Adelia tergeletak pingsan di lantai, dan Arga sama sekali tidak peduli dengan kondisi istrinya itu. Dia pergi meninggalkan Adelia yang terbaring sendiri dalam keadaan pingsan.
Entah berapa lama Adelia pingsan, hingga tiba-tiba byur! Seseorang menyiramkan air ke tubuhnya. Pelan-pelan Adelia membuka matanya, akan tetapi sebelum dia sadar sepenuhnya, tiba-tiba seseorang telah menjambak rambutnya dengan kasar."Woy! Bangun kamu perempuan mandul!" teriak orang itu yang ternyata Indah. Dengan kasar dia menarik rambut Adelia supaya bangun."Denger baik-baik ya perempuan bodoh! Mulai sekarang, akulah nyonya di rumah ini! Dan kamu itu cuma pantas jadi babu!" sungut Indah, seraya menghentakkan kepala Adelia hingga wanita itu terhuyung.Sakit! Itu yang Adelia rasakan. Bukan cuma fisik yang disakiti, tapi mental pun dipermainkan. Untungnya, sejak kedua orang tuanya meninggal saat dia berumur dua belas tahun, Adelia tumbuh jadi orang yang kuat dan tak mudah menyerah."Perempuan mandul! Sana pergi ke dapur, masak buat makan malam kami! Dari pada kamu di sini merusak pemandangan mending jadi pajangan di dapur, mayan kan dapat makan gratis!" dengus Arga yang tiba-tiba udah di situ.Tangan Arga bergerak cepat menarik tangan Adelia dan langsung didorong ke dapur dengan kasar, sehingga badan wanita itu menubruk meja dapur, dan pinggangnya menghantam pinggiran meja itu dengan keras. Sakit terasa di sekujur tubuh serta menambah luka hati yang semakin dalam. Dan semua menyebabkan hilang semua rasa yang selama ini ada dalam hatinya.Dengan susah payah Adelia memasak menggunakan sisa-sisa tenaganya. Meskipun badan terasa remuk dan hati juga hancur, dia tetap memasak.Satu jam kemudian Adelia selesai masak untuk Arga dan Indah. Saat dia akan meletakan masakannya di meja makan, dia tertegun dengan pemandangan yang ada di depannya. Arga dan Indah sedang bermesraan di kursi meja makan."Sayang, kamu memang hebat banget, bisa membuatku merasa puas sampai ketagihan. Beda banget sama wanita mandul itu. Kalau dia hanya bisanya menerima tapi tak bisa untuk memuaskan." ucap Arga, di tengah aktivitasnya bersama Indah."Aku akan selalu membuatmu puas dan ketagihan sayang, biar kamu ga berpaling ke wanita lain. AKU bukan perempuan bodoh seperti si babu dadakan itu." bisik Indah, di tengah desahan yang bisa bikin merinding orang yang mendengar nya, sambil terus menggoyangkan badan yang ada di pangkuan Arga.Dalam hati Adelia beristighfar, orang-orang bejat seperti Arga dan Indah memang tidak pantas disebut manusia. Baru kemarin Indah keguguran, sekarang di depan matanya sedang ena-ena saling berpacu dengan nafsu untuk mencapai kepuasan.Kini bukan lagi rasa sakit hati yang Adelia rasakan, saat melihat mereka melakukan itu di depannya. Tapi semua sudah berubah menjadi rasa jijik, karena perbuatan mereka yang tidak tau tempat dan waktu.'Ayolah Del, bangkit! Kamu tidak boleh terus terpuruk dalam kesedihan dan rasa sakit kamu itu, untuk apa terus bersedih dengan kelakuan dua bangsat itu! Memangnya masih mau berharap bajingan itu kembali padamu? Jangan bodoh Del, masih banyak laki-laki yang bisa menerima dan memanusiakan kamu! Untuk apa terus berharap pada iblis berkedok suami itu!' batin Adelia.Dia berbalik arah lalu kembali ke dapur untuk meletakan makanan itu kembali. Kemudian dia berbalik menuju kamarnya dan saat melewati