FAZER LOGINSetelah kepergian Farhan, Pedro melempar beberapa barang yang ada di dekatnya. Farhan membuat Pedro semakin marah apalagi Zello sudah membunuh orang suruhannya. Pedro kira jika dia memberi umpan seorang wanita, Zello bisa di setirnya seperti biasa. Tapi ternyata semua di luar dugaannya.
"Aku nggak tahu kalau ternyata Zello bisa melakukan nya di depan banyak orang. Jika sudah begini aku harus lebih hati hati lagi. Dia pasti akan mengawasi ku setelah ini!" # Farhan sudah kembali ke kediamannya, dia berkali kali menghembuskan napas panjang karena lelah jika harus melawan Pedro terus terusan. "Zello, siapa wanita yang kamu bawa pulang ke rumah? Jangan macam macam dengan anak orang." Farhan menghubungi Zello untuk memastikan laporan anak buahnya tenang wanita yang bersama Zello. "Calon menantu papa!" jawab Zello dari seberang telfon. Byur..... Uhuk ... Farhan tersedak minumannya yang membuat sang istri menatap Farhan bingung. Farhan yang merasa istrinya penasaran meloudspeker ponselnya agar dia juga bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zello. "Zello jangan bercanda, kamu bahkan nggak punya kekasih. Bagaimana bisa dia jadi calon menantu papa?" "Papa pernah muda kan?" tanya Zello santai. Farhan dan istirnya saling pandang, lalu mata mereka membelalak. "Zello jangan gila kamu, bisa bisanya anak orang di ajakin tidur tapi nggak di nikahi!!" teriak mamanya frustasi. Zello menjauhkan ponselnya dari dekat telinganya. Dia mengambil napas panjang lalu menghembuskan nya pelan. "Lagi di usahakan, ya udah pa Zello tutup dulu telfonnya. Zello mau urus kucing Zello dulu!" Zello mematikan sambungan telfon itu sepihak. Sedangkan kedua orang tuanya saling pandang melongo. Bagaimana tidak, belum reda rasa kaget mereka tentang Zello dan seorang wanita yang belum mereka ketahui. Seorang di tambah dengan Zello yang pelihara seekor kucing. Farhan memijat pangkal hidung nya yang terasa berdenyut. Dia sudah pusing dengan Zello yang membunuh calon sekertaris nya, serang Zello mengajak seorang perempuan untuk menikah. # Zello mendengus kesal karena ternyata Farhan sudah mencari informasi soal pergerakannya. Saat ini Sheza tak ada dirumah karena dia ada pemotretan mendadak. Sejak dalam perjalanan, dia tak fokus karena kata kata terakhir Zello yang mengajaknya menikah. Beruntung ponsel Zello berbunyi sehingga dia bisa kabur dari hadapan Zello. "Nona kenapa melamun terus? Ada masalah dengan tuan?" Sheza menggeleng lemah, dia menghela napas panjang memikirkan nasibnya sendiri. Raka yang saat ini ditugaskan menjadi sopir pribadi Sheza sebenarnya sudah tahu jika Sheza baru saja berdebat dengan Zello. Sheza turun dari dalam mobil, tapi Raka sempat tertegun saat melihat ekspresi wajah Sheza yang cepat sekali berubah. "Benar kata tuan, nona Sheza benar benar tak bisa di tebak. Lihat aja, tadi wajahnya lesu karena tuan mengajaknya menikah mendadak. Tapi sekarang wajahnya seram sama seperti tuan. Pantas saja mereka berjodoh." gumam Raka. Raka menunggu Sheza selesai pemotretan sesuai dengan perintah Zello. Awalnya Sheza menolak, tak Zello mengancam akan menghamili Sheza saat itu juga jika sampai Sheza menolak membawa Raka bersamanya. # Satu orang melihat Sheza dengan wajah marah nya. Salsa, sejak tadi mengawasi kedatangan Sheza di tempat pemotretan. Karena dia juga menjadi salah satu model pemotretan itu meksipun bukan menjadi model utama. Salsa marah karena melihat Sheza baik baik saja. Tak ada raut wajah sedih disna. Seolah apa yang terjadi padanya kemarin bukan hal besar yang harus dia pikirkan. Salsa berjalan menghalangi Sheza yang ingin lewat. "Wah, masih berani muncul disini?" Sheza yang memang dalam kondisi yang tidak baik, menatap Salsa jengah. Dia malas sekali ribut hari ini. Apalagi Raka masih