Kabar diundurnya pernikahan Riana dan Aram telah sampai ke telinga Mahesa. Tiga hari setelah kepergian ibu kandungnya, Aram pun sudah mulai kembali menjalankan pekerjaannya. Begitupun dengan Riana. "Apa Riana tidak masuk lagi hari ini?" tanya Mahesa pada manajer di restoran itu. "Hari ini dia masuk, Tuan.""Tapi aku tidak melihatnya.""Itu Riana. Dia sedang dipanggil oleh pelanggan di meja nomor 37." telunjuk sang manajer mengarah ke salah satu sudut. Membuat mata Mahesa pun tertoleh ke sana. Senyum tipis tersungging di bibir kala matanya menemukan Riana yang sudah kembali bekerja di restorannya. Terlebih, wanita cantik itu terlihat baik-baik saja, meskipun kemarin sempat berduka atas meninggalnya ibu kandung Aram. Namun, senyum Mahesa memudar ketika menyadari ada yang tidak beres di antara Riana dan pelanggan di meja 37 itu. BYUR! Pelanggan wanita yang duduk bersama suaminya itu berdiri dan menyiramkan oranye jus miliknya ke wajah Riana. Mengakibatkan wajah dan seragam Ria
Ketika hari ini Mahesa datang ke rumah Riana, Aram tak lagi melayangkan sorot tajamnya. Seperti kesepakatan yang telah mereka buat, tidak akan ada lagi permusuhan di antara keduanya.Kedatangan Mahesa tentu saja untuk menemui Kenzie. Hari ini anak itu mendapat nilai seratus untuk menggambarnya.“Wah, bagus sekali, Kenzie. Papa bangga padamu.”“Terima kasih, Pa.” Kenzie tersenyum lebar dan memasukan Kembali buku gambar yang sempat diperiksa oleh Mahesa.“Om Aram juga sangat bangga padamu. Kau anak yang berbakat.” Aram menimpali, sambal melebarkan senyumnya pada Kenzie.“Terima kasih, Om.”Saat ini, mereka sedang berkumpul di ruang tamu. Riana dating dan menghidangkan pisang goreng di atas meja.“Maaf, hanya ada pisang goreng.” Aram tersenyum. “Tidak apa-apa, sayang. Pisang goreng pun, jika dibuat oleh tanganmu, pasti akan terasa sangat nikmat.” Pujian Aram menumbuhkan selarik senyum tipis di wajah Riana. Lalu Riana menghempaskan pantatnya di kursi, tepat di sebelah Aram.“Oh iya, min
Nessie datang ke kantor Mahesa. Dilihatnya lelaki itu sedang berdiri di dekat kaca pembatas kantor. Dimana di sana Mahesa bisa melihat gedung-gedung pencakar langit.“Sayang, kau sedang apa? Melamunkan aku?” Sedikit terkejut Mahesa ketika Nessie tiba-tiba memeluknya dari belakang.“Tidak melamunkan apa pun.”Nessie memanyunkan bibir. Mahesa melepaskan tangan Nessie yang melingkar di perutnya, kemudian berbalik hingga menghadap wanita itu.“Kudengar Riana dan kekasihnya batal menikah. Apa itu benar?”“Kau tahu darimana?” mata Mahesa memicing.“Tidak penting aku tahu informasi itu darimana. Tapi aku yakin kau tahu sesuatu tentang hubungan mereka. Kenapa mereka sampai batal menikah?”“Aram baru saja berkabung karena kehilangan ibunya. Jadi, pernikahannya diundur, bukan dibatalkan.” Jawaban Mahesa tersebut membuat senyum lebar tersungging di bibir Nessie.Jujur, Nessie takut hubungannya dengan Mahesa akan terancam jika Riana batal menikah.“Lalu, bagaimana dengan kita, sayang?” tanya N
Selesai bermain bola, ketiga lelaki itu menghampiri Riana dan Nessie kemudian kembali duduk di atas alas.“Hhh … haus sekali.” Aram mengibaskan kerah bajunya sambil mengatur napas.Riana tersenyum kecil, lalu hendak mengambil botol air mineral yang belum dibuka. Namun di saat yang sama Mahesa juga hendak mengambil botol itu hingga membuat tangannya bersentuhan dengan jemari Riana.Mata mereka pun saling bertemu pandang satu sama lain. Membuat Aram dan Nessie memasang wajah tak suka.“Sayang, kau juga haus ya?” pertanyaan Nessie membuyarkan mereka dari lamunan. Mahesa segera menjauhkan tangannya dari tangan Riana dan menoleh pada kekasihnya.Sementara Riana langsung memberikan botol minum itu pada Aram.“Terima kasih, Ri,” ucap Aram, lalu meneguknya untuk mendinginkan panas di dadanya.“Minum yang ini saja.” Nessie menyodorkan botol air mineral yang lain pada Mahesa.“Terima kasih.” “Sama-sama,” balas Nessie sambil tersenyum, lalu senyumnya berubah menjadi raut sinis saat matanya meno
