Share

Bab 4

Author: Buchara
Belum sempat dokter menyelesaikan kalimatnya, Septha tiba-tiba mengambil semua tabung reaksi dan membantingkannya dengan keras ke lantai.

"Sudah kubilang, aku nggak mau melahirkan anaknya." Wajahnya pucat, tetapi sorot matanya sangat teguh. "Berapa pun Karl bayar kalian, aku bayar sepuluh kali lipat. Jangan beri tahu dia."

Dokter ketakutan. "Ta ... tapi kalau Pak Karl tanya nanti ...."

"Kalau dia tanya, baru dijawab," jawab Septha dengan tenang. Karena sudah memutuskan untuk pergi, dia akan pergi tanpa meninggalkan jejak.

Septha menunduk, menatap pecahan-pecahan di lantai. Ada rasa perih di bagian terdalam hatinya. Dulu, dia pernah sangat berharap bisa melahirkan seorang anak dari Karl. Namun, sekarang ....

Septha mengangkat sudut bibirnya dengan senyuman getir, lalu berbalik dan pergi tanpa menoleh lagi.

....

Septha mengurus sendiri semua prosedur keluar dari rumah sakit. Namun, saat kembali ke rumah, seluruh ruangan dipenuhi aroma Karl, membuatnya sesak napas.

Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke arena berburu, tempat yang biasa dia kunjungi untuk melepaskan stres.

Saat tinggal di Idalia, hobi Septha adalah berkuda dan berburu. Namun, karena budaya berburu di Tuvalu tidak populer, dia bahkan tak tahu harus berburu di mana saat pertama kembali ke negara ini.

Ketika ibu angkatnya tahu, dia pun membeli satu gunung dan mengubahnya menjadi arena berburu pribadi, lalu memberikannya atas nama Septha.

Arena itu dibangun dengan standar tertinggi dan kini menjadi sangat terkenal di kalangan elite Negara Tuvalu.

Begitu tiba di gerbang arena berburu, Septha langsung melihat mobil Maybach hitam yang familier. Pintu mobil terbuka, lalu Karl turun sambil menggendong Gisella dalam pelukan seperti seorang tuan putri.

"Karl, turunkan aku, aku bisa jalan sendiri," kata Gisella dengan wajah malu-malu.

"Tadi hujan, becek lho," sahut Karl sambil tetap menggendongnya sampai ke gerbang. Wajah Gisella pun memerah.

Setelah diturunkan di depan gerbang, Gisella mendongak dan melihat Septha. Dia sontak membeku. "Kak?"

Saat itu, Karl baru menyadari kehadiran Septha. Alisnya langsung berkerut. Sebelumnya dokter telah meneleponnya, memberi tahu bahwa Septha mengalami reaksi syok hormonal. Setelah memastikan Septha tidak dalam bahaya, dia tidak peduli lagi. Tak disangkanya, dia malah bertemu Septha di sini.

Melihat wajah Septha yang masih sedikit pucat, entah kenapa Karl justru merasa gusar. "Septha, ngapain kamu ke sini?"

Septha baru tersadar dari lamunannya. Dia menimpali, "Mau naik kuda."

Karl dan Gisella tidak datang berdua, melainkan membawa sekelompok teman. Begitu mendengar jawaban Septha, mereka langsung tertawa.

"Naik kuda? Memangnya kamu bisa?"

"Kamu pikir naik kuda buat berburu itu kayak naik keledai di desa? Hati-hati lehermu patah!"

Ayah dan ibu angkat Septha adalah konglomerat besar di Benua Erofa. Namun, karena punya latar belakang mafia, sejak kecil dia dibesarkan dengan sangat rendah hati. Bahkan, Keluarga Salim tak banyak bicara tentang latar belakangnya.

Makanya, semua orang mengira Septha dibesarkan di keluarga biasa dan tak berwawasan.

Beberapa teman pria Karl bersikap keterlaluan. Mereka bersiul dan menatap tubuh Septha dengan tatapan cabul.

"Kalau kamu nggak bisa naik kuda, biar aku yang bawa. Mau duduk depan atau belakang, Sayang?"

"Tentu saja belakang dong, biar dua gundukan itu nempel. Tsk! Dibayangkan saja sudah seru!"

Tawa mereka meledak, penuh penghinaan. Tangan Karl tanpa sadar mengepal erat, tatapannya semakin dingin.

Akhirnya, Gisella berkata dengan lembut, "Sudahlah, jangan ngomong begitu tentang kakakku."

Namun, ucapannya terdengar tak bermakna. Beberapa teman wanita Gisella malah menyindir.

