Huek... Huek... Huek
"Ya Tuhan kenapa pagi ini rasa mualku tidak bisa ditahan, padahal kemarin masih bisa ditahan." Wajah Devana terlihat pucat karena terlalu banyak mengeluarkan cairan. Sementara diluar sana Raka yang baru terbangun langsung turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi karena mendengar Devana muntah-muntah.
"Astaga sayang, kamu kenapa? Ayo bangun sebaiknya hari ini kamu istirahat dirumah saja," Ucap Raka. Terlihat khawatir. Lalu dia memapah tubuh Devana yang Raka lihat tengah terduduk dilantai kamar mandi.
"Nggak, Mas. kamu tau kan skripsiku tinggal sedikit lagi dan aku ingin minggu depan sudah berada ditangan pak Abimanyu agar segera diproses. Dan aku bisa segera sidang jadi aku bisa istirahat dirumah kalau sudah sidang skripsi," Sahut Raka. Yang kini tengah duduk diranjang.
"Tapi sayang lihat lah wajahmu sangat pucat, aku jadi khawatir melihatnya," Ucap Raka. Sambil menatap wajah pucat Devana, dan tidak bisa memaksa Devana u
"Gimana hasil tesnya, benar-benar positif kan?" Tanya Sinta. Membuat Devana tersentak mendengar pertanyaan Sinta. "Iya Bu, positif," Sahut Devana. Dengan anggukan lemahnya. "Terus bagaimana, apakah kekasihmu akan bertanggung jawab setelah dia tau kalau kamu hamil, Devana?" Lagi-lagi Sinta bertanya. Karena memang sangat ingin tahu tentang Devana yang sudah bu Sinta anggap seperti putrinya sendiri. "Dia sudah bertanggung jawab Bu, dia akan menikahiku," Jawab Devana dengan berbohong pada Bu Sinta, Nanti jika waktunya sudah tepat pasti Devana akan memberi tahu kepada Bu Sinta tentang pernikahannya dengan Raka, dosen pembimbingnya itu. "Syukur lah kalau dia mau bertanggung tanggung jawab, ibu senang karena calon cucu ibu akan mempunyai keluarga yang lengkap," Ucap Sinta dengan senyuman sumringahnya. Devana pun tersenyum meski perasaannya sekarang tidak tenang. "Iya Bu, dan ibu tau calon bayiku terny
Sementara itu diruang Kesehatan "Apa! Jadi kalian suami istri? Astaga sejak kapan dan sudah berapa lama kalian menikah?" Tanya Dokter Sinta. Yang terlibat karena shock dengan pengakuan Raka, karena tidak mau istrinya dalam keadaan tertekan masalah ini. "Dua bulan yg lalu Dok, aku juga tidak merencanakan ini, tapi orang tua kami yang merencanakan ini semua, dan kami pun akhirnya menikah tanpa undangan kalian semua yang ada dikampus ini," Jawab Raka. Sedangkan Devana kini tengah setelah meminum Vitamin yang selalu Raka bawa, karena
Diruang yang cukup mewah kini Devana dan Raka. Tengah menatap ketua yayasan Universitas Pelita Harapan yang terkenal fasilitas mewah dan elit, bagaimana tidak setiap kelas terdapat AC dan beberapa pasilitas lainya. Raka pun kini menggenggam tangan Devana dengan erat karena Raka tau kalau istri kecil nya itu tengah gugup karena harus berhadapan dengan ketua yayasan universitas tempat dia belajar untuk masa depannya kelak."Bisa jelaskan tentang semua ini Pak Raka Aditya Putra," Ucap Pak Hans. Yang terkenal tegas dan disiplin itu, tentu saja dengan tatapan tajam yang membuat siapa saja bisa nervous karena ditatap seperti terdakwa pembunuhan, yang akan mendapatkan hukuman berat, dan itu lah yang terjadi pada Devana. Sedangkan Raka, yang ditatap hanya bersikap santai untuk menjawab pertanyaan atasannya itu."Mau menjelaskan apa Pak? Memang kenyataannya saya sudah menikahi mahasiswi saya sendiri, tapi ini karena amanat dari ora
Akhirnya meraka berdua pun sampai diapartemen. Dan setelah masuk ke apartemen Raka pun langsung membawa Devana ke kamar mereka, lalu membaringkan Istrinya itu diranjang, dan tak lupa Raka pun memberikan obat yang belum Devana minum dari tadi untuk memulihkan tubuhnya yang terasa lemas."Gimana udah mendingan belum, hm?" Tanya Raka. Sambil mengelus pipi Devana dengan lembut. Devana hanya mengangguk. Dia kini terlihat sedikit lemas dan wajahnya pun masih agak pucat."Aku sudah mendingan kok, Mas. Aku lihat kamu dari tadi belum makan iya kan?" Tanya balik Devana. Yang khawatir karena dia tau kalau suaminya itu belum Sempat memakan apa pun sejak tadi siang karena sibuk dengan permasalahan yang tiba-tiba datang tanpa diduga."Tidak apa. aku mau delivery aja sayang, kamu mau makan apa? Kamu juga pasti belum makan kan dari tadi?"Lalu Raka pun mengambil ponselnya untuk memesan makanan.
