Share

Bab 62

Penulis: Inspirasi Kopi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-20 23:59:53

“Sudah, sudah,” katanya lembut, suaranya kini terdengar seperti belaian. Ia menghentikan tawa suaminya yang masih sesekali meletup. “Kasihan ini Joko. Lihat wajahnya, sudah lelah sekali. Dari pagi buta sampai malam begini, badannya pasti remuk.”

Ia berjalan mendekati Joko dan menepuk pundaknya dengan penuh kasih sayang. “Nak, sudah cukup untuk hari ini. Kamu sudah melakukan lebih dari cukup. Sekarang, masuklah ke kamarmu dan istirahat. Kamu butuh tenaga penuh untuk hari pertamamu yang sesungguhnya besok.”

Perintah lembut itu terasa begitu hangat di telinga Joko. Ia memang sangat lelah. Tulang-tulangnya terasa ngilu, dan matanya panas karena kurang tidur. Bagian dari dirinya ingin sekali langsung merebahkan diri di kasur dan melupakan segalanya. Ia mengangguk pelan. “Iya, Bu.”

Ia bangkit dari kursinya, berniat untuk langsung menuju ke kamar kecilnya di belakang. Namun, saat ia berbalik, matanya tanpa sengaja tertuju pada wastafel cuci piring di sudut warung. Di sana, tergeletak tiga ca
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 62

    “Sudah, sudah,” katanya lembut, suaranya kini terdengar seperti belaian. Ia menghentikan tawa suaminya yang masih sesekali meletup. “Kasihan ini Joko. Lihat wajahnya, sudah lelah sekali. Dari pagi buta sampai malam begini, badannya pasti remuk.”Ia berjalan mendekati Joko dan menepuk pundaknya dengan penuh kasih sayang. “Nak, sudah cukup untuk hari ini. Kamu sudah melakukan lebih dari cukup. Sekarang, masuklah ke kamarmu dan istirahat. Kamu butuh tenaga penuh untuk hari pertamamu yang sesungguhnya besok.”Perintah lembut itu terasa begitu hangat di telinga Joko. Ia memang sangat lelah. Tulang-tulangnya terasa ngilu, dan matanya panas karena kurang tidur. Bagian dari dirinya ingin sekali langsung merebahkan diri di kasur dan melupakan segalanya. Ia mengangguk pelan. “Iya, Bu.”Ia bangkit dari kursinya, berniat untuk langsung menuju ke kamar kecilnya di belakang. Namun, saat ia berbalik, matanya tanpa sengaja tertuju pada wastafel cuci piring di sudut warung. Di sana, tergeletak tiga ca

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 61

    Eyang Giri Sewu kini menatap mereka berdua bergantian, muridnya yang ahli ilmu gaib dan utusan dari dunia bisnis yang kejam. Dua dunia yang berbeda, kini dipersatukan oleh satu musuh yang sama.“Ini bukan sebuah kebetulan,” kata Eyang Giri Sewu, matanya berkilat-kilat. “Ini adalah pertanda bahwa benang-benang takdir sedang ditarik ke satu titik pusat. Bocah yang kalian cari, tamu dari kota, adalah bocah yang sama yang baru saja membuat muridku ini pulang dalam keadaan terluka parah.”Wajah Baron pucat pasi. Jadi dukun tua yang tampak lemah ini baru saja dikalahkan oleh bocah yang sama? Betapa kuatnya anak itu sebenarnya?Eyang Giri Sewu seolah bisa membaca pikirannya. “Jangan takut,” katanya. “Kekalahan muridku ini adalah sebuah pelajaran berharga. Kita sekarang tahu apa yang kita hadapi. Bukan seorang bocah, tapi sebuah pusaka agung yang telah terbangun.”Ia menatap Mbah Karyo. “Tugasmu kini berubah, Karyo. Kau tidak akan bekerja sendirian lagi.”Lalu ia beralih pada Baron. “Dan kau,

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 60 Eyang Giri Sewu Datang

    “Temukan wadah yang membuatnya jadi Bocah Kencana! Aku tidak mau tahu, aku harus mendapatkan Pusaka Kencana sebelum bocah itu semakin tidak tahu diri!”Permukaan cermin yang tadinya mati itu mulai bereaksi.Bercak-bercak kehijauan di atasnya seolah bergerak, berputar perlahan seperti pusaran air yang lambat. Asap dari dupa melati di sampingnya tidak lagi mengepul ke atas, melainkan tertarik masuk ke dalam permukaan cermin, seolah ditelan.Perlahan, di tengah keburaman itu, sebuah gambaran mulai terbentuk. Awalnya hanya bayangan-bayangan yang kabur, seperti melihat dasar kolam yang keruh. Lalu semakin jelas. Ia melihat sebuah ruangan yang terang, dipenuhi benda-benda aneh dari logam yang berkilauan. Ia melihat dua sosok pemuda berseragam biru.Dan salah satunya… adalah dia.Mbah Karyo menyeringai tipis.Ia telah menemukannya.Gambaran di cermin itu seolah mendekat, kini fokus pada wajah Joko yang sedang tertawa ringan bersama temannya. Wajah yang polos, wajah yang sama sekali tidak men

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 59 Perburuan Joko

    Joko melirik ke arah Adam. Seniornya itu masih sibuk bersenandung kecil sambil mengelap meja, sama sekali tidak menyadari perubahan atmosfer yang mengerikan di sekitar Joko.Pikiran Joko langsung berpacu.Apa ini?Ini berbeda dari serangan jin api semalam. Serangan itu terasa panas, brutal, dan penuh amarah. Yang ini terasa dingin, senyap, dan penuh perhitungan. Ini bukan serangan. Ini adalah pengintaian. Sesuatu, atau seseorang, sedang mengamatinya dari kejauhan.Seketika, pusaka di dadanya bereaksi. Kehangatan yang tadinya samar kini berubah menjadi panas yang cukup kuat. Panas itu menjalar dari dadanya, menciptakan sebuah perisai tak kasat mata yang melawan hawa dingin yang menusuk.Kehangatan itu adalah satu-satunya hal yang nyata di tengah sensasi aneh yang melumpuhkannya.Ini nyata.Ini adalah ancaman gaib.Aura dingin itu berputar sekali lagi, lebih dekat, seolah mencoba menembus pertahanan hangat yang dipancarkan oleh pusaka Joko. Ia bisa merasakan aura itu ‘mengendus’, ‘memin

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 58 Mbah Karyo Belum Menyerah

    Joko tidak menjawab. Ia hanya berjalan gontai melewati mereka, meletakkan nampan perak itu di meja dengan suara denting yang pelan dan menyedihkan. Ia lalu duduk di salah satu kursi, menundukkan kepalanya dalam-dalam, dan menghela napas panjang yang terdengar sangat putus asa.Drama kecil itu bekerja dengan sempurna. Wajah Adam dan Agus seketika pucat pasi.“Sudah gue duga!” desis Adam, mengusap wajahnya dengan kasar. “Pasti gara-gara kopi sialan ini! Aduh, mati kita. Gue yang salah, Jok. Seharusnya gue nggak usah aneh-aneh nyuruh lu tes kopi segala.”“Terus gimana, Mas?” tanya Agus, suaranya kini bergetar. “Apa kita berdua juga ikut dipecat?”Joko masih menunduk, bahunya sedikit bergetar. Adam dan Agus mengira ia sedang menahan tangis.“Susah, Mas, ceritanya,” kata Joko dengan suara yang dibuat serak dan penuh penyesalan. “Saya… saya nggak tahu harus bilang apa. Mungkin memang saya tidak cocok kerja di tempat seperti ini.”“Jangan ngomong gitu, Jok!” sahut Adam cepat. “Ini salah gue.

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 57 Joko Kang Jahil

    Di sisi lain meja, Pak Sanusi mengalami tingkat keterkejutan yang sama, atau bahkan lebih. Wajahnya yang tadi kaku dan lelah karena pekerjaan, kini membeku dalam ekspresi tak percaya. Ia melihat seorang Office Boy berseragam biru dongker, namun wajah yang menatapnya adalah wajah pemuda pemberani yang telah menantang Hartono dan para pengawalnya kemarin.Wajah yang sama yang dengan tulus menolak tawarannya makan malam.“Lho…” kata Pak Sanusi, suaranya serak karena kaget. Ia bahkan mendorong kursinya sedikit ke belakang. “Kamu…”Pak Sanusi adalah yang pertama pulih dari keterkejutannya. ebuah senyum geli yang tak tertahankan perlahan terukir di bibirnya, yang kemudian berubah menjadi tawa kecil yang renyah. Tawa itu memecah ketegangan di udara.“Dunia ini,” katanya sambil menggelengkan kepala. “Ternyata benar-benar sempit, ya.”Ia menatap Joko yang masih berdiri mematung. “Joko, kan? Apa yang kamu lakukan di sini, memakai seragam ini?”Joko akhirnya menemukan suaranya kembali, meskipun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status