dua orang itu Adelia membuang pandangan karena tak ingin melihat, tapi ternyata Indah tak ingin membiarkan Adelia lewat begitu saja."Hey perempuan mandul! Lihatlah suami kita ini, dia lebih suka mencari kepuasan bersamaku, dari pada harus menyentuhmu yang dekil itu!" ejek Indah."Oh itu, silahkan kamu nikmati saja barang bekasku! Biarpun dia masih bisa memuaskan kamu, tapi dia sudah loyo, gak sehebat waktu masih muda. Kamu bisa bayangkan bagaimana perkasanya dia dulu, tapi sayang, kamu gak bisa menikmati masa-masa perkasanya dia, yang bisa kamu nikmati sekarang cuma barang bekas aku, yang udah loyo!" dengus Adelia dengan santai tapi menohok hati indah.Ucapan Adelia berhasil membuat mood Indah hancur, dia pun menghentikan aktivitasnya di atas pangkuan Arga, sementara laki-laki itu juga merasa sangat marah, dibilang barang bekas."Oh iya satu lagi Indah! Kamu itu baru saja keguguran dan belum lewat masa nifas, tapi kalian sudah melakukan hubungan intim seperti itu, tunggu saja penyakit datang untukmu! Karena orang yang belum selesai masa nifas, jika melakukan hubungan intim, dia akan sangat rentan dengan penyakit yang berbahaya!" sambung Adelia lagi."Kamu berani-beraninya menyumpahi aku penyakitan! Dasar perempuan mandul!" geram Indah."Jangan berani kurang ajar sama Indah kamu perempuan mandul!" teriak Arga.Sementara Adelia hanya tersenyum tipis, sambil tertatih-tatih masuk ke kamarnya. Hatinya puas melihat ekspresi kedua bajingan itu. Meski rasa sakit di sekujur badan membuat geraknya tertatih dan sakit dalam hati membuatnya terpuruk, tapi Adelia merasa senang karena bisa membalas tanpa kekerasan."Aku akan berendam air hangat dulu biar sedikit berkurang sakitnya. Ya Allah ... mereka memang iblis berwujud manusia! menyiksaku tanpa perasaan," gumam AdeliaSetelah mengunci pintu kamar dan mendorong meja untuk menghalangi pintu, buat jaga-jaga siapa tau Arga akan mendobrak pintu itu lagi. Adelia masuk ke kamar mandi dan langsung berendam di bathtub. Setelah beberapa saat akhirnya dia merasakan segar pada badannya. Selesai berendam, Adelia membaringkan tubuhnya yang babak belur di ranjang. Pandangannya menatap langit-langit kamarnya.Berkali-kali Adelia menghela napasnya, seolah ingin menghempaskan beban berat yang ada di hatinya. Perlahan tangannya menyentuh payudaranya, kemudian ke perutnya."Belum juga Mas Arga tau tentang sakit ku ini, tapi dia sudah perlakukan aku seperti bukan manusia. Bagaimana kalau dia sudah tau? Mungkin Allah sengaja belum memberiku keturunan, semata agar aku tau sifat aslinya Mas Arga, dia gak pantas menjadi Ayah dari anak-anakku!" batin Adelia.Karena lelah dan kondisi tubuh yang terasa sakit semua pada akhirnya Adelia ketiduran. Entah berapa lama dia tertidur ketika telinganya tiba-tiba mendengar teriakan dari luar kamar, serta suara pintu digedor-gedor."Adelia! buka pintunya! Aku akan buat perhitungan sama kamu. Kurang ajar berani-beraninya mencuri semua barang berharga dari kamarku!" teriak Arga.Adelia menutupi telinganya dengan bantal, tak ada niatan untuk membukakan pintu."Adelia! Buka pintunya!" teriak Arga lagi."Perempuan sialan! Keluar bangsat! Pantas saja Tuhan gak mau ngasih kamu anak, karena sikap kamu yang kurang ajar dan berani menentang suamimu sendiri!" teriak Arga lagi.Adelia tak bergeming, dia tetap berbaring di ranjang dan menutup telinga dengan