“Aku tidak mengerti maksud Paman.”
Sasha menghindari kontak mata dengan Jade. Ia berharap tidak mengingat apapun dari kejadian semalam. Tapi dalam kepalanya, ingatan itu terlalu jelas untuknya. Jade tersenyum. “Kalau kamu tidak mengerti, kenapa kamu tidak mau menatap mataku?” “I-itu karena …” Belum sempat Sasha memikirkan kalimat selanjutnya, Val datang memanggil mereka. “Kenapa kalian masih di sini?” Deg! Sasha semakin gugup, tapi ia berusaha untuk terlihat biasa saja. “Sasha, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Jade mencoba mengalihkan pembicaraan. Jade tampak khawatir. “Kamu tadi lama sekali di dalam.” Val mendekat dan melihat wajah Sasha. Berpura-pura perhatian di depan Jade. Val menempelkan telapak tangannya di dahi Sasha. “Makanya kalau nggak terbiasa minum, jangan coba-coba!” Sasha malah semakin salah tingkah. Jade malah terkekeh. “Mungkin dia stress gara-gara kamu, Val, makanya dia jadi minum-minum,” goda Jade. Val hanya tertawa. Ia bergegas mengajak Sasha dan Jade ke ruang makan. Mereka pun mengekor di belakang. Makan malam sudah tersedia di meja. Val menuangkan anggur untuk Jade dan Paula. Lalu ia menyodorkan air putih untuk Sasha. “Malam ini kamu hanya boleh minum ini.” Sasha menurut. Ia mengambil gelas dan ikut mengangkatnya bersiap untuk bersulang. “Untuk kejayaan dua perusahaan terbesar di Crépusculaire! Cheers!” Semuanya ikut mengangkat gelasnya. “Cheers!” Mereka kemudian menikmati makan malam mereka. “Om dan Tante Gregory apa kabar, Paman Jade?” tanya Paula mengawali pembicaraan. Jade melahap steak-nya. “Baik. Mereka selalu baik.” “Tahun ini mereka akan hadir di acara ulang tahun Les Bijoux kan?” tanya Val menimpali. Jade berpikir sejenak. “Sepertinya mereka nggak akan melewatkannya. Perusahaan kita sudah seperti keluarga besar.” “Bukannya … kalian memang keluarga?” tanya Sasha dengan polos. Jade, Val, dan Paula tertawa mendengar pertanyaan Sasha. Sasha jadi bingung. Sasha menatap semua orang bergantian. Paula langsung menyela. Sorot matanya penuh makna. “Kamu memang tidak tahu apa-apa, Sasha.” Paula kembali tertawa. Sasha sangat tidak suka mendengar tawa Paula. “Paman Jade sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Dia yang menyelamatkan Les Bijoux by Demian saat akan collapse,” jelas Val. Tiba-tiba ada sedikit rasa lega di hati Sasha mendengar jawaban Val. Setidaknya ia tahu bahwa Jade bukan Paman kandung Val. “Kamu salah, Val,” sahut Jade menimpali. “Ayahmu yang menyelamatkanku lebih dulu.” “Dan aku merasa sangat beruntung karena itu, Paman!” seru Val. Tak terasa waktu berlalu. Sasha membawakan makanan penutup yang baru saja ia buat. Paula langsung mengambil nampan yang dibawa Sasha dan menghidangkan untuk Val dan Jade. Sasha mendengus kesal. “Oh ya,” celetuk Paula. Seolah ia memang sudah menyiapkan kalimatnya untuk diucapkan di waktu yang tepat. “Sepertinya tadi malam aku lihat ada seseorang yang mirip kamu, Sha.” Sasha tertegun. Ia berusaha menyembunyikan ekspresi kagetnya. “Oh, ya? Di mana?” Paula tampak seperti berpikir. Ia kemudian melahap Pannacota-nya. “Entahlah, sepertinya di bar. Aku tidak ingat, karena sepertinya aku terlalu banyak minum semalam.” Tentunya Paula tidak benar-benar minum. Ia hanya ingin memancing Sasha. Paula ingin tahu ke mana Sasha pergi setelah dari bar. Karena ia tidak ada di kamar yang ia pesan sebelumnya. Paula memperhatikan ekspresi Val. Ia tampak acuh. Paula kemudian melirik Sasha. Mengintimidasinya. “Ya, aku memang pergi ke bar,” sahut Sasha. Ia kemudian melirik Jade. “Sepertinya aku di sana sampai ketiduran. Aku tidak mengingatnya.” Jade tersenyum tipis. “Val, kamu harus jaga tunangan kamu ini. Jangan biarkan dia di luar sendirian. Kehidupan di luar terlalu berbahaya untuknya yang terlihat begitu rapuh.” Sasha bisa merasakan darahnya berdesir. Keringat di dahinya mulai menetes. Ia takut Jade akan membongkar semuanya. Val malah bersikap dingin dan seolah tidak peduli. “Dia harus tahu dunia itu kejam, Paman.” Hati Sasha mencelos mendengar ucapannya. Rasa kecewa karena perselingkuhan Val dengan Paula kembali menyergapnya. ‘Kamu lah yang kejam, Val, bukan dunia!’ celetuk Sasha dalam hati. Ia bergegas melahap suapan terakhir makanannya. Selesai makan malam, Val, Paula, dan Jade merokok di balkon. Sasha menyibukkan diri dengan semua piring yang sedang dia cuci. Tiba-tiba Jade menyelinap ke dapur. Ia kemudian merangkul pinggang Sasha dari belakang. Sasha berjengit. Ia bergeser menjauh. Jade menatap Sasha lekat. Kilasan-kilasan ingatan Sasha saat berada di bawah pengaruh obat muncul saat mata mereka bertemu. Sasha menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir ingatannya. Jade tertawa pelan. “Jadi kamu mengingatnya!” “Apa yang Paman inginkan?” tanya Sasha tegas. Ia berharap bisa bernegosiasi dengan Jade agar malam panas itu tidak sampai ke telinga Val. “Sederhana. Aku hanya ingin kamu datang ke kamarku, kapanpun aku mau!”“Mmm… Mmmm…”Sasha berusaha melepaskan cengkraman tangan Jade dari mulutnya. Tapi Jade semakin mempererat tangannya sehingga Sasha agak kesulitan bernapas. Setelah memastikan tidak terdengar suara apapun dari luar, Jade melepaskan tangannya. Sasha akhirnya bernapas lega. Sasha memelototi Jade. “Paman Jade, Paman nyaris buat aku mati!” Jade meringis. “Daripada kamu mati di tangan Val.” Lalu, Jade melihat barang bawaan Sasha. “Kamu sudah siap tinggal di sini?”Sasha menyeret kopernya pelan. Jalannya tampak lemas. “Aku hanya sedang banyak pikiran.”Jade mengikuti Sasha masuk. Jade menunjuk kursi dan berkata dengan lembut. “Duduklah!” Sasha lalu duduk dan melihat-lihat ke sekitar. Jade berjalan menuju kulkas. Ia mengambil dua kaleng minuman. Membuka salah satunya dan memberikannya kepada Sasha. “Kamu bertengkar dengan Val?” tanyanya.Sasha meminumnya. “Sepertinya Paman lebih banyak tahu daripada aku.”“Kalau begitu, sudah ditentukan ... kamu akan tinggal di sini!” seru Jade tampak
“Tidak ada yang tahu itu Paula! Aku membuatnya tetap misterius, untuk menjaga kemisteriusan desain kamu.”Suara Val mulai melemah. “Kamu harus percaya sama aku, Sasha.”Sasha hanya menangis. Ia tidak mau berdebat lebih jauh dengan Val. Ponsel Val tiba-tiba berdering. Val menjawab telepon dari seseorang. “Ya? Apa?!”Val menginjak rem dengan tiba-tiba. Tubuh Sasha terbanting ke depan. Tangannya langsung menahan ke dashboard agar tidak terbentur. Val menatap tajam Sasha sambil ponselnya masih menempel di telinganya. Sasha tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, ekspresi Val sangat mengerikan.“Aku akan segera ke sana!” ucapnya. Ia kemudian mematikan ponselnya. “Aku antar kamu pulang dulu. Aku harus kembali lagi ke tempat acara.”Tubuh Sasha masih gemetar karena ketakutan. Ia tidak berani membantah Val jika Val sudah seperti itu. Sasha terdiam selama sisa perjalanan. Val mengantar Sasha pulang lalu kembali pergi menuju hotel. Sasha masuk rumah dan berjalan dengan lunglai. Data
