Putra Tersembunyi sang Presdir Mandul

Putra Tersembunyi sang Presdir Mandul

By:  pramudining   Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings
68Chapters
19.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dikira hamil di luar nikah, Bunga pun diusir dari kampung halaman. Sayangnya, dia tak bisa menunjukkan bukti pernah menikah karena dokumen-dokumen tersebut berada di tangan Yusuf, sang mantan suami. Tanpa sadar, enam tahun berlalu, Bunga mendadak bertemu lagi dengan Yusuf. Tapi, pria itu seolah tak mengenalnya dan telah memiliki istri lagi. Sebenarnya apa yang terjadi? Dan mengapa saat Bunga menggunakan kartu ATM yang pernah Yusuf berikan, pria itu mendadak kembali mencarinya?!

View More
Putra Tersembunyi sang Presdir Mandul Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mustika Dyah S
... ... ... ... ...
2024-04-22 18:01:15
1
user avatar
Mustika Dyah S
Menarik Menarik Menarik Menarik Menarik
2024-04-22 17:59:57
1
user avatar
Mustika Dyah S
Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus
2024-04-22 17:56:18
1
user avatar
pramudining
Karena kesehatan yang belum stabil, update tidak bisa setiap hari untuk cerita ini, ya. Insya Allah setelah benar-benar pulih akan menamatkannya. terima kasih yang masih setia menunggu bab terbaru cerita ini....
2024-03-22 21:17:13
1
user avatar
pramudining
karena badan masih drop banget. maaf nggak bisa update setiap hari.
2024-03-16 14:47:35
2
user avatar
pramudining
Apa tanggapan kalian tentang cerita ini, boleh di komen, ya. Mau kenal lebih dekat sama penulis bisa kunjungi akun FB atau Instragram dengan nama Pramudining. aku tunggu, tanggapannya.
2024-02-18 14:29:38
1
user avatar
pramudining
Karena kemarin tidak update, cus meluncur ada double up dariku
2024-02-03 17:05:05
0
user avatar
Yuni Wulandari
lanjut thor...ditunggu updatenya
2024-01-29 10:54:13
1
user avatar
pramudining
Selamat membaca cerita terbaruku. semoga kalian suka. Jika berkenan bisa memberikan ulasan, ya. akan sangat membahagiakan saat kita bisa saling menyapa.
2023-11-11 06:03:55
0
68 Chapters
1. Kejutan Hari Pertama
"Bapakmu itu panutan kami, jika sampai anak gadisnya hamil tanpa adanya suami sungguh sangat memalukan!""Betul itu! Untuk apa dia mengajarkan norma serta syariat pada anak-anak kami jika mendidik anaknya sendiri menjadi baik tidak bisa?" timpal salah satu tetangga yang malam itu berada di rumah Bunga dengan seluruh warga termasuk ketua RT.Berbondong-bondong para tetangga menyerang Bunga yang saat itu tengah hamil delapan bulan agar keluar dari desanya. Kehamilan anak guru gaji itu merupakan aib bagi warga desa yang masih menjunjung tinggi adat dan norma. Mereka bahkan tak segan menyeret Bunga beserta orang tuanya untuk segera meninggalkan desa--tempat kelahirannya--tanpa mau mendengar penjelasan sama sekali."Unda, cantik banget, sih. Mau ke mana?" tanya seorang bocah lima tahun yang membuat Bunga tersadar dari lamunan. Enam tahun berlalu dari kejadian buruk itu dan Bunga bersyukur karena mempertahankan Fatih saat dia dimaki banyak orang.Karena anaknya itu pula, sosok Bunga Anni
Read more
2. Ancaman
Segala macam pikiran berkecamuk pada diri Bunga. Sekian tahun tak berteu ternyata Yusuf sudah memiliki seorang istri. Bunga berjalan gontai ke arah pantry. Ia bahkan hampir menabrak salah satu karyawan butik."Maaf ... maaf," kata Bunga menyadari kekeliruannya."Tidak apa-apa, Mbak." Salah satu karyawan butik itupun berlalu pergi meninggalkan Bunga yang masih bengong. Mengusap kasar wajahnya, Bunga mencoba mendoktrin pikirannya supaya tetap fokus dalam bekerja. Sudah selama ini tidak bertemu dengan lelaki itu, tentu saja semua sudah berubah. Wajar jika dia sudah menikah. Begitulah pemikiran yang ditanamkan si perempuan untuk menyikapi lelaki yang ditemuinya tadi.Baru menyelesaikan kopi yang dibuat untuknya, Bunga mendapat pesan dari Shaqina agar segera ke ruangannya. Ibu satu anak itupun menghela napas sebelum masuk. Dia meletakkan beberapa cangkir kopi yang dibuat tadi di meja.Hanya saja, tangan Bunga gemetar tatkala melihat cincin yang tersemat di jari manis lelaki yang ditem
Read more
