PROLOG Dua belas tahun menikah, Adelia putry belum juga dikaruniai anak. Berbagai cara telah dilakukan, tapi belum juga mendapatkan hasil. Ketika masih ada keinginan untuk terus berusaha mendapatkan momongan, ternyata Adelia divonis terkena kanker pa****ra stadium tiga. Sedih? Sudah pasti. Belum hilang rasa sedih karena penyakitnya, Dia mendapati sang suami punya wanita lain. Terasa hancur dunianya. Ditengah kekalutan itu, Adelia mendapati kenyataan bahwa dirinya hamil. Dan lebih mengejutkan lagi, Orang pertama yang tau tentang kehamilannya, adalah sang tunangan, yang dulu pernah menghilang tanpa kabar apapun. Bagaimana Adelia menghadapi semuanya? Apa yang akan terjadi selanjutnya?
View MoreAdelia turun dari taksi sambil memegang kertas hasil tes kesehatannya. Dia ingin secepat mungkin berbagi cerita tentang penyakit kanker payudara yang dideritanya ke Arga. Berharap supaya bisa cepat mendapat solusi dari suaminya itu.
"Ternyata Mas Arga sudah dirumah. Kenapa hari ini dia cepat sekali pulangnya? Jangan-jangan dia sakit," ucap pelan Adelia.
Dia memasuki halaman rumah, dan melihat mobil suaminya sudah terparkir di garasi. Tanpa pikir panjang, Adelia langsung mempercepat langkahnya karena ingin segera memberitahu Arga tentang kesedihannya, juga khawatir suaminya kenapa-kenapa.
"Kalau dia sakit, kenapa gak kasih tau? Atau dia takut aku khawatir mungkin ya?" ucapnya lagi.
Dengan cepat Adelia masuk kerumah. Arga tidak ada diruang tamu, rumah pun terlihat sepi, kosong tidak ada siapa-siapa.
"Mungkin Mas Arga di kamar, sedang istirahat. Kasihan dia pasti kelelahan karena sering lembur." ucapnya dalam hati.
Dia melanjutkan langkahnya ke lantai dua. Baru saja sampai di depan kamarnya , terdengar suara-suara aneh dari dalam kamar.
"Mas Arga sama siapa di dalam? Kenapa dia seperti bersama orang lain?" ucapnya pelan. Rasa penasaran dalam hati semakin menjadi.
Baru saja Adelia hendak meraih handel pintu, tiba - tiba suara aneh itu semakin lama semakin jelas terdengar. Itu bukan suara aneh, tapi suara erangan dan desahan manja dari seorang perempuan. Tubuh Adelia gemetaran membayangkan apa yang sedang dilakukan suaminya dengan perempuan itu, didalam sana.
"Suara itu? Mas Arga membawa perempuan ke dalam kamar kami?" gumamnya.
Dengan cepat dia membuka pintu, dan ternyata pintu tidak terkunci. Seketika mata Adelia melebar, dan kedua tangan membekap mulutnya sendiri yang terbuka lebar karena terkejut dengan pemandangan didepan matanya.
"Astaghfirullah ya Allah Mas Arga!" pekik Adelia. Sepontan dia menjatuhkan tas dan kertas hasil tes yang dia bawa itu. Bagai ada ribuan pisau yang menyayat hatinya, sakit dan perih yang luar biasa melihat apa yang sedang suaminya lakukan.
Arga yang sedang berada diatas tubuh seorang perempuan pun sangat terkejut dan tidak bisa mengelak lagi, karena Adelia sudah berdiri diambang pintu.Dia pun tak menghentikan aktivitasnya. Dia terus berpacu dengan nafsunya hingga mencapai puncak pelepasan, tanpa peduli dengan kehadiran Adelia.
Setelah kedua orang itu sama-sama mencapai puncak kepuasan, barulah Arga turun dari ranjang dan mendekati Adelia, dengan hanya memakai kolor.
Adelia masih terpaku di ambang pintu, saat Arga datang mendekatinya, "Del, kamu sudah pulang? Bukannya kamu bilang mau pulang lambat?" tanya laki-laki itu seolah tanpa dosa, sambil mengangkat tangannya hendak memegang tangan istrinya.
