Share

NEW LIFE

“Siapa wanita mengerikan itu ayah?” Julian mengusap darah yang keluar dari mulutnya.

Raja Alexander tak menjawab pertanyaan Julian, dia pergi begitu saja setelah memastikan Julian tak terluka parah. Raja Alexander keluar dari ruang perjamuan dengan wajah cemas, pikirannya melayang kepada wanita yang tiba-tiba muncul dihadapannya dengan mengerikan itu.

***

“Yang Mulia, Caroline.”

Caroline membuka matanya, kilat jingga itu menyala dari pupil matanya. Ester dan Adrian tercengang melihat perubahan mata Caroline. Kini mata coklat anggun dan penuh kasih itu telah lenyap berganti dengan mata jingga yang sangat mengerikan. Bahkan kita tahu jika dia menyimpan penuh sisi gelap hanya dengan melihat matanya saja.

Meggie, wanita penyihir itu tersenyum melihat ramuan itu berhasil. Wanita itu membuka tudung jubah yang menutupi rambutnya. Kini rambut merah menyala itu keluar dari persembunyiannya.

“Selamat datang di dunia yang baru, Caroline.” Meggie menyambut kebangkitan Caroline dengan seringai puas.

“Oh, lihat! dia mempunyai mata yang sama dengan Yang Mulia.” Ester menunjuk mata Meggie yang kini baru disadarinya. Mata Yang juga mempunyai kilatan jingga seperti milik Caroline.

Adrian menghampiri Meggie dan memastikan kebenaran omongan Ester. Dia membelalakkan mata ketika memang benar apa yang dikatakan Ester. Caroline kini mempunyai mata yang sama dengan penyihir itu.

“Apakah dia akan menjadi begitu mengerikan sepertimu?” Adrian melemparkan pertanyaan yang sangat menusuk itu.

“Apa aku terlihat menyeramkan?” Caroline membuka suaranya.

Ester dan Adrian terkesiap mendengar suara Caroline. “Bukan…bukan seperti itu maksudku.” Adrian mencoba menjelaskan maksud dari perkataannya.

“Tidak, kamu tidak terlihat mengerikan. Kamu terlihat sangat luar biasa.” Meggie memuji Caroline, dia sangat bangga kepada hasil kerja kerasnya akhirnya bisa membuat Caroline hidup kembali.

“Yang Mulia, apakah ada sesuatu yang anda ingin makan? Anda belum makan apapun sejak dua hari yang lalu.” Ester menawarkan makanan kepada Caroline seperti yang biasa dia lakukan ketika di Istana dulu.

Meggie tertawa kecil mendengar itu, Ester mengerutkan keningnya melihat sikap Meggie.

Meggie menatap Ester dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

“Dia bukan manusia, dia tidak akan merasakan lapar.” Perkataan Meggie itu membuat Ester menatap Caroline dengan pandangan cemas.

Caroline tersenyum melihat Ester cemas seperti biasanya. “Aku tidak apa-apa, kalian jangan cemas.” Caroline menenangkan kedua orang yang telah merawatnya itu.

“Kini aku akan membalas semua yang telah Julian dan ayahnya lakukan kepada keluargaku.”

“Tidak! Kau tidak bisa melakukannya sekarang.” Meggie mematahkan semangat Caroline.

“Apa maksudmu?” tanya Caroline bingung.

“Kekuatanmu masih belum bisa untuk membalaskan dendammu.”

“Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk bisa membalaskan dendamku?” Caroline bangkit menghampiri Meggie yang duduk sambil mengelus burung phoenix miliknya.

“Kamu harus bisa memulihkan kekuatanmu, kamu harus mengisi energimu.”

“Bagaimana caranya?”

Meggie tersenyum seraya memandang Caroline. “Menelan rasa takut,” ucapnya.

“Maksudmu? Seperti apa?”

Meggie bangkit dari tempat duduknya, “Ikut aku, akan aku tunjukkan.”

Caroline mengikuti Meggie keluar dari gubuk itu. Meggie, mengulurkan tangan untuk Caroline genggam. Caroline menggenggam tangan itu dan dengan sekejab suasana berubah, Caroline ingat sekali suasana hutan yang sangat sunyi dan gelap tiba-tiba berubah menjadi terang. Caroline mengernyitkan kening ketika sinar matahari menyapa wajahnya. Dengan menggunakan telapak tangan dia menghalau sinar matahari itu. Caroline memalingkan wajah menatap kesekelilingnya. Bangunan dengan dinding yang tinggi itu mengingatkan Caroline ketika dia berada di perkampungan Rosweld Island. Caroline dan Meggie berada di sudut gang antara dinding-dinding hitam bangunan tinggi.