menunggunya. Jika dia telat Zello benar benar akan menghukumnya. Mengingat wajah Zello yang kemarin marah saat melihat bekas tamparan di pipinya. "Minggir!" ucap Sheza dengan suara dinginnya. Tapi Salsa semakin membuatnya marah, karena masih terus menghalangi jalannya. Wajah Salsa semakin terlihat meledek ke arah Sheza. Tapi kemudian Sheza mulai menyeringai, dia mendekat ke arah Salsa yang membuat Salsa tiba tiba merasa takut dengan wajah Sheza. Sementara Sheza yang melihat raut wajah Salsa yang mulai ketakutan semakin senang, itu akan membuat hiburan sendiri untuk nya. "Kamu nggak pengen tahu, kenapa semalam aku nggak pulang dan rencana kamu sama cowok yang kamu jebak kemarin nggak kejadian?" bisik Sheza di dekat telinga Salsa. Mata Salsa membola, tubuhnya sempat membeku mendengar apa yang di katakan Sheza. Saat Salsa tersadar, ternyata Sheza sudah meninggalkannya masuk ke dalam gedung untuk pemotretan. Dari kejauhan, Raka mengawasi apa yang terjadi pada Sheza dan Salsa. Sewaktu Salsa menghalangi Sheza, Raka ingin membantu Sheza. Tapi detik berikutnya Raka bingung karena wajah Salsa terlihat syok. Raka penasaran, tapi dia menatap kagum pada Sheza yang bisa tetap tenang dan tak memakai kekerasan pada Salsa ketika Salsa mengganggunya. "Wah, harus laporan ini sama tuan." Raka mengambil ponselnya dan memberi info pasa Zello yang berada di rumah sambil menunggu Sheza pulang. Entah kenapa dia lebih tenang menunggu Sheza sambil terus mengawasinya melalui Raka. Zello yang mendapat laporan dari Raka tersenyum tipis. Tak membalasnya dan memilih melanjutkan pekerjaannya. "Sepertinya akU hanya perlu mendukungnya dari belakang!" to be continuedSetelah kepergian Farhan, Pedro melempar beberapa barang yang ada di dekatnya. Farhan membuat Pedro semakin marah apalagi Zello sudah membunuh orang suruhannya. Pedro kira jika dia memberi umpan seorang wanita, Zello bisa di setirnya seperti biasa. Tapi ternyata semua di luar dugaannya. "Aku nggak tahu kalau ternyata Zello bisa melakukan nya di depan banyak orang. Jika sudah begini aku harus lebih hati hati lagi. Dia pasti akan mengawasi ku setelah ini!" # Farhan sudah kembali ke kediamannya, dia berkali kali menghembuskan napas panjang karena lelah jika harus melawan Pedro terus terusan. "Zello, siapa wanita yang kamu bawa pulang ke rumah? Jangan macam macam dengan anak orang." Farhan menghubungi Zello untuk memastikan laporan anak buahnya tenang wanita yang bersama Zello. "Calon menantu papa!" jawab Zello dari seberang telfon. Byur..... Uhuk ... Farhan tersedak minumannya yang membuat sang istri menatap Farhan bingung. Farhan yang merasa istrinya penasaran m
Dua orang berbeda jenis ini saling berdiam diri dengan pikiran mereka masing masing. Terlebih Sheza yang tak tahu harus mengatakan apa. Benar dia ingin menggunakan Zello sebagai pisau untuk membalas orang orang yang menyakitinya. Tapi ini begitu cepat, dan Sheza tak bisa berpikir normal. "Sheza, aku tahu kamu mendekati ku karena ingin memanfaatkan ku." Tubuh Sheza membeku karena rencananya bisa ketahui oleh Zello dengan mudah. Zello, hanya sebagian orang yang tahu siapa dirinya yang sebenernya. Sheza mengigit bibir dalamnya, berusaha untuk tetap tenang di depan Zello. Entah kenapa, Sheza mendadak menjadi orang yang insecure saat bersama Zello. Dan ini bukan dirinya. Sejak tadi dia gelisah dan semakin gelisah lah dia saat Zello juga tahu apa yang dia rencanakan. Sheza memejamkan matanya sesaat, lalu dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Zello dengan wajah datarnya. "Kamu mencari tahu tentangku?" Zello melihat Sheza dengan mata elangnya. Senyum samar tercetak
Sekertaris Zello sudah menunggu di depan ruangan Zello. Dia tersenyum saat Zello tiba disana. Zello berhenti di depan sekertaris nya lalu melihat sekertaris nya dari atas sampai bawah. "Kamu mau kerja apa mau jual diri?" "A-apa maksud tuan?" tanya Sekretaris itu tergagap. "Raka, siapa yang kasih ijin ada sekertaris perempuan di tempatku?" Raka yang sebenarnya juga baru tahu jika ada sekertaris perempuan disana tak langsung menjawab. Perempuan yang baru saja di tunjuk jadi sekertaris itu merasa jika Zello terlalu berlebihan. "Tuan muda, aku disini di tunjuk langsung oleh tuan besar sebagai sekertaris tuan muda. Jika tuan muda tak terima, tuan muda bisa langsung protes kepada tuan besar." Raka menahan napas nya saat mendapati jika perempuan itu malah menantang Zello dengan beraninya. "Jadi kakek menyuruhmu sebagai sekertaris ku? Kenapa kamu tak jadi sekertaris dia aja di rumah nya, mungkin juga jadi teman di ranjangnya??" Mata Zello menatap nyalang pada w
Sheza memegang pipinya yang panas karena tamparan Tora kepadanya. Dia menatap Tora marah, sedangkan Tora terkesiap dan melihat tangannya sendiri yang sudah menampar Sheza. Salsa dan ibunya tersenyum lebar saat melihat adegan di depan mereka. "Wah, sudah main tangan ternyata." ucap Sheza dingin. Tak ada rasa takut di wajahnya, hanya ada rasa marah dan terluka. Sedangkan Tora merasa jika akan ada hal lain yang Sheza lakukan setelah ini. "Tentu saja aku menamparmu, kamu bahkan berani pulang pagi hari. Dimana kamu semalam? Adikmu mengatakan kalau kamu pergi dengan laki laki!!" Sheza sudah bisa menduga jika Salsa dengan cepat mengadu pada Tora jika dia tak pulang semalaman. "Oh, jadi dia mengadu pada papa? Wah, rajin sekali dia memantau hidupku!" sindir Sheza pada Salsa. Salsa gelagapan saat Sheza menatapnya tajam. "Kak, aku nggak ngadu. Papa tanya dimana kakak, aku hanya memberitahu tentang kakak kepada papa. Dan lagi kakak semalam kemana? Aku juga lihat kakak
Pagi hari ..... Mata Zello terbuka lebih dahulu, memegang kepalanya yang terasa pusing. Saat dia ingin bangun, tangannya terasa berat. Dia menoleh, matanya membeliak melihat seorang wanita masih tertidur pulas di pelukannya. Zello mencoba mengingat apa yang terjadi dengan mereka semalam. Ingatannya berkelana pada saat malam panas Zello dengan wanita itu. Senyum tipis muncul di wajah tampannya. Dia merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu. Zello membiarkan tangannya menjadi bantal tidur Sheza. Dia mengambil ponselnya lalu menyuruh Raka mencari tahu tentang apa yang terjadi. Terutama siapa yang menaruh obat kepada minumannya. "Bawakan aku baju ganti!" Setelah memberi perintah pada Raka, Zello kembali merebahkan dirinya dengan posisi menyamping ke arah Sheza. "Wanita ini yang semalam mengguyur jaz mahal ku. Cantik juga ternyata." gumam Zello pelan. Dia terus mengamati wajah Sheza yang masih tertidur nyenyak. # Setengah jam berlalu, terde
Sebuah ruangan yang awalnya sunyi itu berubah menjadi panas. Hawa dingin dari AC yang menyala tak bisa mendinginkan tubuh dua orang yang sedang menyatu secara liar. "Mendesah sayang.... panggil namaku!" Suara berat dan serak itu masuk ke gendang telinga seorang perempuan yang berada di bawa Kungkungan laki laki tampan dengan mata elangnya. "Zello... Ah....." Laki laki itu menyeringai saat mendengar namanya di panggil berkali kali. Dia seperti orang kesetanan, bergerak maju mundur dengan tenaganya yang tak habis habis. Permainan panas dengan seorang wanita yang tiba tiba dia temui di sebuah pesta. Yang membuat Zello tak bisa berhenti dan merasa kurang jika hanya satu permainan. # Sebelumnya..... Seorang gadis menatap semua orang dengan pandangan yang muak. Dia menggoyangkan segelas anggur yang sejak tadi dia pegang. Menelisik seluruh ruangan dengan mata tajamnya. Malam ini, dia datang karena mendapat undangan dari kenalannya. Sheza Malvika, seorang model yang terk







