Share

Rencana Rifky

"Pergilah! Tak usah jauh-jauh datang kemari, sebab semuanya akan sia-sia saja, Amel," tegasku pada Amel.

Namun, anak gadis itu sama sekali tak menghiraukan ucapanku. Buktinya dia langsung melangkah ke hadapanku, memaksa untuk masuk ke rumah.

"Tante, saya mohon. Ijinkan saya untuk menemui, Panji. Tidak akan lama, Tan. Karena--"

"Apa kamu tak punya telinga?!" teriakku dengan nyaring, mataku pun ikut membulat sempurna.

Amel yang kebetulan berada tak jauh dari hadapanku, kembali terisak kecil. Wajahnya tampak putus asa dan penuh tekanan.

Meskipun begitu, hati nuraniku sudah terlanjur buta. Tak ada kata maaf yang akan terucap dari bibirku dan Panji, semuanya sudah terlambat. Aku dan Panji terlanjur sakit hati.

"Tante, aku mohon. Apa Tante tak kasihan padaku?"

Sontak, satu sudut bibirku terangkat ke atas, tak luput aku pun sampai memalingkan wajah.

"Apa saya tak salah dengar?"

"Maksud, Tante?"

Amel malah balik bertanya seraya mengusap sudut matanya yang masih di penuhi linangan cairan ben
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status