Share

Andai Dipeluk Riana

Saat berjalan menuju ruang tengah, Riana dikejutkan dengan keberadaan Mahesa yang sudah duduk di seberang Aram.

"Mahesa? Sejak kapan dia datang?" gumam batin Riana.

"Hai, Riana!" Mahesa melempar senyum. "Apa itu kopi untukku?" tanya Mahesa sambil melirik ke arah secangkir kopi di tangan Riana.

"Enak saja. Itu kopi punyaku. Riana sengaja membuatkannya untuk calon suaminya. Benar 'kan, sayang?" Aram langsung menyela. Menerbitkan senyum yang amat manis pada Riana.

"Emh … iya," jawab Riana, kemudian menaruh kopi itu di depan Aram.

"Kau mau kopi juga?" kini matanya melirik pada Mahesa.

"Tidak usah buatkan kopi! Dia lebih suka air kobokan," celetuk Aram.

Mahesa mendelik sinis. "Air kobokan? Bukankah itu minuman favoritmu."

"Tolong, hari ini saja jangan berdebat hanya karena secangkir kopi. Tunggu sebentar, aku akan buatkan satu lagi untuk Mahesa."

Riana membalikan badan, hendak pergi ke dapur.

"Tidak perlu, Riana. Aku sudah tidak berselera minum kopi. Lagipula aku sudah minum sebel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status