Adelia yang tersadar dari rasa terkejutnya refleks langsung menampar pipi Arga. "Kurang ajar kamu Mas, beraninya membawa perempuan lain ke kamar kita. Dasar gak ada otak! Berani sekali tiduri perempuan lain di kamarku!" bentak Adelia
Arga tak membalas tamparan istrinya itu, dia meraih kedua tangan Adelia, tapi wanita itu cepat menghindar sehingga laki-laki itu hanya meraih tempat kosong.
"Del, kita bicarakan ini baik-baik ya. Aku bisa jelaskan semuanya," ucap Arga
Adelia segera menepis tangan Arga. "Jangan sentuh aku lagi dengan tangan kotor mu itu! Gak nyangka sama sekali, ternyata kamu seorang bajingan! Tega kamu khianati aku kayak gini! Apa salahku Mas? sampai kamu tega melakukan ini padaku!" jerit Adelia.
Adelia kemudian masuk ke dalam kamar dan mendekati perempuan yang ada di tempat tidurnya itu. Ditariknya selimut yang di gunakan untuk menutupi tubuh perempuan itu, dan plak plak. Adelia pun menampar perempuan itu dua kali.
"Apa tidak ada laki-laki lain yang belum beristri hah! Sampai-sampai kamu mau menyerahkan tubuhmu pada laki-laki beristri! Apa sebegitu tidak lakunya kamu? Sampai harus menggunakan tubuhmu untuk memikat suami orang!" teriak Adelia emosi.
Plak plak plak, Adelia kembali menampar perempuan itu tiga kali.
"Awh sakit!" pekik perempuan itu.
"Baru ditampar segitu saja sudah merintih kesakitan, tapi waktu menikmati sentuhan suamiku, kamu tidak merasakan sakit sama sekali. Dasar perempuan sampah!" murka Adelia lagi, sambil menjambak rambut perempuan itu.
"Mas sakit, tolong aku!" erang perempuan itu, meminta pertolongan Arga yang hanya terpaku menjadi penonton. Dia tidak berusaha melawan Adelia, supaya terlihat lemah di depan Arga.
Arga yang tersadar dari rasa terkejutnya, langsung menarik tubuh sang istri dan mendorongnya ke belakang. Adelia yang hilang keseimbangan pun terjatuh. Dia sangat terkejut karena suaminya lebih membela selingkuhannya dan berani bersikap kasar padanya yang merupakan istri sah.
"Mana yang sakit sayang?" tanya Arga lembut ke perempuan itu, lalu membawanya kedalam pelukan. Sementara yang ditanya hanya menangis sesenggukan sambil memegangi pipinya. Arga mengusap dengan lembut pipi itu, lalu diciumnya penuh sayang.
Adelia yang menyaksikan itu, semakin tersulut emosi. Dia bangkit terus langsung menarik perempuan itu dari pelukan Arga dan langsung mendorongnya keluar kamar, " Pergi kamu dari sini pelacur!" geram Adelia
"Aaawww sakit!" teriak perempuan itu, saat tubuhnya terjatuh dilantai.
"Hentikan Adelia!" bentak Arga seraya membantu perempuan itu berdiri.
Sejenak Adelia terpaku dengan bentakan Arga, karena selama mereka berumah tangga, baru kali ini suaminya itu membentaknya.
"Mas, kamu berani bentak aku?" dengus Adelia yang semakin emosi.
"Ya, jangan kamu pikir aku tidak berani sama kamu Del! Dengar baik-baik, mulai sekarang Indah akan tinggal disini bersama kita! Dia akan menempati kamar ini bersamaku, silahkan pindahkan barang-barang mu ke kamar lain. Kamar ini, Sekarang menjadi milik kami, bukan lagi kamar kita. Kamu tidak berhak lagi memasukinya!" tekan Arga
Adelia membeku mendengar ucapan suaminya. Kepalanya tiba-tiba pusing, dan matanya berkunang-kunang. Dengan cepat dia berpegangan ke dinding, dan melorotkan tubuhnya ke lantai.