“Aku harus mengikuti mereka!”Sasha segera memanggil taksi setelah mobil Val dan Paula melaju. Ia mengikuti Val menuju tempat peluncuran desain baru produk Les Bijoux by Demian. Saat mobil Val belok di sebuah hotel, Sasha merasa tidak asing dengan hotel itu. Dia melihat papan nama hotel di pintu gerbang.“Le Grand Cielo Hotel!” seru Sasha sambil menepuk dahinya. “Mau menangkap Rusa malah masuk ke kandang Macan!”Turun dari taksi, Sasha berjalan cepat menuju lobby hotel. Ia kemudian berkeliling mencari arah petunjuk menuju ruangan peluncuran.Saat tiba di sebuah koridor yang dijaga ketat oleh pengawal, Sasha mengintip sambil melihat para tamu yang memperlihatkan barcode untuk masuk ke dalam. Sasha tidak mungkin menyelinap masuk. Ia juga tidak bisa menyamar sebagai staff. Sasha bingung, tapi dia harus bisa masuk ke dalam. Tepat saat itu ada seorang pria meletakkan kepalanya di bahu Sasha, ikut mengintip. Sasha terkejut hingga kepalanya berbenturan dengan kepala pria itu. “Paman Jade
“Itu hanya sebuah kesalahan! Aku tidak mungkin bisa melakukannya lagi denganmu”Sasha mendongakkan kepalanya, berusaha untuk terlihat berani di hadapan Jade. Ia tidak mungkin mengabulkan keinginan Jade. Jade hanya tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian ia mengangkat jarinya dan menjentikkan di dahi Sasha. “Kamu pikir aku orang mesum?” tanya Jade dengan suara lembut. “Kamu yang lebih dulu menggodaku.”Sasha mengusap-usap dahinya. “Aku kan sudah bilang, itu hanya sebuah kesalahan.”Jade bergerak mundur selangkah untuk memberikan ruang bagi Sasha. Sasha hanya tertunduk malu. Lalu Jade mengambil sebuah apel yang ada di meja di dekatnya. Ia menggigit apel itu. “Makanya, dengarkan dulu! Aku belum selesai bicara.”Sasha menatap Jade. Ia terlihat sangat tampan saat memakan apel itu. Untung saja malam ini Val melarang Sasha minum minuman beralkohol. “Aku ingin kamu ke kamarku dan membuatkan desain untuk perusahaanku,” jelas Jade. Sasha merengut. “Tapi kan aku desainer Les B
“Aku tidak mengerti maksud Paman.”Sasha menghindari kontak mata dengan Jade. Ia berharap tidak mengingat apapun dari kejadian semalam. Tapi dalam kepalanya, ingatan itu terlalu jelas untuknya. Jade tersenyum. “Kalau kamu tidak mengerti, kenapa kamu tidak mau menatap mataku?”“I-itu karena …”Belum sempat Sasha memikirkan kalimat selanjutnya, Val datang memanggil mereka. “Kenapa kalian masih di sini?”Deg! Sasha semakin gugup, tapi ia berusaha untuk terlihat biasa saja. “Sasha, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Jade mencoba mengalihkan pembicaraan. Jade tampak khawatir. “Kamu tadi lama sekali di dalam.”Val mendekat dan melihat wajah Sasha. Berpura-pura perhatian di depan Jade. Val menempelkan telapak tangannya di dahi Sasha. “Makanya kalau nggak terbiasa minum, jangan coba-coba!”Sasha malah semakin salah tingkah. Jade malah terkekeh. “Mungkin dia stress gara-gara kamu, Val, makanya dia jadi minum-minum,” goda Jade. Val hanya tertawa. Ia bergegas mengajak Sasha dan Jade ke ruang mak
"A–aku pasti akan melunasinya," sahut Sasha, terbata. Sasha menundukkan pandangan. Ia adalah perempuan yang patuh dan lugu. Dua hal inilah yang membuat Val menyukainya.Bagi Val, perempuan seperti Sasha mudah diperalat!Val terkekeh. "Rp 5 miliar, Sasha. Aku yakin, kamu tidak akan bisa melunasinya."Mendengar jumlah nominal utangnya, Sasha menelan ludah. Ke mana ia harus mencari uang dalam jumlah besar?“Ingat, Sasha! Semua utang itu adalah biaya pengobatan Ayahmu dan biaya hidupmu."Sasha berusaha keras agar tidak menangis. Saat merasa tidak senang, Val selalu mengungkit dan menekan Sasha dengan utang-utangnya.Sasha memberanikan diri memegang tangan Val. "A–aku akan bekerja lebih keras lagi supaya semua desain perhiasanku terjual sebanyak mungkin, Val."Tatapan memohon Sasha tujukan untuk Val. Lalu, berkata, "A–aku janji. Percayalah padaku, Val!"Sudut bibir Val terangkat, menunjukkan seulas senyum sinis. Inilah tujuan Val selama lima tahun!Tanpa disadari Sasha, Val telah memanfa