bantal. Hatinya sudah merasa sangat malas untuk berhubungan dengan orang macam Arga dan Indah."Siapa juga yang mau punya anak dari laki-laki brengsek seperti kamu Mas!" gumam Adelia, tanpa sadar menyentuh perutnya.Untuk kali ini Adelia merasa bersyukur, karena belum diberikan keturunan, coba kalau sudah ada anak di antara dia dan Arga, pasti semua akan semakin mempersulit langkahnya dalam mengambil keputusan, karena bagaimanapun perasaan anak harus dipertimbangkan. Berbeda dengan sekarang, karena belum ada anak maka dia hanya mempertimbangkan perasaan sendiri untuk mengambil keputusan tentang hubungannya dengan Arga."Adelia! Dasar setan betina! Beraninya kamu abaikan perintahku! Buka pintunya!" teriak Arga lagi, dia belum menyerah juga.Adelia tak juga menanggapi Arga, dia memejamkan kembali matanya, ingin sekedar menenangkan hatinya yang sudah terlalu sakit.Prang! Prang! Tiba-tiba jendela kamar Adelia pecah, dihantam kursi oleh Arga dan Indah. Tak lama kemudian kedua orang itu masuk lewat jendela, dan menghampiri Adelia.Waktu berjalan sangat cepat, kini Rani dan Gita sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tempat Azim dan Azzam dulu menuntut ilmu.Dua laki-laki kembar itu sudah selesai dengan kuliahnya, Azim mengambil alih Delia Group, karena Ayah Arga ingin pensiun lebih cepat. Sementara Azzam menjadi CEO di kantor pusat Samudra Group."Mi, gimana persiapan resepsinya?" tanya Azzam, suatu sore saat dia pulang kantor lebih awal."Sudah tujuh puluh persen. Tinggal undangan sama catering yang belum. Untuk gaunnya, kalian datang sendiri ke butik, supaya bisa menyesuaikan yang pas buat kalian.""Terima kasih ya Mi, Mami memang the best."Adelia tersenyum, sambil menepuk-nepuk punggung Azzam yang sedang memeluknya."Oh ya, dimana duo menantu kesayangan Mami itu?"Karena sejak pulang tadi, Azzam sama sekali tidak melihat kehadiran sang istri."Lagi belajar bareng Gita di balkon kamar Gita.""Kalau begitu aku mandi dulu ya Mi."Adelia hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Azzam pun pe
"Jadi bagaimana?" tanya Azzam lagi. "Apanya?" tanya Rani bingung."will you marry me?"Sejenak Rani menunduk, tapi wajahnya sudah merah merona menahan malu dan bahagia. " Ya, aku bersedia."Begitu mendengar jawaban Rani, semua orang bersorak gembira. Begitu juga dengan Azzam, dia bersorak dan akan memeluk Rani, tetapi sebuah tangan langsung mencegahnya, "Halalkan dulu, bru boleh peluk anak Abah."Ternyata Ayah Rani dan Ibu tirinya sudah berdiri di dekat dua sejoli itu. Dan Abah langsung menjewer telinga Azzam, sehingga membuat semua orang tertawaan melihat tingkah kedua orang itu."Pak Syafiq, minta nikahkan saja mereka sekarang juga. Aku takut anakku bunting duluan sebelum dihalalkan oleh anakmu." ucap Abah."Setuju Bah, semua sudah siap tinggal menunggu pengantinnya di make over dulu." jawab Syafiq, yang membuat semua orang tersenyum, termasuk sepasang calon pengantin itu."Papi, kok make over sih?" "Lah terus apaan dong itu namanya yang dibikin cantik?""Make up Papi." sela Adel