Disinilah Raka Arsitektur sekarang ini kedokteran. Jujur baru kali ini dia merasa kurang nyaman saat akan mengajar. Karena langsung para mahasiswi kedokteran yang mengungkapkan dengan ten dan seolah memuja, maka Raka akan merasa sulit menyesuaikan diri sendiri ini, tidak seperti saat masuk kefalkutas menejemen bisnis yang bisa akrab dengan mahasiswa dan mahasiswinya disana karena mereka tidak terlalu mencolok saat mengagumi dirinya sendiri dan masih ditoleransi."Ekhem. Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Raka Adity Putra dan mulai sekarang saya yang memperkenalkan bu Amara menjadi dosen pembimbing kalian." Dengan wajah datarnya, Raka mulai memperkenalkan dirinya.
Kini Devana tengah asyik menyantap siomay dengan semangkuk Sup buah, melihat Raka hanya menggelengkan kepalanya karena akhir-akhir ini nafsu makan Devana semakin meningkat, bayangkan saja yang dia makan itu adalah piring siomay yang keempat dan kedua mangkuk sup buah dihadapannya sudah mau habis, sang pemilik kedai siomay pun dibuat heran dengan porsi makan wanita cantik itu, sedangkan si pria memakan satu porsi saja belum habis karena mungkin saja sudah kenyang melihat wanitanya yang masih lahap memakan makanannya."Mas itu adiknya atau pacarnya, Mas? Kok Porsi makannya banyak banget, jarang loh cewe cantik porsi makannya wah gitu, itu nanti gak kenapa-kenapa, Mas?" Tanya Seorang bapak-bapak pemilik kedai siomay dan sop buah tempat Devana makan sekarang.Mendengar pertanyaan pemilik kedai itu. Raka tersenyum sambil menatap istrinya yang menggemaskan itu."Dia istri saya pak. Mungkin karena dia tengah hamil
Setelah melakukan perjalanan yang sedikit melelahkan karena jarak kedai siomay dan apartemennya cukup jauh. Kini Devana pun berbaring diranjang tentu saja setelah membersihkan diri, dia pun tengah asyik membaca Novel sedang Raka tengah sibuk menyiapkan beberapa soal untuk besok ujian difakultas kedokteran tempat ia mengajar sekarang.Setengah jam mereka fokus dengan dunia masing-masing tiba-tiba Devana merasa jenuh, dia pun menaruh Novelnya dinakas samping tempat tidurnya, lalu menghampiri Raka yang masih sibuk dengan kerjaannya."Mas, aku bosen banget nih, bete tau." Devana merajuk manja sambil memeluk Leher Raka dari belakang dan menyandarkan dagunya dibahu Raka"Terus kamu maunya apa, sayang?" Tanya Raka sambil tersenyum dan mengotak ngatik laptopnya."Aku mau... mau....""Mau apa, Yang?" tanya Raka. Dengan senyuman manisnya."Mau kamu,
"Pak Raka tunggu...!" Panggil Amara yang kini tengah mengejar Raka yang berjalan menuju kelas fakultas kedokteran. Raka pun berhenti ketika mendengar namanya dipanggil"Ya ada apa, Bu?" Tanya Raka. Dengan seramah mungkin."Saya mau tanya apa benar Anda dan mahasiswi anda melakukan affair lalu menikah secara diam-diam karena dia hamil?" Tanya Bu Amara. Dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Membuat Raka membulatkan matanya tidak terima dengan ucapan rekan kerjanya itu."What! Apa yang ibu bilang barusan? Hubungan Affair dari mana ibu mengetahui itu?! Dengar ya Bu. Saya dan istri saya tidak pernah seperti itu, kami menikah juga karena restu dari orang tua kami, dan asal ibu tau kami menikah sejak dua bulan yang lalu karena pernikahan kami memang sengaja kami rahasiakan, sampai saatnya tiba untuk mengumumkan pernikahan kami. Dan asal ibu tau, istri saya mengandung, usia kandungannya baru menginjak usi