3. Kalut
Pagi-pagi sekali, Bunga sudah disibukkan dengan Fatih. Bocah kecil yang belum genap berumur lima tahun itu ribut sejak sebuah untuk menyiapkan keperluan sekolahnya. Fatih sangat antusias memulai harinya yang baru."Nda, nanti berangkatnya naik apa?" tanya Fatih."Naik motor, Sayang." Bunga mengambil tas dan memanggil ibunya untuk berangkat."Memangnya Unda sudah beli?" Fatih bahkan sampai mendongak dan memiringkan kepala untuk mendengar jawaban Bunga.Mencubit pelan pipi balita gembul itu, Bunga pun menjawab, "Sudah, dong. Memangnya Fatih nggak tahu? Motornya, kan, kemarin sore dianter sama pihak dealer."Si kecil menggelengkan kepala. "Nenek kok nggak ngasih tahu Fatih kalau Unda beli motor?" Menatap pada neneknya yang sudah rapi dengan gamis batik baru."Fatih kemarin tidur pas motornya datang. Udah, yuk berangkat. Semakin banyak pertanyaan, Bundamu akan semakin lama berangkat kerjanya."Mengangguk patuh, si kecil pun mengikuti langkah bunda dan neneknya ke luar rumah. Selama perjal
Read more
4. Heboh
Sedikit gemetar, tangan Bunga mulai memencet tombol mesin EDC di depannya. Perempuan itu masih sangat hafal dengan pin yang disebutkan sang pemilik kartu. Suara print out dari mesin kecil itu keluar. Bunga melirik putranya yang tersenyum begitu bahagia ketika dia telah membayar biaya sekolah dengan mudah.Namun, senyum Bunga luntur ketika mengingat seseorang yang memberikan kartu tersebut. Apalagi ketika nominal pembayaran tersebut keluar. Cukup banyak untuk ukuran kebutuhannya sebagai seorang perempuan yang hidup sendiri."Kartu ATM siapa yang kamu berikan pada petugas tadi, Nduk? Kenapa Ibu nggak pernah melihatnya," tanya perempuan paruh baya di sebelah Bunga."Nanti, Bunga akan cerita, Bu. Sekarang, kita pulang karena aku harus kerja. Ada pelanggan butik yang harus aku temui. Dia sangat cerewet sekali. Kasihan jika Shaqina sendirian menghadapinya." Mereka bergegas kembali ke parkiran ketika semua syarat-syarat pendaftaran sekolah sudah diselesaikan. Sesampainya di rumah, Bunga la
Read more
5. Pencarian
Di sisi lain, perempuan Kamila menuju ruangan Purnama.Dia pun masuk, tanpa mengetuk pintu."Papa sudah hubungi Rudy untuk menyelediki masalah yang Mama katakan di telpon tadi, kan?" tanya Kamila tanpa mengucap salam."Mama itu kurang kerjaan banget, sih. Lagian kenapa mesti menghubungi Rudy untuk masalah sepele seperti ini. Memang rekening siapa yang mau Mama retas?""Anakmu, Mama curiga. Sejak kejadian itu," kata Kamila. Pandangannya lurus ke depan, mengenang kejadian enam tahun silam. "Curiga kenapa? Yusuf tidak berbuat macam-macam bahkan berselingkuh dari istrinya saja tidak pernah. Lalu, kenapa Mama mencurigai rekeningnya?" Purnama masih kekeh untuk tidak mengabulkan permintaan sang istri. Menyuruh Rudy untuk meretas rekening seseorang, terlalu beresiko baginya. Jika menyangkut konsumen yang menunggak payment di perusahaan, mungkin Purnama bisa melakukannya. Akan tetapi, ini rekening pribadi seseorang, meskipun milik anaknya sendiri."Papa tidak akan mengerti. Pokoknya, kalau
Read more
6. Teka-teki
Pagi-pagi sekali, Bunga sudah menyiapkan bekal untuk Fatih, sedangkan ibunya tengah menyapu. Si kecil sendiri, tengah mandi saat ini.Fatih terbiasa melakukan semua hal sendirian sejak berumur empat tahun. Bocah itu begitu pengertian melihat orang tua serta neneknya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing setiap hari. Hal itu kini cukup meringankan bundanya.Setengah jam kemudian, Fatih keluar dengan dandanan yang sudah rapi. "Unda, aku sudah siap berangkat ke sekolah." Bocah itu memutar-mutar badannya memperlihatkan seragam serta tas baru yang kemarin diberikan pihak sekolah.Bunga memperhatikan si kecil dengan sangat detail, dari ujung kaki hingga kepala. Namun, ketika matanya menatap dasi, seketika tawa menguar."Unda kenapa ketawa?" Mata Fatih menyipit. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Bukannya berhenti, Bunga malah mengeraskan tawa. Fatih mulai mengerucutkan bibir dengan kaki menghentak-hentak. Bunga pun menyadari kesalahannya dan sebisa mungkin menghentikan tawa. "Say
Read more
7. Semakin Membingungkan
