Hari sudah mulai terik. Matahari yang panas mulai menyengat kulit. Bian menatap ke arah orang-orang yang perlahan memasukan Maura kedalam lubang kubur. Tangis Bian memang sudah tidak ada, namun hatinya terluka begitu dalam. Ditatapnya satu persatu orang-orang yang meninggalkannya di gundukan tanah yang masih basah itu. Bian tak melihat satu orang pun keluarga Rendy datang melihat. Namun ada satu orang laki-laki yang berdiri di sela-sela tetangganya. Bian tidak mengenalnya namun dia terlihat tersenyum kala Bian menatap ke arahnya. Tangis Bian pecah saat semua orang meninggalkannya. Banyak penyesalan yang kini merajai hatinya. Andai saja Bian tak mengenalkan Ilham pada Maura mungkin kejadian tragis ini bukanlah akhir dari segalanya. Bian menangis sendirian.Semua perbuatan akan ada pembalasan. Entah itu perbuatan baik atau sebaliknya. Akhir dari sebuah hidup adalah suatu keputusan. Dia akan menjalani sisa hidupnya dengan jalan benar atau justru masih dalam Limbangan dosa. Karena umur
RACUN UNTUK MADUKUBab 1Aku merapikan tempat tidur anakku, melipat selimutnya bergambar Spiderman berwarna biru. Sesekali menepuk-nepuk bantal dan juga guling. PlokSeketika aku menoleh ke lantai membersihkan tempat tidur anakku dengan sapu lidi yang biasa aku gunakan. "Apa itu?" gumamku pelan. Lalu kembali memperhatikan benda yang tidak asing lagi di mataku. Perlahan namun pasti langkahku mendekati benda tersebut."Astagfirullahaladzim," ucapku pelan sembari tangan menutup mulut. Jantungku kian cepat, seiring kepalaku mulai berdenyut. Astaga, apa ini? Anakku berusia lima belas tahun menyimpan benda yang seharusnya tidak ia miliki karena belum saatnya. Pikiranku berkeliaran jauh, entah apa yang dilakukan putraku sedini ini. Apakah aku terlalu membiarkan dia berkembang menjadi remaja pada umumnya, terlalu bebas? Apakah aku yang kurang memperhatikan? Ya Tuhan, cobaan apa yang akan Engkau berikan kepada hamba-Mu yang lemah ini?Tidak terasa bulir-bulir air bening itu meluncur begitu
RACUN UNTUK MADUKUBab 2"Aku lagi ada meeting, Ma. Ada apa?""Penting banget ya? Bisakah kita bicara?" Aku mencoba meminta Mas Ilham bicara lebih lama. Agar aku tahu dan memastikan apa yang aku lihat baru saja tidaklah benar."Penting? Masalah Rendy?""Ya.""Kita bicara nanti, Ma. Papa nggak enak jika harus menerima telepon terlalu lama. Kesannya papa nggak menghargai atasan. Maaf, ya Ma. Nanti kita bicara lagi."Tut … TutBenar saja Mas Ilham menutup telepon tanpa berpamitan padaku. Perasaanku dan juga pikiranku semakin tidak karuan. Aku segera menghubungi nomor yang baru saja mengirimku gambar-gambar tersebut. Tidak tersambung, nomor yang baru saja mengirimiku pesan sudah tidak aktif. Ya Tuhan, jangan sampai apa yang aku lihat ini nyata. Aku hanya berharap rumah tanggaku akan baik-baik saja.*****Sudah dua hari dua malam, nomor Mas Ilham tidak dapat dihubungi. Entah apa yang dia lakukan diluar kota. Membuat pikiranku menerawang jauh kesana. "Ma." Rendy berjalan mendekat, menjat
RACUN UNTUK MADUKUBAB 3Kepulangan Mas IlhamAku menyiapkan sarapan seperti biasa. Membuatkan nasi goreng kesukaan Rendy dan juga telur mata sapi. Disaat aku tengah mengaduk nasi yang ada di wajan. Suara ponselku terus saja berbunyi. Aku hanya menoleh sekilas. Lantas kembali fokus pada nasi yang hampir matang. Satu panggilan akhirnya terputus. Hingga panggilan kedua membuatku harus mematikan kompor untuk melihat siapa yang menelpon. CeklekAku langsung mematikan kompor. Berjalan menghampiri benda pipih yang terus berbunyi."Siapa Ma?" tanya Rendy, ketika anak satu-satunya itu keluar kamar. Dan dia melihatku menatap ponsel yang menyala."Papa," jawabku begitu saja. Rendy terlihat menggeser kursi lalu duduk di sana. "Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab lelaki yang ada di seberang telepon. Membuatku menghela nafas panjang. Aku harus bisa mengendalikan emosiku agar bisa mengumpulkan bukti. Sejauh mana lelaki ini bertingkah di luaran sana. Jangan sampai dia justru menyudutk