Dunianya terasa hancur, dadanya terasa sesak, badannya lemas bagai tanpa tulang. Sulit untuk dipercaya kalau laki-laki yang dia pikir sangat menyayangi dan selalu berlaku lemah lembut padanya, ternyata dia tak lebih dari seorang bajingan berkedok suami.
"Kamu sangat kejam Mas! Kenapa perlakukan aku seperti ini? Kamu lebih memilih pelacur itu dari pada aku istrimu, orang yang sudah puluhan tahun mendampingi mu!" murka Adelia ,tanpa bisa mengontrol emosinya lagi.
"Berhenti bilang Indah pelacur Del! Dia itu istriku juga, sama seperti kamu! Cuma bedanya, Indah bisa memberiku anak sedangkan kamu mandul!" murka Arga, dan bagi Adelia, itu sangat terasa seperti sebuah ujung pisau yang mampu menyayat hati.
Adelia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya begitu sesak, kepalanya semakin terasa pusing, dan badannya terasa lemas dan gemetaran karena terlalu emosi.
"Jadi mulai sekarang, aku minta sama kamu untuk bisa perlakukan Indah dengan baik sebagai adik madumu! Bantu aku jaga dia dan janin yang sedang ada dalam kandungannya!" tekan Arga lagi
Waktu berjalan sangat cepat, kini Rani dan Gita sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tempat Azim dan Azzam dulu menuntut ilmu.Dua laki-laki kembar itu sudah selesai dengan kuliahnya, Azim mengambil alih Delia Group, karena Ayah Arga ingin pensiun lebih cepat. Sementara Azzam menjadi CEO di kantor pusat Samudra Group."Mi, gimana persiapan resepsinya?" tanya Azzam, suatu sore saat dia pulang kantor lebih awal."Sudah tujuh puluh persen. Tinggal undangan sama catering yang belum. Untuk gaunnya, kalian datang sendiri ke butik, supaya bisa menyesuaikan yang pas buat kalian.""Terima kasih ya Mi, Mami memang the best."Adelia tersenyum, sambil menepuk-nepuk punggung Azzam yang sedang memeluknya."Oh ya, dimana duo menantu kesayangan Mami itu?"Karena sejak pulang tadi, Azzam sama sekali tidak melihat kehadiran sang istri."Lagi belajar bareng Gita di balkon kamar Gita.""Kalau begitu aku mandi dulu ya Mi."Adelia hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Azzam pun pe
"Jadi bagaimana?" tanya Azzam lagi. "Apanya?" tanya Rani bingung."will you marry me?"Sejenak Rani menunduk, tapi wajahnya sudah merah merona menahan malu dan bahagia. " Ya, aku bersedia."Begitu mendengar jawaban Rani, semua orang bersorak gembira. Begitu juga dengan Azzam, dia bersorak dan akan memeluk Rani, tetapi sebuah tangan langsung mencegahnya, "Halalkan dulu, bru boleh peluk anak Abah."Ternyata Ayah Rani dan Ibu tirinya sudah berdiri di dekat dua sejoli itu. Dan Abah langsung menjewer telinga Azzam, sehingga membuat semua orang tertawaan melihat tingkah kedua orang itu."Pak Syafiq, minta nikahkan saja mereka sekarang juga. Aku takut anakku bunting duluan sebelum dihalalkan oleh anakmu." ucap Abah."Setuju Bah, semua sudah siap tinggal menunggu pengantinnya di make over dulu." jawab Syafiq, yang membuat semua orang tersenyum, termasuk sepasang calon pengantin itu."Papi, kok make over sih?" "Lah terus apaan dong itu namanya yang dibikin cantik?""Make up Papi." sela Adel
"Adik saya bernama Gita Indira, dia kelas tiga SMA, satu kelas dengan Rani, ada Azani Baskara dan Azahra Salsabila, mereka kelas tiga SMP di yayasan ini juga."Seketika raut wajah Pak Kepala Sekolah menegang, tangannya gemetaran. "A ... apakah Anda Nak Azim Baskara Samudra?"Azim mengangguk sambil tersenyum ramah, tapi masih dengan mode diamnya."Berarti Adik Anda Gita Indira Baskara Samudra, Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra?"Azim kembali mengangguk, hal itu membuat Pak KepSek semakin pucat pasi."Oh ya Tuhan." gumamnya penuh kegugupan. Beliau akhirnya memanggil Guru BP, untuk mengurus hukuman yang pantas untuk Nana dan teman-temannya. Setelah ke empat anak itu dibawa ke ruang BP, Pak KepSek langsung meminta maaf kepada Azim dan Rani."Nak Azim, saya meminta maaf atas kelalaian saya dalam mengawasi murid-murid di sini. Bahkan saya tidak pernah tau kalau di sekolah ini terdapat anak-anak hebat dari keluarga Samudra. Siapa yang sangka jika Pak Azzam, yang bekerja ja