"Adik saya bernama Gita Indira, dia kelas tiga SMA, satu kelas dengan Rani, ada Azani Baskara dan Azahra Salsabila, mereka kelas tiga SMP di yayasan ini juga."Seketika raut wajah Pak Kepala Sekolah menegang, tangannya gemetaran. "A ... apakah Anda Nak Azim Baskara Samudra?"Azim mengangguk sambil tersenyum ramah, tapi masih dengan mode diamnya."Berarti Adik Anda Gita Indira Baskara Samudra, Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra?"Azim kembali mengangguk, hal itu membuat Pak KepSek semakin pucat pasi."Oh ya Tuhan." gumamnya penuh kegugupan. Beliau akhirnya memanggil Guru BP, untuk mengurus hukuman yang pantas untuk Nana dan teman-temannya. Setelah ke empat anak itu dibawa ke ruang BP, Pak KepSek langsung meminta maaf kepada Azim dan Rani."Nak Azim, saya meminta maaf atas kelalaian saya dalam mengawasi murid-murid di sini. Bahkan saya tidak pernah tau kalau di sekolah ini terdapat anak-anak hebat dari keluarga Samudra. Siapa yang sangka jika Pak Azzam, yang bekerja ja
Azzam terkekeh mendengar ucapan sarkas gadis di depannya. Tidak di sangka kalau Rani akan mengejarnya sampai parkiran."Hai muridku yang tersayang." jawab Azzam, dan spontan membuat raut wajah Rani jadi merah merona."Maaf Kak, cuma mau ngasih ini buat Kakak." ucap Rani, seraya menyodorkan box berwarna biru. "Ini tadi pagi aku buat sendiri, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah dibelikan buku yang dibutuhkan." lanjutnya.Kemarin secara tak sengaja bertemu dengan Azzam di toko buku, dan malunya saat mau bayar ternyata dompet Rani tidak ada dalam tasnya. Tadinya Rani mau kembalikan saja bukunya, akan tetapi Azzam tiba-tiba datang mau bayar buku juga, alhasil buku miliknya dibayarkan sekalian sama lelaki itu.Azzam terkekeh, "Jadi kamu sudah tau nih, kalau hari ini aku ngajar di sini?" godanya."Tidak! Tadinya ini mau aku titipkan ke Gita, tapi karena Kakak ada di sini, jadi ya diberikan langsung saja ke kakak."Azzam mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Rani itu. "
"Aku pernah beberapa kali lihat Gita diantar oleh Pak Azzam, bersama dua anak kembar laki-laki dna perempuan berseragam SMP, di sini juga." terang gadis itu."Wah, adiknya cakep juga gak yang cewek?" tanya teman laki-laki, yang duduk di depan gadis itu."Cantik banget, hidungnya mancung, wajahnya agak mirip orang timur tengah." urai gadis itu lagi."Wah, boleh juga aku pacarin adikmu ya Git." celoteh beberapa anak laki-laki.Gita sama Rani hanya diam dan saling lempar pandang, bingung mau menyikapinya bagaimana. "Kalian sudah pesan makanan?" Tiba-tiba sebuah suara bariton menyela obrolan para murid di kantin. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelah Rani, dan berhadapan dengan Gita."Belum!" jawab Gita."Baru juga duduk, sudah dikerubuti sama penggemar Pak Azzam." seloroh Rani.Azzam terkekeh, dia lalu berjalan menuju stain makanan, dan pesan tiga porsi baso. Dia tau kedua gadis di depannya itu pecinta baso. Karena seringkali Gita dan Rani minta makan baso setiap kal diajak
Seketika kelas menjadi hening, semua mata menatap intens lelaki tampan yang berdiri di samping Bu Dinar. Guru itu tersenyum manis, sambil mengelus perut buncitnya, karena sedang hamil tua."Anak-anak, mulai hari ini Ibu sudah ambil cuti, karena sebentar lagi akan melahirkan. Dan untuk sementara, Pak Guru tampan ini, akan menggantikan tugas Ibu, selama cuti."Semua murid perempuan bersorak riang, kecuali Gita dan Rani, yang masih terbengong menatap lelaki itu bingung."Silahkan perkenalkan diri Anda Pak Azzam." ucap Bu Dinar, mempersilahkan."Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Azzam Baskara Samudra, biasa di panggil Azzam, atau kalian juga boleh panggil saya dengan panggilan yang lain. Saya di sini sebagai guru pengganti untuk Bu Dinar, jadi selama Beliau cuti, kalan akan bertemu dengan saya saat pelajaran Matematika. Apa ada pertanyaan?"Salah seorang murid mengangkat tangannya, lalu bertanya, "boleh minta nomer HP-nya gak Pak?"Yang lainnya ikutan bertanya, "Boleh