RACUN UNTUK MADUKUBab 4Sandiwara.Aku mencoba menghubungi Mas Ilham. Tentu memastikan apakah jawabannya akan sama atau justru kebalikannya.Tut … Tut.Aku menekan dada ini kuat-kuat. Merasakan sesak kala lelaki yang bergelar suami itu berjalan mesra, merangkul pinggang wanita itu masuk ke penginapan. Apa yang akan mereka lakukan? Tentunya akan menikmati surga dunia, tidak mungkin dua orang berlawanan jenis pergi ke penginapan hanya untuk makan siang.Cukup lama, sambungan telepon tidak juga diangkat oleh suamiku. Aku bertambah yakin jika dia memang bermain gila di belakangku.Aku menghentikan panggilan telepon lalu melempar benda pipih itu ke kursi penumpang di sampingku. Lantas aku melajukan mobil dengan perlahan menuju tempat parkir. Tentunya jauh dari mobil milik Mas Ilham.Buk. Aku menutup pintu cukup kuat. Lalu kembali membuka pintu lagi untuk mengambil ponsel yang tadi sempat aku lempar. Tidak mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari barang bukti. Aku menoleh ke s
RACUN UNTUK MADUKUBAB 5Sandiwara dimulaiJam menunjukan angka tiga tepat. Aku yang sudah berada di rumah lantas membersihkan rumah seperti biasa. Meskipun tidak aku pungkiri. Ada nyeri di dalam hati ini. Namun, hidup akan terus berjalan, mengenai luka yang ditoreh Mas Ilham akan aku biarkan dia terus terbuka. Agar aku selalu mengingat, ada hati yang berlubang karena lelaki itu.Aku membersihkan debu yang ada di lantai dengan vacuum cleaner. Mengelap meja lalu juga jendela. Sesekali aku menghela nafas panjang. Berharap semua yang aku hadapi saat ini hanya mimpi. Namun, lagi-lagi semua nyata. Tuling ….Sebuah pesan masuk, segera aku meletakan kain lap di atas meja.[Ma, Randy terlambat pulang. Mungkin jam lima baru tiba di rumah. Ada pekerjaan sekolah yang harus diselesaikan bersama.] Satu pesan aku baca, tertera di sana dari Rendy. Anak lelaki satu-satunya yang aku miliki.[Iya, sayang. Hati-hati. Kabari jika sudah selesai. Mama akan menjemputmu!][Siap, Ma.]Aku kembali meletakan
Malam ini aku dan juga Mas Ilham hanya berdua. Karena Rendy menginap dirumah temannya yang bernama Bian. Entah mengapa semenjak aku tahu dia mendua. Rasanya enggan berduaan dengan lelaki itu. Apalagi jika dia mendekat, mual jika mengingat dia pernah berkeringat bersama wanita lain.Tuling.Satu pesan aku terima. Mampu membuyarkan lamunanku, meskipun mata tertuju pada layar televisi yang menyala.Ternyata dari Nita, dia menanyakan keadaanku.[Gimana kamu oke kan?][Iya.]Kring ….Ketika aku tengah membalas pesan dari Nita, ponsel Mas Ilham berdering. Lelaki yang tengah mandi itu tidak mendengarnya. Apalagi berniat mengangkat. Membuat aku tidak menyia-nyiakan kesempatan.Pintu kamar yang terbuka membuat aku mendengar jelas dering ponsel Mas Ilham. Ditambah jarak antara kamar dan juga ruang keluarga tidak jauh. Biasanya aku tidak pernah melihat ataupun kepo dengan urusan Mas Ilham. Namun setelah aku tahu dia berselingkuh. Rasanya jiwa penasaran ku meronta-ronta, ingin tahu seperti apa w
Duar Bak disambar petir di siang hari. Aku terkejut bukan kepalang. Bayangan-bayangan Mas ilham yang tengah bercumbu pada wanita tempo hari kembali terngiang.Rambut dan postur tubuh wanita itu nampak mirip dengan Andini. Apa Andini ini adalah selingkuhan Mas Ilham? Lantas siapa Maura? Apakah lebih dari satu orang yang bermain api dengannya?****Aku memejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam. Aku memang tengah marah, namun aku masih waras. Jangan sampai kemarahanku hanya bisa membuat semua menjadi berantakan."Oh …." Aku berusaha setenang mungkin, ada Rendy dan juga Bian. Mereka tidak seharusnya mendengarkan pertengkaran kami. Meskipun usianya sudah menginjak 15 tahun."Hem … Kamu nggak marah?" tanya Andini, wanita itu terkejut bukan main. Seperti dugaan ku. Dia menginginkan aku marah. Oh, tidak semudah itu. Aku memang mencintai Mas Ilham dan aku marah akan tindakannya. Namun, aku masih waras. Jika aku bertindak gegabah dan meminta cerai, aku akan kehilangan banyak harta. Dan a