“Kita ada dimana? Apa kita di Rosweld?” tanya Caroline bingung mengamati sekitar.

“Tidak, kita ada di Kerajaan Yunani,” jawab Meggie. “Ikut aku.” Meggie menarik tangan Caroline untuk mengikutinya.

Meggie membawa Caroline ke tempat keramaian, mereka memasuki pasar Kerajaan Yunani. Lalu lalang orang-orang sangat padat di pasar itu, mereka saling berhimpitan. Meggie menyenggol Caroline menyuruhnya memperhatikan seseorang yang dia tunjuk.

“Lihatlah dia,” ucap Meggie.

Caroline mengamati orang itu lebih tepatnya seorang pemuda dengan topi flat cap coklat memasukkan tangannya pada saku mantel seorang lelaki tua lalu mengambil sebuah dompet dari dalam saku tersebut. Bibir Caroline menyeringai melihat kelakuan pemuda itu.

Caroline memandang Meggie, Meggie memberikan isyarat untuk pergi mengikuti pemuda itu. Caroline mengikuti Meggie dari belakang, Meggie mengulurkan tangannya dan dengan sigap Caroline menggapainya. Mereka berteleportasi tepat dihadapan pemuda pencuri itu. Pemuda itu terkejut hingga terjatuh kebelakang.

“Waaah…” Pemuda itu berteriak ketika menyaksikan kedua wanita yang tiba-tiba muncul seperti hantu.

Meggie memandang pemuda itu, dia berajalan mendekati pemuda itu dengan langkah pelan. Kini kilatan matanya kembali muncul. Melihat itu membuat pemuda itu menjadi takut. Dia berlari menjauh dari Meggie dengan cepat. Tapi kemanapun dia berlari Meggie selalu muncul di hadapananya dan menghadangnya. Aura warna abu-abu kini muncul dari diri pemuda itu yang menandakan rasa takut di dalam diri pemuda itu telah memuncak, tentu saja hanya Meggie dan Caroline yang bisa melihat warna itu.

Melihat warna abu-abu itu keluar dari dalam diri pemuda itu, kilatan mata Caroline kembali. Mata jingga itu menggambarkan seseorang yang tengah kehausan. Meggie tersenyum melihat insting Caroline mulai merespon mangsa dihadapannya.

Meggie langsung menyergap pemuda itu, mencengkeram lehernya dan mengangkat pemuda itu. Pemuda itu meronta, wajahnya memerah menahan cengkram Meggie. Meggie melempar pemuda itu hingga berada dibawah kaki Caroline.

“Ambillah.” Meggie menyodorkan pemuda itu layaknya sebuah makanan yang dia hidangkan untuk Caroline.

Caroline mengangkat satu kakinya lalu mendaratkan kaki itu dengan keras tepat diatas dada pemuda itu. Caroline menduduki dada pemuda itu, menghirup aura keabu-abuan pemuda itu. Kilatan Mata Caroline kini menyala lebih pekat, setiap hisapan Caroline membuat pemuda itu berteriak kesakitan. Caroline terus menghisap aura itu hingga membuat pemuda itu lemas, di sisa-sia akhir napasnya pemuda itu mengeluarkan mutiara berwarna abu-abu.

Caroline menoleh ke arah Meggie seakan meminta persetujuannya. Meggie mengangkat alis dan mengangguk menandakan jika dia setuju. Caroline mengambil mutiara itu dengan tangannya, dia memasukkan mutiara itu ke dalam mulutnya. Kilatan cahaya kembali terpancar dari nadi-nadi tubuh Caroline.

Meggie tersenyum puas melihat itu.

“Baiklah, kita harus pergi,” ucap Meggie.

Caroline bangkit meninggalkan pemuda yang sudah terbujur kaku itu. Dengan sedikit berlari dia berusaha menggapai tangan Meggie.

“Tunggu!” ucap Caroline sedikit berteriak ketika melihat Meggie akan meninggalkannya.

Meggie terhenti dan berbalik menghadap Caroline dengan wajah bertanya.

“Tunggu aku.” Caroline menggapai tangan Meggie.

 Meggie tertawa melihat itu.

“Kenapa?” tanya Caroline bingung.

“Aku rasa kamu sudah bisa sendiri untuk pulang.” Meggie melambaikan tangan kirinya lalu lenyap dari hadapan Caroline.

Caroline terlihat sangat terkejut dan bingung. Bagaimana caranya dia pulang? bagaimana caranya bisa berteleportasi seperti Meggie? Bahkan Meggie pun tak memberitahukan cara untuk menghilang.

“SIAL!” Runtuknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status