Accueil / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 80: Operasi Balasan

Share

Bab 80: Operasi Balasan

Auteur: Resya
last update Dernière mise à jour: 2025-05-14 11:37:35

Arman terkejut. "Kamu yakin, sayang?"

Safira mengangguk. "Iya, Ayah. Aku ingat Ibu bilang itu sangat penting."

Farhan dan Arman saling bertukar pandang. Informasi ini bisa menjadi kunci untuk langkah mereka berikutnya.

"Safira," kata Farhan dengan suara lembut. "Kamu sudah membantu kami lebih dari yang kamu tahu. Terima kasih."

Safira tersenyum kecil, meskipun matanya masih menyimpan kesedihan.

Malam itu, Farhan dan Arman duduk di ruang kerja kecil di rumah Farhan. Di atas meja, laptop terbuka dengan layar penuh data yang baru saja mereka dapatkan dari Safira. Farhan mengetik cepat, sementara Arman berdiri di belakangnya, memandang layar dengan cemas.

"Han, kamu yakin ini semua cukup untuk menyerang mereka?" tanya Arman, suaranya rendah tapi penuh tekanan.

Farhan berhenti mengetik sejenak, lalu menatap adiknya. "Man, ini bukan soal cukup atau nggak. Ini soal kita harus bertindak sekarang. Kalau kita tunggu lebih lama, me
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 81: Pertempuran Akhir

    Mereka semua mulai berjalan keluar dari markas, menuju kendaraan yang akan membawa mereka ke lokasi misi. Ketegangan terasa di udara, tapi tidak ada yang mundur.Di rumah, Safira duduk di kamarnya sambil memandang keluar jendela. Dia merasa ada sesuatu yang salah, tapi dia tidak tahu apa. Di kejauhan, suara sirene terdengar samar-samar, membuat hatinya semakin gelisah."Ayah ... Om Farhan ...," bisiknya pelan, air mata mulai mengalir di pipinya.Di dalam kendaraan yang melaju cepat, Farhan duduk di kursi depan bersama Adnan yang mengemudi. Arman duduk di belakang, memeriksa senjata dan perlengkapan mereka. Wajah mereka semua tegang, tapi tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat."Han," panggil Arman akhirnya, memecah keheningan. "Kamu yakin kita bisa masuk tanpa ketahuan?"Farhan menoleh sedikit, menatap adiknya. "Man, kita nggak punya pilihan lain. Kalau kita nggak coba sekarang, mereka akan terus memburu kita. Dan Safira... dia ngga

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 80: Operasi Balasan

    Arman terkejut. "Kamu yakin, sayang?"Safira mengangguk. "Iya, Ayah. Aku ingat Ibu bilang itu sangat penting."Farhan dan Arman saling bertukar pandang. Informasi ini bisa menjadi kunci untuk langkah mereka berikutnya."Safira," kata Farhan dengan suara lembut. "Kamu sudah membantu kami lebih dari yang kamu tahu. Terima kasih."Safira tersenyum kecil, meskipun matanya masih menyimpan kesedihan.Malam itu, Farhan dan Arman duduk di ruang kerja kecil di rumah Farhan. Di atas meja, laptop terbuka dengan layar penuh data yang baru saja mereka dapatkan dari Safira. Farhan mengetik cepat, sementara Arman berdiri di belakangnya, memandang layar dengan cemas."Han, kamu yakin ini semua cukup untuk menyerang mereka?" tanya Arman, suaranya rendah tapi penuh tekanan.Farhan berhenti mengetik sejenak, lalu menatap adiknya. "Man, ini bukan soal cukup atau nggak. Ini soal kita harus bertindak sekarang. Kalau kita tunggu lebih lama, me

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 79: Titik Balik

    Sosok itu tertawa kecil. "Jangan khawatir. Kami punya cara untuk membuat mereka bicara."Yadi terdiam, merasa ada sesuatu yang salah. Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, sosok itu melangkah maju, memperlihatkan wajahnya."Rodres ...," bisik Yadi, matanya melebar.Rodres tersenyum dingin. "Kamu sudah melakukan tugasmu, Yadi. Tapi sekarang, waktumu sudah habis."Farhan menatap layar laptop di depannya dengan ekspresi serius. Di sebelahnya, Arman duduk sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Di layar, terlihat data-data yang dulu milik Ratna, istri Arman, yang kini menjadi senjata utama mereka melawan organisasi bayangan pimpinan Rodres."Han, kita harus bergerak cepat," kata Arman, memecahkan keheningan. "Mereka pasti sudah tahu kita punya data ini. Tunggu sebentar saja, mereka akan mulai mengejar kita."Farhan mengangguk sambil menutup laptopnya. "Aku tahu, Man. Karena itu, kita nggak bisa simpan data ini terus-menerus. Kit

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 78: Pengkhianatan

    Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Farhan berdiri tegak, senjatanya masih terarah ke Yadi. Di sampingnya, Arman tampak gelisah, matanya tak lepas dari sosok yang kini berdiri di depan mereka dengan senyum penuh kemenangan."Jadi, ini rencanamu, Yad?" Farhan membuka suara, nadanya dingin. "Bergabung dengan kami, pura-pura jadi sekutu, lalu menusuk dari belakang?"Yadi hanya tertawa kecil, santai seolah tak ada yang salah. "Farhan, kamu selalu terlalu percaya sama orang. Itu kelemahanmu."Arman mengepalkan tangannya, wajahnya merah menahan amarah. "Kamu tahu berapa banyak orang yang mati karena pengkhianatanmu? Jamil ... dia gugur karena kamu!"Yadi mengangkat bahu, seolah tak peduli. "Jamil? Dia cuma pion. Sama seperti kalian. Aku cuma menjalankan tugas."Farhan melangkah maju, matanya tajam menatap Yadi. "Tugas? Kamu pikir dengan mengkhianati kami, kamu bakal aman? Kamu nggak tahu siapa yang sebenarnya kamu hadapi."Y

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 77: Kebenaran Terungkap

    Suara langkah kaki semakin mendekat. Farhan berdiri tegak di ruang tamu kecil itu, menggenggam senjatanya erat. Matanya tajam, penuh tekad. Di sampingnya, Arman berdiri dengan napas berat, tangan kanannya memegang pisau kecil yang ia temukan di dapur. Mereka tahu, ini bukan sekadar ancaman biasa. Ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. "Han," suara Arman terdengar pelan, hampir seperti bisikan. "Kita nggak bisa terus-terusan begini. Mereka pasti tahu kita di sini." Farhan mengangguk tanpa menoleh. "Aku tahu, Man. Tapi kita nggak punya pilihan. Kalau kita keluar sekarang, mereka bakal habisi kita." Di dalam kamar, Aisyah memeluk Safira erat. Gadis kecil itu tampak ketakutan, wajahnya pucat. Aisyah berusaha menenangkan, meski hatinya sendiri penuh kecemasan. "Safira, Sayang, dengar Tante. Apa pun yang terjadi, kamu harus tetap di sini, ya? Jangan keluar sampai Tante bilang aman." Safira mengangg

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 76: Persembunyian Rahasia

    Suara sirene semakin menjauh, meninggalkan keheningan yang terasa berat di udara. Farhan memacu mobil dengan kecepatan sedang, memastikan mereka tidak menarik perhatian. Di kursi belakang, Safira tertidur dengan kepala bersandar di bahu Aisyah. Wajah kecilnya terlihat damai, meski Farhan tahu, di balik itu semua, trauma yang dialami anak itu tidak akan mudah hilang.Arman duduk di samping Farhan, diam. Tangannya mengepal di atas lutut, matanya menatap lurus ke depan. Tapi Farhan tahu, pikiran adiknya sedang berkecamuk."Man," Farhan memecah keheningan, suaranya rendah. "Kita hampir sampai. Tempat ini aman. Aku percaya sama orang ini."Arman mengangguk pelan, tapi tidak menjawab. Dia hanya menarik napas panjang, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. Farhan meliriknya sekilas, lalu kembali fokus ke jalan.****Setengah jam kemudian, mereka tiba di sebuah rumah tua di pinggir hutan. Rumah itu terlihat sederhana, dengan cat yang mulai p