Hari ini, Gustav dan Nessie bertemu di sebuah café. Calon mertua dan menantu itu saling mengobrol mengenai Mahesa dan putra kandungnya yang tak mereka sukai.“Jika bukan karena untuk mencari perhatian dari Mahesa, mana mau aku beramah tamah pada anak sialan itu, Om. Aku sangat tidak menyukainya. Bahkan, aku tidak ingin anak itu ada di dalam rumah tanggaku dengan Mahesa nantinya,” ucap Nessie sambil menghembuskan napas sebal, mengingat Kenzie.Gustav mengangguk. “Om pun sama denganmu. Kehadiran anak itu hanya akan menyusahkan. Darah wanita murahan itu mengalir di tubuhnya. Dia sama sekali tidak pantas untuk menjadi keturunan di keluarga Anderson.”“Lalu, apa solusi yang tepat untuk membuat anak itu menjauh dari Mahesa? Aku muak sekali, setiap hari, Mahesa selalu saja membahas tentang anaknya.”“Tenang saja, Nessie. Om sudah pikirkan sebuah cara untuk membuat anak itu menyingkir dari kehidupanmu dan Mahesa. Dia tidak akan lagi menjadi pengganggu kehidupan kalian.”“Yang benar, Om? Apa
Setelah saat dimana Mahesa memberitahu kabar tentang menghilangnya Kenzie, saat itu juga Riana meminta izin pada Mahesa untuk tidak lanjut bekerja hari ini.Wanita itu sibuk dengan Aram untuk mendatangi beberapa teman sekolah serta guru Kenzie. Dengan harapan ada salah satu dari mereka yang memiliki informasi penting. Sementara Mahesa sibuk mencari rekaman CCTV yang mungkin akan menunjukkan flat mobil berwarna silver itu.“Kenzie.” Air mata Riana sudah kering karena menangis sejak tadi siang. Kini ia terduduk lemas di kursi ruang tamu rumahnya sambil ditenangkan oleh Aram.“Mahesa, bagaimana? Kau berhasil menemukan informasi?” Aram langsung bertanya saat melihat Mahesa masuk dengan lunglai.Gelengan pelan menjawab pertanyaan sang dokter tampan itu.“Nihil. Aku dan Leo mencari informasi dari rekaman CCTV di beberapa titik. Kami sudah meminta bantuan polisi. Tapi sampai sekarang, belum ada kabar baik. Sulit mencaritahu mobil mana yang membawa Kenzie, karena ada puluhan mobil dengan wa
“Makan ini!” Baron kembali masuk ke dalam ruangan sempit itu dan dengan kasar menyodorkan sepiring makanan ke arah Kenzie.“Hmmpptt …” Kenzie tak mampu bersuara karena mulutnya masih dilakban.“Haha, mulutmu masih dilakban ya? Aku lupa kalau kau tidak akan bisa makan jika mulutmu ditutupi lakban. Baiklah, aku akan berbaik hati membukanya.” Baron mendekat, berjongkok di depan Kenzie yang tangannya masih terikat ke belakang, kemudian dibukanya lakban itu dengan perlahan.Meski pelan, namun Kenzie merasa kulit sekitar bibirnya sakit.“Aww …” “Cepat makan! Kuberi kau lauk ikan asin dan tempe. Suka atau tidak suka, kau harus memakannya!”“Aku tidak mau makan! Aku mau pulang!”“Sudah kubilang kau tidak akan pulang ke rumahmu lagi. Lupakan saja kedua orang tuamu itu. Lagipula kau tidak akan pernah lagi bertemu mereka.” “Lihat saja nanti, pasti Papa dan Mama akan datang menjemputku dari sini.”Baron hanya bisa menertawakan teriakan Kenzie yang menurutnya mustahil.Didorongnya piring itu ma
Malam hari, Gustav baru saja turun dari lantai atas rumahnya, namun dirinya dikejutkan dengan kehadiran Mahesa yang telah duduk di sofa ruang tengah dan menatapnya dengan tajam.“Mahesa? Sejak kapan kau datang?”“Baru saja.”“Pantas, Papa tidak mendengar pelayan memberitahu kau datang ke ruma Papa.”Mahesa berdiri saat Langkah Gustav makin mendekat padanya.“Kenapa berdiri? Duduklah dulu! Papa akan suruh pelayan untuk membuatkan minum untuk kita. Kau pasti ingin membicarakan soal rencana pernikahanmu dengan Nessie, ‘kan?” Gustav mempersilakan Mahesa untuk duduk lagi, kemudian ia menghempaskan pantatnya di atas sofa.Namun, Mahesa sama sekali tak ingin kembali duduk, apalagi bersama ayahnya.Matanya tetap saja tajam menyorot wajah Gustav. Seolah menyiratkan kemarahan.“Tidak perlu! Aku tidak ingin berbasa-basi lagi! Dan kedatanganku bukan untuk membahas soal