Azzam terkekeh mendengar ucapan sarkas gadis di depannya. Tidak di sangka kalau Rani akan mengejarnya sampai parkiran."Hai muridku yang tersayang." jawab Azzam, dan spontan membuat raut wajah Rani jadi merah merona."Maaf Kak, cuma mau ngasih ini buat Kakak." ucap Rani, seraya menyodorkan box berwarna biru. "Ini tadi pagi aku buat sendiri, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah dibelikan buku yang dibutuhkan." lanjutnya.Kemarin secara tak sengaja bertemu dengan Azzam di toko buku, dan malunya saat mau bayar ternyata dompet Rani tidak ada dalam tasnya. Tadinya Rani mau kembalikan saja bukunya, akan tetapi Azzam tiba-tiba datang mau bayar buku juga, alhasil buku miliknya dibayarkan sekalian sama lelaki itu.Azzam terkekeh, "Jadi kamu sudah tau nih, kalau hari ini aku ngajar di sini?" godanya."Tidak! Tadinya ini mau aku titipkan ke Gita, tapi karena Kakak ada di sini, jadi ya diberikan langsung saja ke kakak."Azzam mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Rani itu. "
"Aku pernah beberapa kali lihat Gita diantar oleh Pak Azzam, bersama dua anak kembar laki-laki dna perempuan berseragam SMP, di sini juga." terang gadis itu."Wah, adiknya cakep juga gak yang cewek?" tanya teman laki-laki, yang duduk di depan gadis itu."Cantik banget, hidungnya mancung, wajahnya agak mirip orang timur tengah." urai gadis itu lagi."Wah, boleh juga aku pacarin adikmu ya Git." celoteh beberapa anak laki-laki.Gita sama Rani hanya diam dan saling lempar pandang, bingung mau menyikapinya bagaimana. "Kalian sudah pesan makanan?" Tiba-tiba sebuah suara bariton menyela obrolan para murid di kantin. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelah Rani, dan berhadapan dengan Gita."Belum!" jawab Gita."Baru juga duduk, sudah dikerubuti sama penggemar Pak Azzam." seloroh Rani.Azzam terkekeh, dia lalu berjalan menuju stain makanan, dan pesan tiga porsi baso. Dia tau kedua gadis di depannya itu pecinta baso. Karena seringkali Gita dan Rani minta makan baso setiap kal diajak
Seketika kelas menjadi hening, semua mata menatap intens lelaki tampan yang berdiri di samping Bu Dinar. Guru itu tersenyum manis, sambil mengelus perut buncitnya, karena sedang hamil tua."Anak-anak, mulai hari ini Ibu sudah ambil cuti, karena sebentar lagi akan melahirkan. Dan untuk sementara, Pak Guru tampan ini, akan menggantikan tugas Ibu, selama cuti."Semua murid perempuan bersorak riang, kecuali Gita dan Rani, yang masih terbengong menatap lelaki itu bingung."Silahkan perkenalkan diri Anda Pak Azzam." ucap Bu Dinar, mempersilahkan."Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Azzam Baskara Samudra, biasa di panggil Azzam, atau kalian juga boleh panggil saya dengan panggilan yang lain. Saya di sini sebagai guru pengganti untuk Bu Dinar, jadi selama Beliau cuti, kalan akan bertemu dengan saya saat pelajaran Matematika. Apa ada pertanyaan?"Salah seorang murid mengangkat tangannya, lalu bertanya, "boleh minta nomer HP-nya gak Pak?"Yang lainnya ikutan bertanya, "Boleh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments