Share

Bab 3

Author: Sunny
Setelah menutup telepon, aku pun pulang ke rumah.

Tak lama kemudian, ponselku tiba-tiba bergetar.

Saat melihatnya, ternyata akun resmi perusahaan Soren baru saja memperbarui unggahan.

Aku membuka dan melihat, itu adalah foto Soren saat memperbaiki kabel listrik dan pipa air untuk Thea.

Soren mengenakan kemeja putih, dengan lengan baju digulung dan sedang menunduk fokus memperbaiki jalur kabel listrik.

Sementara Thea berdiri di sampingnya, memegang segelas air dan menatapnya dengan penuh rasa kagum.

Caption postingannya, “Bos kami, Soren memang pria serba bisa! Bukan hanya luar biasa dalam bekerja, tapi juga bisa memperbaiki jalur listrik dan pipa air. Sungguh luar biasa!”

Di kolom komentar, karyawan perusahaan Soren ramai berkomentar dan menyatakan rasa iri,

“Bos Soren benar-benar keren, aku juga mau punya pacar yang begitu perhatian!”

“Thea, bos bahkan sampai turun tangan membantumu memperbaiki jalur listrik, lebih baik kamu menikah dengannya untuk membalas budi saja!”

Hatiku terasa sesak, jariku pun dengan cepat menggeser layar dan melihat komentar-komentar yang menyakitkan itu. Emosi yang sulit dijelaskan memenuhi dadaku.

Aku teringat saat baru lulus kuliah dan masuk perusahaan, Soren sering menggunakan akun perusahaan untuk membagikan aktivitas kerja harianku.

Saat itu, seluruh perusahaan tahu dia menyukaiku dan aku juga pernah merasa bahagia karenanya.

Namun sejak Thea muncul, semuanya berubah.

Sesampainya di rumah, aku masuk ke kamar tidur dan mulai mengemasi koper.

Aku sudah tinggal di rumah ini selama enam tahun, setiap sudutnya penuh dengan kenangan bersama Soren.

Aku mengambil sebuah album foto tebal dan membukanya. Di dalamnya penuh dengan foto-foto hadiah yang pernah kuterima.

Mulai dari bunga mawar pertama, hingga kalung, gelang dan makan malam yang dia masak sendiri. Setiap foto menyimpan kenangan manis kami.

Aku membelai foto-foto itu dan rasa sedih membanjiri hati.

Enam tahun lalu, Soren pernah berjanji akan memberikan aku seribu kejutan dan setelah itu kami akan menikah.

Dia bahkan secara khusus memesan album foto ini yang dapat memuat seribu foto. Dia bilang hari di mana album ini terisi penuh adalah hari pernikahan kami.

Namun sekarang, album itu sudah terisi 999 foto dan hanya tersisa satu halaman kosong terakhir.

Halaman ini seharusnya diisi dengan foto lamaran. Tapi sekarang, tampaknya foto itu tidak akan pernah ada.

Aku menutup album perlahan dan air mata sudah membasahi mata.

Soren, seribu kejutan kita, pada akhirnya kurang satu halaman.

Aku mengusap air mata, memeluk album itu dan keluar dari kamar tidur.

Aku menuju ke lantai bawah, menyalakan api kecil dan melemparkan album itu ke dalamnya.

Cahaya api memantul di wajahku, aku hanya diam dan melihat foto-foto itu berubah menjadi abu. Perasaan lega yang tak terlukiskan muncul di hati.

Album ini berisi enam tahun masa mudaku dan juga menyaksikan seluruh perjalananku dengan Soren, dari saling mencintai hingga menjadi orang asing.

Kini, ia berubah menjadi abu, yang juga melambangkan berakhirnya hubungan kami.

Aku melihat api perlahan padam, hanya tersisa ketenangan yang tak terbatas di dalam hati.

Tiba-tiba, Soren membuka pintu dan masuk. Dia langsung melihat album yang terbakar di dalam api.

Wajahnya pucat dan berteriak, berlari mendekat ingin menyelamatkannya.

Namun, api tak berperasaan. Begitu dia mendekat, panasnya sudah membuatnya mundur lagi.

Soren menatapku dengan marah dan berteriak, “Lyra! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu membakar album kita?!”

Aku menatapnya dengan dingin, nada suaraku datar, “Ada foto yang berjamur di dalam, nggak bisa diperbaiki lagi, jadi lebih baik dibakar saja.”

Soren terdiam sejenak, seolah tidak menyangka aku akan menjawab seperti itu.

Dia menelan amarahnya dan menarik napas dalam-dalam, “Maaf, aku yang terlalu emosi. Tapi, album ini kita kumpulkan bertahun-tahun, tadinya aku ingin menunjukkannya pada semua orang saat kita menikah nanti…..”

Aku memotong ucapannya, nada suaraku datar, “Soren, lain kali saja baru dibicarakannya.”

Usai bicara, aku tidak ingin melihatnya lagi dan berbalik kembali ke kamar.

Namun, dia tiba-tiba menarik tanganku dan memelukku dengan erat, “Lyra, maafkan aku. Aku terlalu sibuk belakangan ini. Setelah kesibukan ini selesai, aku akan mengajakmu foto lagi, ya?”

Nada suaranya penuh permohonan, seolah ingin kembali seperti dulu.

Aku melepaskan pelukannya dan menatap matanya, “Soren, kamu pernah bilang akan memberiku seribu kejutan dan sekarang masih kurang satu.”

“Aku nggak benar-benar menikmati acara natal kemarin, kamu adakan sekali lagi untukku, ya?”

Aku memegang harapan terakhir, berharap dia bisa ingat bahwa dirinya akan melamarku pada natal tahun ini.

Jika dia melamarku, aku tidak akan pergi.

Soren pun mengangguk serius dan menjawab, “Iya, aku akan menggantikannya untukmu.”

Baru saja dia selesai bicara, ponselnya berdering dan itu adalah nada dering khusus Thea.

Dia melirikku dan dengan sedikit canggung mengangkat teleponnya, “Ada apa?”

Entah apa yang dikatakan orang di balik telepon, Soren pun buru-buru menjawab, “Aku segera ke sana.”

Setelah menutup telepon, Soren menatapku dan nada suaranya tampak merasa bersalah, “Ada urusan mendadak di kantor, aku harus mengurusnya. Soal pesta, kita bicarakan setelah aku pulang, ya?”

Usai bicara, dia pun berbalik dan pergi tanpa ragu.

Sosoknya dengan cepat menghilang di luar pintu, hanya menyisakan diriku sendiri yang berdiri di tempat dengan hati yang sudah mati rasa.

Malam itu, aku duduk diam di sofa ruang tamu dan menunggu dia kembali.

Namun, waktu terus berlalu, hingga menjelang pagi, dia masih belum pulang juga.

Aku tahu, pesta natal pengganti tidak akan pernah ada lagi, lamaran darinya juga tidak akan ada.

Aku dan Soren sudah tidak ada masa depan lagi.

Saat langit di luar jendela semakin terang, notifikasi ponselku berdering dan mengingatkan bahwa waktu tiga hari sudah tiba, sudah saatnya diriku pergi.

Di bandara, jet pribadi yang dikirim ibu sudah menunggu lama.

Sebelum naik pesawat, aku mengirim pesat terakhir pada Soren.

“Soren, kita putus saja dan jangan pernah bertemu lagi.”

Aku mengabaikan telepon yang langsung masuk darinya, lalu mematikan ponsel, berbalik dan naik ke pesawat.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putus Setelah Enam Tahun Berpacaran   Bab 8

    Keesokan harinya, aku membuka tirai dan tanpa sengaja melihat Soren sedang berlutut di depan rumahku.Saat itu sedang turun hujan deras, tapi dia sama sekali tak berniat untuk berteduh, hanya berlutut di sana tanpa bergerak sedikit pun.Wajahnya tampak kuyu dan lesu, sangat berbeda dengan pria yang penuh semangat kemarin.Aku menatapnya dengan dingin, tanpa ada gejolak sedikit pun di hati.Tadinya, aku tidak ingin memedulikannya. Tapi, Soren terlihat sangat gigih dan terus berlutut seperti itu.Dari siang hingga malam, dia tak bergerak sedikit pun.Aku menghela napas pasrah. Akhirnya, membuka pintu dan berjalan keluar.Begitu melihatku, tatapan Soren memancarkan sedikit kegembiraan.Dia mengangkat kepala, tatapannya padaku penuh dengan cinta, “Lyra, aku tahu kamu masih peduli padaku. Kalau nggak, kamu nggak akan keluar untuk menemuiku.”Aku mengerutkan kening dan mencoba menepis tangannya, tapi genggamannya malah semakin erat.Soren mengeluarkan album foto yang telah kubuang dari dalam

  • Putus Setelah Enam Tahun Berpacaran   Bab 7

    Aku menatapnya dan hatiku terasa sedikit goyah.Aku tidak tahu kenapa dia muncul di sini, apalagi mengucapkan kata-kata seperti itu.“Soren, omong kosong apa yang kamu bicarakan?” ujar ayahku yang lebih dulu bereaksi. Wajahnya sudah memuram, dia segera memanggil satpam, “Usir dia keluar dari sini!”Namun, Soren dengan mudah menyingkirkan satpamnya dan menerobos ke arahku tanpa peduli apapun.“Lyra! Kamu nggak boleh melakukan ini padaku!” Dia menatapku, tatapannya tampak penuh keputusasaan, “Bagaimana bisa kamu meninggalkanku dan menikah dengan orang lain? Kamu itu milikku! Hanya boleh jadi milikku!”Aku menatapnya dengan dingin, tidak ada gejolak sedikitpun di hatiku.Theodore secara reflek berdiri di depanku, ingin melindungiku. Aku menepuk bahunya pelan, memberi isyarat bahwa aku bisa mengatasinya sendiri.“Soren,” panggilku dengan dingin.“Kita sudah putus, kamu lupa?”Soren terdiam sejenak, seolah tidak percaya aku mengatakan itu.“Kenapa? Hanya karena Thea? Aku sudah mengusirnya.

  • Putus Setelah Enam Tahun Berpacaran   Bab 6

    Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya dan juga tak ingin tahu lagi.Pernikahanku akan segera dilangsungkan. Aku didorong ibu ke ruang rias untuk bersiap-siap. Saat dirias, ibu berbisik di telingaku menjelaskan alur pernikahan.“Alurnya nanti sangat sederhana. Kamu berangkat dari sini ke gereja, lalu William akan menuntunmu berjalan ke altar dan terakhir kalian bertukar cincin….”Mendengar nama William, barulah aku teringat. Aku bahkan belum tahu nama lengkapnya.“Ibu, siapa nama lengkap William?” tanyaku pada ibu dengan penasaran.Ibu terdiam sejenak, lalu tertawa dan menjawab, “Dasar kamu, kok nama lengkap calon suamimu sendiri saja nggak tahu?” Aku menggaruk kepala dengan sedikit malu, “Aku belum sempat bertanya.”“Namanya William Theodore.”Sambil tersenyum, ibu melanjutkan, “Dia putra bungsu Keluarga William, kalian bahkan pernah bertemu waktu kecil.”“Kami pernah bertemu waktu kecil?” Aku agak terkejut.Kok aku tak ingat sama sekali?Ibu tersenyum dan mengangguk, “Iya, waktu

  • Putus Setelah Enam Tahun Berpacaran   Bab 5

    Keesokan harinya setelah kembali ke negara asal, ibuku langsung mengatur desainer top untuk datang, mengukur dan menjahit gaun pengantin untukku.Saat mengenakan gaun putih panjang itu dan melihat diriku di cermin, hatiku dipenuhi perasaan yang campur aduk.Tiga tahun lalu, aku juga pernah membayangkan mengenakan gaun pengantin dan menikah dengan Soren.Namun kini, pengantin prianya bukanlah dia.Ibu menatapku dan tatapannya penuh kekaguman, “Sayang, kamu cantik sekali memakai gaun pengantin ini.”Aku tersenyum tipis dan tidak berkata apa-apa.Ibu mengeluarkan ponsel dan mengambil banyak foto, lalu memamerkannya pada teman-teman baiknya.Tak lama kemudian, foto-foto itu juga diposting di media sosialnya.Aku mengganti gaun pengantin dan kembali ke kamar untuk beristirahat.Baru saja berbaring, aku melihat foto yang baru diposting oleh Thea.Dalam foto itu, dia berbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tapi senyumannya sangat manis.Dan Soren duduk di samping ranjang, satu tanga

  • Putus Setelah Enam Tahun Berpacaran   Bab 4

    Tiga jam kemudian.Pesawat perlahan mendarat. Begitu keluar dari pesawat, udara hangat kampung halaman pun langsung menyambutku.Aku mengeluarkan ponsel dan menyalakannya.Begitu dinyalakan, aku melihat banyak sekali panggilan tak terjawab. Semuanya dari Soren.Aku menatap panggilan tak terjawab itu dengan raut wajah datar, berniat menghapus kontaknya.Namun, aku malah terkejut melihat foto sampul di profil akunnya sudah diganti dari fotoku menjadi foto berdua dengan Thea.Dalam foto itu, mereka berdua berpelukan erat dan tersenyum dengan sangat manis.Hatiku terasa sakit, tapi entah kenapa juga terasa lega.Dulu, kami juga pernah semanis itu.Namun, itu semua sudah berlalu.Aku menarik napas panjang dan menekan tombol hapus. Menghapus semua kenangan yang berhubungan dengannya tanpa tersisa.Keluar dari bandara, aku langsung melihat ayah dan ibu yang sudah menunggu di pintu keluar.Mereka membawa bunga segar, wajahnya tampak penuh kegembiraan dan antusias.“Sayang, akhirnya kamu pulan

  • Putus Setelah Enam Tahun Berpacaran   Bab 3

    Setelah menutup telepon, aku pun pulang ke rumah.Tak lama kemudian, ponselku tiba-tiba bergetar. Saat melihatnya, ternyata akun resmi perusahaan Soren baru saja memperbarui unggahan.Aku membuka dan melihat, itu adalah foto Soren saat memperbaiki kabel listrik dan pipa air untuk Thea.Soren mengenakan kemeja putih, dengan lengan baju digulung dan sedang menunduk fokus memperbaiki jalur kabel listrik.Sementara Thea berdiri di sampingnya, memegang segelas air dan menatapnya dengan penuh rasa kagum.Caption postingannya, “Bos kami, Soren memang pria serba bisa! Bukan hanya luar biasa dalam bekerja, tapi juga bisa memperbaiki jalur listrik dan pipa air. Sungguh luar biasa!”Di kolom komentar, karyawan perusahaan Soren ramai berkomentar dan menyatakan rasa iri, “Bos Soren benar-benar keren, aku juga mau punya pacar yang begitu perhatian!”“Thea, bos bahkan sampai turun tangan membantumu memperbaiki jalur listrik, lebih baik kamu menikah dengannya untuk membalas budi saja!”Hatiku terasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status