Share

2. Mencari Hati Yang Murni

Acar pemakaman di langsungkan dengan perasaan haru dan sedih.

Sebagian penduduk kerajaan Arnawarman berduka di hari itu.

Raja-raja penguasa dunia persilatan juga turut hadir bersama para putra mahkota mereka.

Para klan pendekar juga tidak melewatkan hal ini.

Saking banyaknya orang yang datang. Upacara pemakaman sampai harus dipindah tempatkan.

Awalnya akan dilangsungkan depan aula istana kerjaan Arnawarman.

Berpindah menjadi di tanah lapang area belakang istana.

Selama upacara berlangsung, Nalini mulai mengawasi gerak-gerik dari para tamu yang hadir disana.

Dia jadi berpikir, jiwa murni yang seperti apa sehingga pantas mendapatkan pedang legendaris Danadyaksa.

Sayangnya, Nalini malah mendengar cemoohan dan rencana jahat untuk merebut paksa pedang legendaris.

Walau mereka tidak mengetahui sama sekali keberadaan pedang tersebut.

Emosi Nalini mulai menaik mendengarnya.

"Kakak tertua--"

"Diam dan pura-pura tidak mendengar saja." Bisik kakak seperguruan yang tertua.

"Sekarang Nona sedang menjadi pusat perhatian mereka."

Nalini mati-matian menekan emosinya. Dia tetap tenang sampai upacara pemakaman selesai.

Sesuai janjinya selesai upacara pemakaman, Raja Arnawarman yang menyambut mereka.

Posisi kerjaan Arnawarman merupakan kedua tertinggi dari keempat kerjaan.

Tentu saja Istana yang megah nan luas mampu menampung dan menjamu para tamu dengan sangat baik.

Setelah beramah tamah dengan para tamu, Raja Arnawarman mengundang Nalini dan juga kakak tertua mereka ke kediaman pribadi Raja.

Disana sudah ada jamuan khusus untuk mereka. Bahkan permasuri dan putra mahkota telah menunggu.

"Silahkan duduk, bukankah kita sudah seperti keluarga sendiri." Ucap permasuri membuka percakapan.

"Bahkan Raja sendiri yang menyuruh menyiapkan jamuan khusus ini. Untuk menghibur dan memisahkan mu dari hiruk pikuk tamu."

"Terima kasih atas kebaikan Paduka." Jawab kakak tertua mewakili.

"Untuk sementara tinggallah disini bersma para tamu yang lainnya." Titah Raja Arnawarman disela-sela menyantap hidangan.

"Saya kurang setuju, sebaiknya Nona pulang bersama kami."

Permasuri jelas tidak suka jika kakak tertua ini yang terus menjawab dan malah menentang titah sang Raja.

Dia merasa bahwa orang luar tidak sepantasnya mencampuri urusan keluarga kerajaan.

Namun Raja Arnawarman berdeham, tujuannya untuk menenangkan permasuri yang sudah menggulirkan bola matanya kesana kemari.

"Ada beberapa hal yang harus dibereskan terlebih dahulu, masalah perguruan Danadyaksa."

Lanjut kakak tertua yang merasa harus memberikan alasan yang jelas pada keluarga kerjaan.

"Hm... ada benarnya juga ucapmu. Ditambah status Nalini yang belum jelas bagi keluarga kerajaan."

"Jika tidak ada masa berkabung, mungkin pernikahan kalian akan sesuai dengan rencana awal."

Putra mahkota seperti curi-curi pandang pada Nalini, saat Raja berkata.

Namun pikiran Nalini yang kacau, tidak menyadari hal itu.

Bahkan pembicaraan ini pun, Nalini tidak menangkap sama sekali.

Dia sedikit bersyukur karena kakak tertua ikut bersamanya.

Nalini hanya tersenyum saja untuk menanggapi setiap perkataan yang keluar dari mulut mereka.

"Ah, iya. Sebelumnya saya mau meminta maaf. Tapi ada hal yang mengganggu pikiran selama ini."

Permasuri seperti menunggu respon dari Raja Arnawrman dan juga Nalini.

"Silahkan katakan saja, apa yang mengganggu pikiranmu itu."

"Seperti yang kita tahu, Nalini merupakan satu-satunya keturunan klan Danadyaksa."

"Tidak mungkin seorang wanita memimpinnya. Pasti perguruan akan jatuh ke tangan mu. Murid kesayangan Guru Besar."

Permasuri menunjuk kakak tertua.

"Ibunda, pertanyaan macam apa itu?" Sergah putra mahkota.

"Tidak apa Putra Mahkota, saya mengerti kehawatiran Permasuri."

"Betul apa yang dikatakan oleh Permasuri. Saya sudah mendapatkan mandat dari Guru Besar sebelum meninggal."

"Tapi, saya akan mendedikasikan hidup saya untuk perguran dan juga perdamaian dunia. Serperti yang sudah diajarkan oleh Guru Besar."

Kakak tertua masih setenang itu setelah permasuri mencoba menyudutkannya.

"Setelah kalian menikah apakah bisa Pedang Legendaris milik keluarga Danadyaksa menjadi milik Putra Mahkota kami."

Inilah tujuan utama permasuri merengek pada Raja untuk mengadakan perjamuan khusus.

Nalini langsung saja terkejut dengan permintaan permasuri.

"Apakah sebelumnya memang ada perjanjian seperti ini dengan Kakek?"

Ada sedikit nada tinggi terselip diantara kalimat Nalini.

Dia mulai lelah dengan orang-orang yang menginginkan pedang legendaris Danadyaksa.

"Tentu tidak ada hal seperti itu, kami menjodohkan kalian murni karena jasa Guru Besar pada kerajaan ini."

Hal itu langsung dibantah oleh Raja Arnawarman. Permintaan permasuri juga bukan hal yang aneh.

Terlebih lagi, Nalini akan menjadi calon putri mahkota setelah masa berkabung.

Status putra mahkota mereka akan jadi lebih unggul dibanding tiga kerajaan lainnya, jika pedang legendaris itu menjadi miliknya.

Ditambah Raja Arnawarman juga tidak tahu apa-apa tentang perjanjian Nalini dan Guru Besar.

"Ada cerita lain yang tersimpan pada pedang legendaris tersebut."

Kakak tertua pun, menceritakan tentang kutukan keluarga Danadyakasa.

Jika putra mahkota menjadi suami Nalini, statusnya tetap akan menjadi menantu keluarga Danadyaksa.

Dia tidak bisa memilikinya, berpotensi mati dan juga menimbulkan pertumpahan darah yang baru.

Informasi yang disampaikan oleh kakak tertua memberikan kejutan terbesar bagi keluarga kerajaan.

Permasuri bahkan mulai memandang Nalini dengan berbeda.

Dia takut, bahwa masuknya Nalini ke keluarga kerajaan akan membawa kutukan dan petaka.

Putra mahkota yang sudah terlanjur cinta pada Nalini karena perjodohan mereka sejak kecil.

Akan sangat sulit untuk menghasutnya membatalkan pernikahan.

Apalagi ekspresi sang Raja juga tidak terlalu terganggu dengan hal tersebut.

Permasuri mulai memikirkan cara untuk membatalkan pertunangan mereka dan mengusir Nalini jauh dari kerajaan Arnawarman.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status