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 75: Serangan di Malam Hari

    Malam itu, suasana rumah Farhan terasa sunyi. Safira sudah tertidur di kamar, sementara Aisyah sibuk di dapur menyiapkan teh hangat untuk Farhan dan Arman yang sedang berdiskusi di ruang tamu. Adnan duduk di sudut ruangan, memeriksa peta digital di tablet kecilnya. Wajahnya serius, seperti biasa."Han, aku masih nggak yakin soal lokasi server itu," ujar Arman sambil mengusap wajahnya. "Kalau kita salah langkah, mereka bisa lebih dulu menghancurkannya."Farhan menghela napas panjang. "Aku tahu, Man. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Kita harus bergerak cepat."Adnan menatap mereka berdua. "Kita nggak bisa gegabah. Kalau sampai mereka tahu kita mendekati lokasi itu, Safira bisa jadi target utama."Farhan menoleh ke arah Adnan, matanya tajam. "Makanya kita harus pastikan Safira aman dulu. Aku nggak akan biarkan mereka menyentuhnya."Aisyah muncul dari dapur, membawa nampan berisi cangkir teh. "Farhan, kamu yakin nggak mau minta bantuan tam

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 74: Jejak Yang Hilang

    Ledakan kecil yang mengguncang rumah Farhan membuat malam itu berubah menjadi mimpi buruk. Asap tipis mulai memenuhi ruang tamu, dan suara langkah kaki terdengar dari luar, semakin mendekat. Farhan segera meraih pistol yang disembunyikan di dalam laci meja, lalu memberikan isyarat kepada Adnan dan Arman."Cepat ke lantai atas. Amankan Safira," perintah Farhan dengan suara rendah tapi tegas.Arman, yang awalnya terpaku mendengar suara itu, langsung bergerak. Kegelisahan terlihat jelas di wajahnya. "Safira ...," gumamnya sambil berlari ke arah tangga.Aisyah keluar dari dapur dengan wajah panik. "Farhan, apa yang terjadi?"Farhan menatap istrinya sekilas, lalu mendekat. "Aisyah, kamu ikut Arman ke atas. Lindungi Safira. Jangan keluar sampai aku bilang aman.""Tapi, Han-""Nggak ada tapi. Cepat ke atas!" bentaknya, meski suaranya tetap terkontrol. Aisyah menelan ludah, lalu mengangguk sebelum berlari menyusul Arman.Adnan s

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 73: Operasi Bayangan

    Malam itu, suasana rumah Farhan terasa sunyi. Lampu ruang tamu yang temaram memancarkan aura tenang, tetapi di balik dinding-dinding rumah itu, ada ketegangan yang sulit disembunyikan. Arman duduk di sofa, wajahnya terlihat lebih tua dari usianya. Di hadapannya, Farhan berdiri dengan tangan bersedekap, wajahnya serius, seakan memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya."Aku masih nggak percaya kita bisa sampai di titik ini," ujar Arman, suaranya berat. "Semua ini ... Ratna, Safira, dan sekarang organisasi itu."Farhan menarik napas panjang sebelum menjawab, "Mau nggak mau, kita harus hadapi ini, Man. Kalau kita terus lari, mereka nggak akan berhenti. Safira bisa jadi korban."Arman terdiam. Kata-kata Farhan selalu tepat sasaran, meski terkadang terasa seperti tamparan. Dia menunduk, memandangi secangkir kopi di atas meja. "Aku cuma nggak tahu apakah aku bisa melindungi Safira. Dia masih kecil, Han. Dia nggak tahu apa-apa soal ini semua."

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status