Happy Reading*****Yusuf dilarikan ke rumah sakit oleh eyangnya. Seluruh keluarga kini sedang berkumpul di depan pintu ruang UGD termasuk dua sahabat lelaki tersebut. Sudah sangat lama ketika kecelakaan itu terjadi, Yusuf tak pernah lagi masuk rumah sakit walau dia harus bergantung pada obat-obatan. Namun, hari ini kejadian terulang, dilarikan ke rumah sakit karena keadaan yang genting. Menunggu di depan ruang UGD, Irsan dan sahabat Yusuf yang lain cuma bisa diam dan menonton drama keluarga Prayoga. Sejak sang petinggi perusaan pingsan di pesta ulang tahun pernikahannya. Semua orang bertanya-tanya apa penyebab pewaris usaha tersebut bisa ambruk seperti tadi."San, apa yang terjadi dengan Yusuf. Mengapa, sepertinya dia kembali terguncang?" tanya sahabat Yusuf yang bernama Fawwaz. Bapak satu anak itu tak habis pikir. Mengapa sahabatnya selalu saja terkena masalah."Tidak tahu juga. Akhir-akhir ini, dia sering mengalami sakit kepala dan kembali mengkonsumsi obat-obatan itu," terang Irs
Happy Reading*****Bunga sampai di rumah dan langsung masuk kamar tanpa mempedulikan putranya. "Bu, tolong bantu Fatih ganti baju, ya," pinta perempuan berjilbab tersebut ketika berpapasan dengan wanita yang telah melahirkannya sebelum mencapai pintu kamar."Ada masalah, Nak?"Bunga cuma menggelengkan kepala dan segera menggerakkan handle pintu. Tanpa menjawab, dia masuk kamar tanpa menoleh lagi ke belakang.Mahirah menatap sang cucu yang terbengong melihat semua perilaku bundanya. "Kenapa kalian pulang cepat? Apa yang terjadi di pesta temannya Tante Shaqina?" Mengajak cucunya masuk kamar, Mahirah mulai melucuti pakaian bocah laki-laki tersebut."Unda ngajak pulang cepat. Padahal, Fatih masih suka dan betah di pesta itu, Nek. Makanannya enak-enak, tempat pesta juga mewah.""Alasannya apa?" Perempuan paruh baya itu memberikan setelan piyama yang akan dipakai Fatih. "Ada om-om yang ngobrol sama Unda. Lalu, Unda sama Om itu seperti berdebat.""Lalu?" Mahirah mulai penasaran dengan ce
Happy Reading*****Dua hari Yusuf dirawat di rumah sakit dan selama itu pula, hanya Kamila yang setia menemaninya. Bagaimana dengan sang istri? Mengapa tidak menemaninya? Tentu, jawabannya adalah karena Jafar tidak mengijinkan menantu kesayangannya itu lelah. Apalagi Adhisti tengah mengandung janin yang digadang-gadang akan menggantikan posisi Yusuf. Namun, Kamila sangat bersyukur ayah mertuanya tidak mengijinkan sang menantu menemani Yusuf. "Sebaiknya, Mama pulang. Aku sudah sehat dan baik-baik saja.""Kalau sehat, kamu tidak akan menginap di sini. Jangan larang Mama untuk merawat. Kamu itu sudah banyak menderita karena tekanan dan permintaan kami. Sebagai orang tua, Mama sangat malu, Suf." Menengadahkan tatapan ke langit-langit ruang perawatan sang putra, Kamil menghalau air mata yang siap terjun kapan saja."Menderita gimana, Ma? Aku baik-baik saja." Yusuf juga berusaha menyembunyikan semua kesedihan dan keresahan hatinya. Selama menginap di rumah sakit, dia mengutuk dirinya sen
Happy Reading*****Genap empat hari dirawat, Yusuf sudah diperkenankan pulang. Catatan kesehatannya makin membaik dengan kondisi psikis semakin meningkat. Emosinya juga cenderung lebih stabil saat ini. Keluarga Prayoga menyambut kedatangan sang pewaris dengan bahagia. Seluruh keluarga hadir saat itu kecuali sang Mama. Sudah tiga hari sejak pesta ulang tahun perkawinan putranya, perempuan paruh baya itu enggan pulang ke rumahnya sendiri. Dia memilih tinggal di rumah lain milik suaminya. Hal yang sebenarnya adalah dia malas bertemu dengan menantunya. "Pa, Mama mana?" tanya Yusuf ketika tidak menemukan sosok perempuan yang telah menemaninya selama di rumah sakit. "Mama lagi ada urusan," jawab Purnama cepat."Mamamu tidak menginap di rumah sakit, Suf? Sejak kamu dirawat, dia tidak sekalipun pulang ke rumah ini," timpal sang kepala keluarga. Siapa lagi kalau bukan Jafar.Suami Adhisti menatap sang Papa. Mengetahui ada yang disembunyikan oleh orang tuanya. Yusuf segera menjawab. "Tiap
Happy Reading*****Purnama memang telah mendapat kabar dari orang yang disewanya bahwa Fatih anak yang terlahir tanpa ayah. Semua informasi tentang keluarga Bunga telah dikantongi. Namun, lelaki paruh baya itu belum memberitahu istrinya. Melihat kebahagiaan Kamila ketika dekat dengan Fatih, lelaki itu tak tega menceritakan hal yang sesungguhnya.Semua itu membuat Purnama melamun, tatapannya kosong entah ke mana. Sangat heran, jika Mahirah saja seperti itu, mengapa Bunga bisa terjebak pergaulan bebas. Dalam hati, lelaki itu juga bersyukur. Putranya tidak mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin tak bermoral. "Pa, malah bengong," kata Kamila, "Fatih ada di sana. Sebentar, ya, Mama akan panggil." Istri Purnama bangkit dari duduk dan berjalan ke arah Fatih. Melambaikan tangan memanggil bocah kecil nan menggemaskan yang sedang tertawa bersama teman-temannya."Eyang Mila manggil Fatih. Ada apa?" tanya si bocah. Setengah berlari, dia menghampiri Kamila. Keringat mulai membasahi waj
Happy Reading*****Bel tanda masuk berbunyi. Fatih turun dari pangkuan Purnama. Menyalami satu per satu para eyang dan juga neneknya, bocah kecil itu berlari ke arah kelas."Hati-hati, Sayang. Jangan sampai jatuh. Kamu tidak akan terlambat. Kalaupun telat dan dimarahi guru, Eyang akan protes pada pemilik yayasan ini. Kamu tidak perlu takut," teriak Purnama penuh kekhawatiran. Baru sekali bertemu dengan bocah itu, dia langsung jatuh cinta seperti ini.Mahirah terbengong mendengar perkataan lelaki di sebelah Kamila. Tak disangka dia sangat berpengaruh juga sampai berani mengadu pada pemilik yayasan secara langsung. Diam-diam, neneknya Fatih itu juga takut jika berbuat salah. Tentunya, Purnama bukanlah orang sembarangan. "Aku harus menceritakan ini pada Bunga," ucap Mahirah dalam hati."Maafkan suami saya, Bu. Dia ini kalau sudah suka sama seseorang apa pun akan dilakukan untuk melindungi. Jangan kaget dengan ucapannya. Keluarga pemilik yayasan ini, memang salah satu sahabat kami apala
Happy Reading*****"Sudah jangan berdebat lagi. Kita ini bukan anak ABG lagi," sentak Fawwaz, "kamu makin aneh kalau aku lihat. Sejak mau berangkat bertemu seseorang yang katanya spesial, tingkahmu makin kayak orang jatuh cinta, Suf.""Bener banget," sambar Irsan dengan sinyal kuat jika urusan mem-bully sahabatnya satu itu."Cukup, tidak perlu kalian teruskan. Ada yang kepedean nanti. Ayo berangkat sekarang. Aku masih banyak urusan di kantor." Memasukkan kedua tangannya ke saku celana, Yusuf berbalik arah."Lah, katanya tadi sudah mengosongkan jadwal demi bisa bertemu Bunga. Gimana, sih? Ngomongnya mencla-mencle jadinya." Irsan melirik Fawwaz."Ikuti alur pewaris Prayoga sajalah. Daripada hidup kita sengsara nantinya," bisik Fawwaz, "istriku juga sudah OTW ke restoran disebutkan Yusuf tadi.""Baiklah, demi persahabatan dan bisnis." Irsan menatap Shaqina. "Ayo, Baby. Kita berangkat sekarang," ajaknya pada sang pemilik butik."Huek," jawab Shaqina sambil melengos. "Sejak kapan aku jad
Happy Reading*****Bunga keluar dari ruangan VVIP yang dipesan Yusuf setelah berkata egois pada sang suami. Diiringi Shaqina yang setia berada di sampingnya."Kamu harus menceritakan semua dengan jelas padaku, Bunga. Tidak ada lagi yang perlu kamu tutupi dan sembunyikan. Aku sangat tidak suka kamu diperlakukan begini oleh lelaki bejat itu.""Biarkan aku sendiri dulu, Sha. Aku pasti ceritakan semuanya, tapi nggak sekarang." Kedua perempuan yang sudah bersahabat sejak sekolah itu masuk mobil tanpa perbincangan lagi.Yusuf terdiam setelah kepergian Bunga dan Shaqina. Dia mulai mencoba mengingat setiap kepingan-kepingan mimpi yang hadir di setiap malam selama bertahun-tahun lamanya. Perempuan itu selalu mendampinginya dengan setia.Bunga adalah sosok perempuan dalam mimpi Yusuf. Tak jarang, si lelaki sering memimpikan mereka berdua bermesraan layaknya sepasang suami istri. Sulung Purnama itu selalu merasa bersalah saat mimpi-mimpi yang hadir menghiasi malamnya bukanlah sang istri. Dia me