudah dapat dipastikan jika pemuda berjas hitam itu adalah sosok yang akan dijodohkan dengan Elfara.

'Ya Tuhan ... seburuk inikah nasibku, sampai harus dijodohkan dengan pria itu?' gumam Elfara dalam hati sambil menatap punggung pemuda itu dari kejauhan.

Tremor seketika menyerang tubuhnya. Entah apa yang akan terjadi setelah perkenalan dengan pria itu. Mungkinkah orang tua dari kedua belah pihak akan langsung membicarakan hari pernikahan, atau memberinya kesempatan untuk mengenal pria itu lebih dahulu?

"Ayo, El," ajak Cakra seraya merangkul pinggang putrinya. Dia tahu betul jika Elfara sedang dilanda gugup.

"Jangan terlalu tegang. Dibawa santai saja. Ini kan hanya perkenalan," ucap Carka lagi, berusaha menenangkan.

Elfara hanya mengangguk pelan, lalu menghela napas pendek. Berusaha menetralkan perasaannya.

Jarak terisa beberapa langkah lagi. Keluarga dari pihak pria yang telah menyadari kedatangan Elfara dan orang tuanya, segera bangkit dari tempat duduk. Menyambut kedatangan mereka dengan senyum semringah, tak terkecuali pemuda itu yang juga melakukan hal serupa. Namun, seketika senyum di wajah pria itu memudar saat mendapati sosok Elfara yang wajahnya sudah tidak asing lagi. Sedetik kemudian, matanya membulat sempurna.

'Dia?' Batin pria itu bertanya-tanya. 'Apa ini nggak salah? Masa cewek sombong itu yang mau dijodohkan sama gue?'

Sama halnya dengan pria itu, Elfara pun tak kalah terkejut saat mereka saling beradu pandang. Entah mengapa dunia begitu sempit sampai dia harus dipertemukan kembali dengan pria menyebalkan itu lagi.

"Kamu?"

"Kamu?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status