"Nggak bisa salahin orang juga sih, Gisella. Soalnya wajah kakakmu itu memang kelihatan kayak wanita penggoda."

"Benar. Padahal kalian kembar, tapi Septha kelihatannya murahan banget, beda jauh dari kamu."

Dulu saat Septha ditemukan kembali oleh Keluarga Salim, orang tua mereka tak tega meninggalkan Gisella yang sudah dibesarkan selama belasan tahun.

Akhirnya, Keluarga Salim mengumumkan bahwa keduanya adalah anak kandung mereka dan Septha hanya sempat tertukar saat lahir. Makanya, semua orang percaya bahwa Gisella dan Septha adalah saudara kembar.

Gisella melirik Septha dengan gugup, khawatir Septha akan mengungkap kebenaran. Di luar dugaan, Septha berbalik tanpa berkata apa-apa dan masuk ke arena.

Gisella akhirnya menghela napas lega, lalu buru-buru mengalihkan topik. "Sudah, jangan bahas itu lagi. Yuk, kita berburu! Katanya di sini ada rubah putih."

"Katanya kalau ada yang menangkap rubah putih dan memberikannya kepada orang yang dicintai, pasangan bisa bersama selamanya." Sambil berbicara, Gisella melemparkan tatapan malu-malu ke arah Karl.

Rombongan itu lalu berganti pakaian dan mulai menunggang kuda masuk ke hutan.

Septha memilih jalur yang berbeda dari mereka. Tak disangka, hujan tiba-tiba turun deras. Gunung ini rawan longsor saat hujan turun. Septha segera keluar dari area hutan.

Namun, begitu kembali ke ruang utama, dia melihat Gisella dan rombongannya panik. Hanya Karl yang tidak terlihat.

Septha mendekat dengan kening berkerut. "Ada apa?"

"Kak! Ini gawat!" Gisella menangis. "Karl terjebak di dalam gunung!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 25

    Septha terpaku di tempatnya. Karl ternyata benar-benar telah meninggal dunia.Negara Tuvalu. Pemakaman.Septha menatap foto hitam putih Karl yang terpahat di batu nisan, ekspresinya sulit dijelaskan. Dia tidak menyangka, setelah perpisahan mereka enam bulan lalu, pertemuan berikutnya mereka telah berada di alam yang berbeda.Melihat ekspresinya, ibu angkat yang berdiri di sampingnya akhirnya berkata, "Septha, kamu marah padaku, nggak ?""Waktu itu Karl memang pernah menyuruh orang untuk menyampaikan pesan padamu. Dia bilang, kecuali kamu mau memberinya anak, dia nggak akan menjalani terapi sel punca.""Tapi, saat itu kamu bilang kamu nggak peduli apakah dia hidup atau mati, jadi aku mengambil keputusan sendiri dan nggak menyampaikan pesannya. Kalau kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan aku saja."Septha akhirnya tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum pada ibu angkatnya."Kenapa Ibu bilang begitu? Waktu itu Ibu sudah menyampaikan semuanya dengan sangat jelas. Aku sendiri yang bil

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 24

    Keesokan harinya.Di Idalia.Septha baru saja bangun dari tidurnya ketika ibu angkatnya tiba-tiba masuk ke kamar dengan raut wajah yang tampak rumit.Septha mengangkat kepala dan bertanya, "Ibu, ada apa?"Ibu angkatnya ragu sejenak, lalu akhirnya berkata dengan suara pelan, "Ada pesan dari Karl dari Negara Tuvalu. Dia memintaku menyampaikannya padamu."Septha tertegun sejenak. Namun di detik berikutnya, dia langsung berkata tanpa ragu-ragu, "Aku nggak mau dengar."Tatapan ibu angkatnya sedikit goyah. "Septha, kamu yakin?"Sejujurnya, saat pertama kali mendengar bahwa Karl menitipkan pesan untuk Septha, dia sendiri juga ingin langsung menolaknya. Namun saat dia mengetahui isi pesan itu, dia juga ikut tertegun.Tak disangka, Karl ternyata mengidap penyakit mematikan. Yang lebih mengejutkan lagi, pria itu berkata dengan kejam bahwa kecuali Septha bersedia kembali ke sisinya dan mau melahirkan anak untuknya, dia tidak akan menjalani terapi sel punca.Itu benar-benar seperti mengancam Septh

