Share

BAB 6 : Kabur

Adelia bangun dengan kondisi semua badan terasa sakit, dan tulang-tulangnya seperti remuk. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berusaha untuk kembali mencari jalan keluar, tapi hasilnya tetap nihil. Gudang itu benar-benar tanpa jalan keluar, karena satu-satunya jalan, adalah jendela yang berteralis. Adelia terus berpikir keras, bagaimana caranya supaya bisa keluar dari tempat itu.

"Allah ... gimana caranya aku bisa keluar dari sini?" gumam Adelia.

Dia duduk kembali, sambil terus memikirkan cara untuk keluar. Penyiksaan yang dia alami, meninggalkan rasa sakit yang luar biasa. Bukan cuma fisik yang tersakiti, tapi luka dalam hatinya jauh lebih parah.

"Bagaimana caranya aku minta tolong? Dan pada siapa?" gerutu wanita itu.

Terdengar suara langkah-langkah kaki, mendekati ruangan tempatnya berada. Adelia dengan cepat bereaksi, dia celingukan mencari sesuatu, sebagai alat untuk melindungi dirinya. Langkah kaki itu semakin dekat, tapi Adelia belum juga menemukan sesuatu yang bisa digunakan.  

Adelia melihat tumpukan kursi yang dijelaskan dengan tumpukan box, dengan cepat dia berjalan ke arah tumpukan box dan kursi itu, lalu dia sembunyi di tengahnya. Klik! Suara kunci dibuka, dan dilanjutkan dengan suara pintu dibuka. Tak lama munculah Indah dan Arga dari balik pintu.

"Mas, perempuan itu mana?" tanya Indah, ketika dia tidak melihat keberadaan Adelia di ruangan itu.

"Kita cari ke belakang, mungkin dia sedang mencari jalan keluar. Sayangnya tempat ini gak ada satupun jalan keluar," ucap Arga penuh percaya diri.

Arga mengernyit, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tapi tak juga didapatkan sosok Adelia. Dengan cepat Arga melangkah ke bagian belakang gudang itu, dengan diikuti oleh Indah. Setelah mereka tak terlihat, Adelia segera berlari ke arah pintu, dan keluar dari ruangan itu. Saat Adelia hendak menutup pintu, Indah menoleh dan melihat wanita itu yang lari keluar.

Dengan cepat Indah mengejarnya. Adelia yang terluka parah akibat disiksa Arga, merasa kesulitan untuk berlari, sehingga Indah hampir bisa menangkapnya. Beruntung saat tangannya hampir bisa diraih oleh Indah, Dia bisa meraih handel pintu, dan langsung menutupnya.

Ternyata keberuntungan sedang berpihak pada Adelia. Indah dan Arga tidak melepaskan kunci ruang itu dari pintu, sehingga Adelia bisa langsung mengunci mereka di dalam gudang tersebut.

"Alhamdulillah ya Allah, aku bisa mengunci mereka. Sekarang harus cepat-cepat pergi dari sini, dan mencari tempat yang aman." gumam Adelia, sambil melangkah pergi menuju pintu keluar.

Saat Adelia sampai ke pintu, tiba-tiba bel rumah berbunyi, dengan cepat dia mengintip dari jendela, melihat siapa yang datang. Adelia terkejut, karena yang datang adalah seorang lelaki berperawakan tinggi besar, dengan tato di sekujur tubuhnya. Adelia panik, dia dengan cepat menuju ke kamar tamu, dan mengunci pintunya.

"Aku harus keluar lewat jendela, dan sembunyi di samping rumah, sampai keadaan memungkinkan untuk bisa melewati halaman rumah ini," lirih Adelia.

Dengan cepat Adelia keluar lewat jendela yang pecah itu, den mengendap-endap mencari tempat bersembunyi. Tanpa sengaja mata Adelia melihat tangga, dan dia memiliki ide untuk memanjat pagar dengan tangga itu.

Saat Adelia sedang meletakkan tangga di pagar keliling rumahnya, dia mendengar suara Arga yang berteriak memanggilnya. Adelia terkejut, karena Arga dan Indah sudah berdiri di depan pintu, bersama orang yang tadi datang. 

"Kenapa mereka bisa cepat keluar? Ah, bodohnya aku, seharusnya tadi kuncinya dibuang, bukannya malah dibiarkan saja di sana," gumam Adelia.

Dengan cepat, Adelia kembali sembunyi. Arga dan Indah, serta lelaki bertato itu, mereka datang ke arah Adelia sembunyi, dan semakin dekat. Adelia cemas, takut ketahuan, sehingga dia berusaha menahan napasnya.