Irsan mendelik mendengar perintah Yusuf. Belum juga hilang rasa terkejut dan kekepoannya, tangan sang sahabat sudah lebih dulu menghapus rekaman CCTV pada jam tersebut. "Kamu kenapa, Suf?" Irsan mulai panik melihat butiran keringat yang bermunculan di wajah sahabatnya. "Ambilkan obatku, San," suruh lelaki dengan kulit kuning langsat. Yusuf menunjuk jas yang tadi dilepas dan ditaruh di sofa.Tanpa banyak pertanyaan, Irsan dengan cepat mengambil Jaz hitam dan merogoh setiap sakunya demi menemukan obat yang dibutuhkan. "San, cepat sedikit," ucap Yusuf. Suaranya terdengar lemah, bergetar seakan seluruh tenaganya habis.Memberikan obat yang dibutuhkan, Irsan mengambilkan sahabatnya air putih. "Apa masih sering terjadi seperti ini?""Sudah lama tidak terjadi, tapi ada satu kondisi yang tidak bisa aku prediksi." Yusuf merebahkan tubuhnya pada sofa dibantu Irsan. "Tolong jangan katakan apa pun jika Papa dan Mama bertanya." Perlahan kesadaran Yusuf menghilang, matanya mulai terpejam. Irsan
Read more
8. Mulai Terkuak
"Kenapa terkejut seperti itu, San? Apakah permintaan Tante terlalu berat untukmu?" Irsan menelan ludah, tersenyum kecut ketika tatapan Kamila dirasa terlalu menakutkan. Lalu, lelaki yang masih betah menjomblo di antara ketiga sahabatnya itu menganggukkan kepala. "Boleh, Tan. Silakan saja jik ingin melihat rekaman CCTV.""Bisa kamu tunjukkan rekaman di jam sembilan," pinta Kamila dengan wajah serius."Bisa, Tan." Irsan mulai menghidupkan layar rekaman CCTV di komputer yang ada di mejanya.Kamila mendekat dan mengamati setiap gerakan yang terekam oleh CCTV. Mata awas melihat semua adegan di dalamnya. Namun, tak satu pun yang bisa memuaskan rasa ingin tahunya. "Putar lebih awal bisa, San. Rekaman sebelum jam yang Tante sebutkan tadi."Irsan kembali mematuhi permintaan Kamila. Dia memutar sejak gerbang sekolah dibuka oleh Satpam. Kamila menatap layar monitor lebih saksama. Beberapa orang tua berdatangan mengantarkan anak mereka untuk mendaftar. Senyum perempuan paruh baya itu terbit.D
Read more
9. Ultah Pernikahan
Hari berganti, Yusuf dan Kamila berlomba-lomba mencari tahu siapa sebenarnya Bunga dan Fatih. Beberapa kali bahkan perempuan paruh baya itu sengaja mendatangi sekolah Irsan, hanya untuk bertemu dengan Fatih secara diam-diam. Beberapa kali bahkan senngaja membelikan aneka makanan ringan untuk bocah menggemaskan itu. Tiap kali selesai bertemu dengan Fatih, Kamila akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkShan.Seperti siang ini, Kamila mendatangi kantor sang suami setelah melihat Fatih dan membelikan mainan bocah lucu nan menggemaskan berkulit kuning langsat dengan lesung pipi. Istri Purnama itu bahkan sempat merekam dan mengambil potret ketika Fatih bermain bersama teman-temannya. Ketika tak mendapati sang suami berada di ruangannya, Kamila memutar video rekaman yang didapatnya tadi.Tawa menguar ketika Fatih membagikan makanan yang diberi oleh Kamila pada beberapa sahabatnya. Si kecil bahkan dengan riangnya membuka mainan yang dibawakan dan memainkannya dengan semua sahabat.
Read more
10. Surat Rahasia
Purnama menarik pergelangan sang istri, lalu mengajaknya sedikit menjauh dari riuhnya pesta yang digelar untuk memperingati ulang tahun pernikahan Yusuf."Jaga ucapanmu, jangan sampai Papa murka," bisik Purnama memperingati sang istri.Kamila bergeming. Sama sekali tidak merasa bersalah atau menyesal dengan perkataannya tadi. Bibirnya terbungkam karena otak tengah berpikir. Sementara di belakang keduanya, Jafar mengikuti pasangan tersebut dengan wajah penuh kecewa pada menantunya. "Bawa istrimu menjauh dari pesta ini sebelum orang lain mendegar perkataannya yang tidak mengenakkan," titah sang kepala keluarga yang setiap ucapannya tidak bisa dibantah oleh siapa pun."Iya, Pa," jawab Purnama patuh. Setelah sang pemegang tahta tertinggi di keluarga Prayoga kembali pada Adhisti dan Yusuf. Barulah lelaki paruh baya itu membawa istrinya.Sang pemilik pesta tak menghiraukan perkataan Kamila tadi. Yusuf bahkan langsung disibukkan dengan banyaknya ucapan selamat dari para koleganya. Sama sepe
Read more
DMCA.com Protection Status