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 23

    Karl langsung dibawa untuk menjalani pemeriksaan dan hasilnya mengejutkan semua orang. Karl didiagnosis mengidap kanker. Jenis kankernya sangat tersembunyi, sehingga saat ditemukan, kondisinya sudah berada di stadium akhir.Wajah dokter tampak sangat serius."Pak Karl, untuk kanker ini, metode pengobatan terbaik saat ini adalah terapi sel punca. Idealnya, Anda memiliki seorang anak. Dalam proses kehamilan, kami bisa mengambil sejumlah sel punca untuk digunakan dalam pengobatan Anda.""Tenang saja, prosedur ini tidak akan membahayakan kesehatan sang anak."Karl tertegun. Sementara itu, kedua orang tua kandungnya telah datang bersama Gisella.Begitu Gisella mendengar bahwa Karl mengidap penyakit mematikan, dia langsung panik dan nyaris kehilangan kendali. Dia tidak lagi memedulikan segala pertengkaran mereka sebelumnya dan buru-buru berkata, "Aku yang akan melahirkan untukmu!"Gisella mencengkeram tangan Karl erat-erat. "Karl, kamu nggak perlu menikah denganku, nggak perlu memberiku janj

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 22

    Tentang penculikan yang terjadi waktu itu, sebenarnya sangat sedikit orang yang tahu kebenarannya. Bahkan saudara-saudara Karl pun mengira bahwa penculikan itu memang direncanakan oleh Karl sendiri. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.Memang, awalnya Karl benar-benar merencanakan sebuah penculikan. Namun, yang tidak dia perkirakan adalah, rencananya disaabotase di tengah jalan.Sekelompok penculik sungguhan mengetahui rencana tersebut, lalu menyusup dan menggagalkan para penculik bayaran yang sudah disiapkan Karl. Mereka benar-benar menculik Gisella dan Septha.Jadi, ketika akhirnya pasangan Keluarga Salim memilih untuk menyelamatkan Gisella dan meninggalkan Septha, saat itu Septha memang benar-benar dalam bahaya. Para penculik itu kejam dan berniat membunuhnya.Saat Karl tahu, dia menerobos ke sarang penculik tanpa menghiraukan bahaya. Dia tertusuk tiga kali dan nyaris kehilangan nyawanya demi menyelamatkan Septha.Mengingat kejadian itu, Karl sempat termenung.Selama bertahun-

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 21

    Wajah Karl akhirnya berubah saat ini."Tunggu, Septha, kamu tahu ....""Ya, aku tahu semuanya," potong Septha dengan dingin."Aku tahu kamau menikah denganku hanya demi kepentingan keluarga. Aku juga tahu sudah lama kamu ingin menceraikanku, ingin membuatku menjadi wanita yang dibuang, hanya untuk membalas dendam karena aku merebut posisi putri Keluarga Salim. Tapi, Karl ...."Septha menampilkan senyum getir."Aku hanya ingin bertanya satu hal. Dulu, saat aku tersesat, apa itu salahku? Empat tahun lalu waktu Keluarga Salim menemukanku kembali, apakah itu keinginanku?""Termasuk pertunangan kita ... semua itu adalah keputusan antara Keluarga Salim dan Keluarga Arisona, apa hubungannya denganku?"Sejak awal, setiap keputusan kalian paksakan padaku. Tapi kenapa, pada akhirnya malah aku yang disalahkan?"Septha menatap Karl dan akhirnya mengajukan pertanyaan yang selama ini membebani hatinya. "Karl, sebenarnya, apa kesalahan yang telah aku perbuat?"Karl menatap wajah wanita di depannya ya

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 20

    "Apa kamu bilang?" Raut wajah Karl langsung berubah drastis. Barulah dokter itu mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hari itu dengan gugup.Setelah selesai menjelaskan, dia buru-buru mencoba membela diri. "Pak Karl, ini bukan karena aku nggak ingin memberi tahu Bapak. Nyonya langsung membeli rumah sakit kami. Aku benar-benar nggak berani melawan perintahnya, jadi aku nggak bisa menyampaikan hal ini kepada Bapak."Dokter itu mati-matian berusaha menjelaskan, tapi Karl sudah tidak mendengar apa-apa lagi.Tubuhnya goyah hingga melangkah mundur satu langkah. Dalam sekejap, dia seperti baru menyadari kenyataan sepenuhnya ....Septha ... sudah berniat bercerai sejak saat itu? Tapi kenapa? Kenapa dia begitu ngotot untuk pergi?Karl akhirnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia berdiri di depan hotel tempat Septha menginap. Dia menunggu selama tiga hari tiga malam. Hingga akhirnya, saat Septha dan rombongannya hendak meninggalkan Negara Tuvalu, dia melihat mereka.Begitu melihat Karl, p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status