Azim mengantar Gita dan kedua adik kembarnya ke sekolah, ini adalah hari pertama Gita masuk sekolah setelah statusnya menjadi istri."Kak aku masuk dulu," pamit Zahra sambil mencium tangan Azim dan Gita."Baik-baik di sekolah ya, belajar yang rajin princess." jawab Azim, seraya mengusap kepala adiknya. Sementara Gita cuma tersenyum sambil mencium kedua pipi sang adik ipar."Aku juga masuk dulu kak." pamit Zani, dengan wajah datarnya. Meskipun demikian, dia tetap mencium tangan Azim dan Gita. Kali ini Gita cuma mengucap pucuk kepala lelaki remaja itu."Semangat belajarnya jagoan Kakak." ucap Azim, sambil mengacak rambut Zani."Ih kakak! Jangan di acak-acak, jadi jelek nih." gerutu Zani.Azim hanya tertawa kecil melihat keluguan adik laki-lakinya itu. Zani dan Zahra segera berlalu dari hadapan Azim dan Gita."Aku masuk ke kelas dulu ya Bang," pamit Gita sambil tersipu malu.Dia mencium punggung tangan sang suami, dan Azim langsung mencium kening sang istri, lalu mengecup kilat bibir mu
"Mau kemana?" tanya Azim, saat Gita mau masuk ke kamarnya sendiri.Saat ini, mereka baru pulang dari rumah Gita, dan sekalian pengantin wanitanya langsung diboyong kembali ke kediaman keluarga Samudra."Mau ke kamar Kak." jawab Gita, sambil menunduk malu, tidak berani menatap wajah lelaki yang sudah bergelar sebagai suaminya itu."Ya sudah ayok kita ke kamar, tapi kamarku! Bukan kamarmu. Mulai sekarang, ini kamar kita!" tegas Azim, seraya menarik pelan tangan sang istri.Gita hanya menurut, sambil tertunduk malu. Sampai di kamar, Gita hanya terpaku, bingung harus bagaimana. Azim mendekat, lalu memegang kedua pundak gadis itu. Seketika jantung Gita bertalu-talu tak karuan. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.Azim tersenyum, gemas melihat wajah sang istri yang merona karena malu. Ingin rasanya menerkam gadis itu saat ini juga, akan tetapi Azim masih harus bersabar, karena Gita masih sekolah."Cup!" Azim mengecup singkat kening Gita, lalu memandangnya lekat. "Kamu mandilah dulu, dan
Gita mengangguk pelan, saat Azim menatapnya lekat, seolah bertanya keputusan apa yang akan di ambil. Dan lelaki itu merasa sangat gembira, ketika melihat anggukan samar dari gadis di depannya."Baik Pi, aku akan menikahi Gita sekarang juga!" ucap Azim, tanpa keraguan sedikitpun.Syafiq dan Danu sangat gembira, mendengar jawaban dari Azim itu. Setelah malam ini, ayah Gita akan merasa tenang, karena anak tirinya sudah ada yang akan selalu siap melindungi."Terima kasih nak, sekarang bapak merasa tenang dengan keselamatan Gita." ucap Pak Danu, seraya menepuk bahu Azim."Alhamdulillah, karena calon pengantinnya sudah setuju, jadi sekarang kita masuk ke dalam lagi. Untuk sementara nikah siri dulu ya, karena Gita masih belum cukup umur untuk mendaftarkan pernikahan secara hukum." ucap Syafiq, merasa tak enak hati karena menikahkan putra sulungnya dengan cara seperti ini, dan terkesan buru-buru."Iya Pi, gak apa-apa." jawab Gita."Yang penting halal dulu Pi, jadi gak dosa kalau nanti khilaf