"Mas, lihat! Tangga itu di sana, apa mungkin Adelia kabur meloncati pagar?" tanya Indah, sambil menunjuk ke arah tangga yang bersandar di pagar.

"Gak mungkin, pagarnya terlalu tinggi untuk dilewati sayang," jawab Arga.

"Tapi Mas, mungkin saja dia nekad, karena terpaksa." ucap Indah, menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya.

"Sial! Bener juga, yuk kita lihat keluar. Jangan sampai dia lepas." ajak Arga, sambil berlalu pergi sambil menggandeng tangan Indah.

Wajah Arga merah karena marah, dengan langkah lebar, dia mengajak Indah dan lelaki bertato itu untuk keluar pagar mencari Adelia. Setelah mereka bertiga pergi, Adelia segera keluar dari persembunyiannya. Perlahan dia melangkah ke arah gerbang, dan ternyata gerbang itu terbuka, sementara ketiga orang itu entah kemana.

Dengan mengendap-endap, dia melihat keluar gerbang, tidak terlihat siapapun di sana. Adelia pun memutuskan untuk keluar, dan segera berjalan menjauh dari rumah. Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba suara seseorang berteriak memanggilnya.

Tanpa menoleh, Adelia langsung berlari sekuat tenaga untuk menghindari Arga, yang tadi memanggilnya. Tubuhnya yang sakit, dan tenaganya yang lemah karena tidak makan beberapa hari, membuatnya tidak bisa berlari cepat, sehingga Arga bisa meraih tangan Adelia, dan menariknya dengan kuat. Wanita itu hampir terjatuh, tapi dengan cepat dia menggigit tangan Arga, hingga pegangannya terlepas. Adelia segera berlari, kemudian masuk ke dalam mobil yang baru saja berhenti.

"Tolong saya Pak, saya mohon!" ucap Adelia, memohon pada laki-laki tua pengendara mobil itu.

"Ini ada apa Neng? Saya mau jemput majikan saya," ucap lelaki itu.

"Tolong saya dulu pak, cepat bawa saya pergi dari sini, sebelum tiga orang itu menangkap saya," lirih Adelia.

"Tapi Neng ..." ucapan lelaki itu terhenti, ketika tubuh Adelia tiba-tiba terkulai lemas di kursi belakang.

"Aduh, malah pingsan. Aku harus bagaimana duh Gusti," ucap lelaki itu.

Ketika melihat tiga orang mendekat ke arahnya, lelaki itu pun segera menghidupkan mesin mobilnya. Dengan hati bimbang, lelaki itu membawa Adelia ke Rumah Sakit. Setelah mendaftarkan administrasi, lelaki itu segera menelpon Bosnya, untuk mengabarkan semua yang terjadi barusan.

"Halo assalamu'alaikum Bos," salam lelaki itu.

"Wa'alaikum salam Pak Isman. Bapak di mana? Tadi saya cari-cari tapi tidak melihat keberadaan Bapak?" tanya suara dari seberang.

"Saya Pak Bos, maaf ini e ... Saya sedang di Rumah Sakit," jawab Lelaki tua itu yang ternyata bernama Isman.

"Di Rumah Sakit? Siapa yang sakit Pak?" tanya sang Bos, terkejut.

"Maaf Bos, tadi pas saya mau jemput Anda, tiba-tiba ada seorang perempuan yang masuk ke mobil, dan langsung pingsan. Badannya penuh luka, serta kondisinya sangat lemah, jadi saya Bawa dia ke Rumah Sakit terdekat," ucap Pak Isman, menjelaskan.

"Baiklah, saya ke sana sekarang. Kirimkan alamatnya ke Saya," 

"Baik Bos," ucap Lelaki tua itu.

Sambungan telepon terputus dari seberang sana, dan Pak Isman hanya menghela napas. Kebiasaan Bosnya memang seperti itu. Lelaki tua itu langsung mengirimkan alamat ke sang Bos.

"Di mana orang itu Pak?" tanya sang Bos, yang tiba-tiba, sudah berdiri di depan Pak Isman.

"Oh, Bos sudah sampai? Di dalam ruangan itu. Mari saya antar ke sana." ucap Pak Isman, sambil mempersilahkan Bosnya, untuk jalan duluan.

Sang Bos, berjalan memasuki ruangan, begitu sampai di samping ranjang pasien, matanya membulat sempurna, mulutnya menganga, dan tubuhnya terpaku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status