LOGINDua orang berbeda jenis ini saling berdiam diri dengan pikiran mereka masing masing. Terlebih Sheza yang tak tahu harus mengatakan apa. Benar dia ingin menggunakan Zello sebagai pisau untuk membalas orang orang yang menyakitinya. Tapi ini begitu cepat, dan Sheza tak bisa berpikir normal.
"Sheza, aku tahu kamu mendekati ku karena ingin memanfaatkan ku." Tubuh Sheza membeku karena rencananya bisa ketahui oleh Zello dengan mudah. Zello, hanya sebagian orang yang tahu siapa dirinya yang sebenernya. Sheza mengigit bibir dalamnya, berusaha untuk tetap tenang di depan Zello. Entah kenapa, Sheza mendadak menjadi orang yang insecure saat bersama Zello. Dan ini bukan dirinya. Sejak tadi dia gelisah dan semakin gelisah lah dia saat Zello juga tahu apa yang dia rencanakan. Sheza memejamkan matanya sesaat, lalu dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Zello dengan wajah datarnya. "Kamu mencari tahu tentangku?" Zello melihat Sheza dengan mata elangnya. Senyum samar tercetak di wajah tampannya. Zello tahu jika Sheza sedang gugup. Tanpa Sheza bisa cegah tangan Zello sudah menarik tangannya sehingga Sheza jatuh di atas pangkuan Zello. "Zello, apa yang kamu lakuin?" Sheza berusaha untuk berontak, tapi ternyata tenaga Zello lebih kuat dari nya. Zello menekan pinggang Sheza agar Sheza bisa diam. "Jika aku tak mencari tahu siapa kamu dan tujuanmu, apa aku akan membiarkan orang asing masuk ke dalam rumahku?" Mata Sheza membola, dia melihat Zello dengan tatapan takutnya. "Aku juga tahu jika kamu yang mencegah adik tirimu itu melakukan rencananya, bahkan mengorbankan dirimu sendiri yang masih virgin!" bisik Zello di telinga Sheza. Sheza mengigit bibir bawahnya karena semua rencananya ketahuan. Dia meremas kedua tangannya takut jika Zello akan mengacaukan semua rencana yang sudah dia susun selama ini. "Lalu kenapa kamu nggak hukum aku dan kasih aku tinggal di rumah mu?" Zello menelisik wajah Sheza dengan seksama, dia enggan menjawabnya. Melihat kediaman Zello membuat Sheza berpikir dengan cepat. Tangan Sheza terangkat dan menyentuh pipi Zello. Mengusap rahang Zello pelan. Zello tak menyangka jika Sheza akan seberani itu kepadanya. Tapi Zello membiarkan apa yang dilakukan Sheza kepadanya. Dia juga ingin tahu sejauh mana Sheza berani kepadanya. "Aku tak berniat memanfaatkan mu awalnya, tapi ternyata takdir mendorong ku untuk bersamamu. Karena aku tahu, adik tiriku tersayang itu tergila gila padamu!" Sheza mengatakan semua itu dengan pelan, sambil jari jarinya menelusuri wajah dan dada bidang Zello. "Sial, dia memancing sesuatu yang seharusnya tak dia lakukan!" umpat Zello dalam hati. Sheza melihat jakun Zello naik turun dan dia tahu jika Zello sedang menahan diri untuk tak menyerangnya saat ini. Sheza yang melihat wajah Zello mulai merah tersenyum penuh kemenangan. Tapi saat tangan Sheza ingin merambat ke arah lain, Zello langsung mencegahnya. "Jangan macam macam, atau aku pastikan kamu nggak akan bisa jalan besok pagi!" Sheza meneguk ludahnya kasar, dia melihat wajah Zello yang kembali berubah menjadi serius. Dia tak nyaman duduk di pangkuan Zello, tapi saat Sheza ingin turun kembali Zello menahannya. "Disini atau nggak sama sekali!" Sheza mengangguk patuh, dia tak bisa main main dengan Zello atau dia tak akan bisa berjalan keesokan harinya. "Menikah dengan ku, dan kamu bisa gunakan aku untuk membalas mereka semua sesuai keinginan mu." Mata Sheza mengamati raut wajah Zello saat ini. Dia mencari kebohongan dari mata Zello tapi tak ada kebohongan sama sekali. "Tapi kita nggak saling cinta, nggak perlu menikah kalau hanya ingin menjadi partner." sanggah Sheza. Zello tersenyum tipis, lalu dia menarik dagu Sheza dan mengikis jarak mereka lagi. Mata Sheza membeliak saat wajah mereka semakin dekat. "Jika kita tak punya status yang jelas, kalau salah satu dari kita kenapa napa kita tak akan punya kuasa untuk bertindak lebih jauh!" Deru napas Zello menerpa wajah Sheza, bau mint khas Zello yang dari awal selalu Sheza ingat membuat Sheza diam tak berkutik. Dan sialnya pikirannya kembali ke malam panas yang mereka lewati. Telinga Sheza kembali memerah dan Zello yang melihat itu tak tahan lagi untuk menjahili Sheza. Cup.... Mata Sheza melotot saat Zello tiba tiba mencium telinganya. "Zello, kenapa kamu mesum sekali?" Zello terkekeh, dia menarik pinggang Sheza agar kembali lebih dekat dengan nya. "Kamu yang mulai, kamu yang menggodaku. Lantas kenapa, aku nggak bisa melakukan hal yang sama kepadamu?" Sheza menggigit bibir bawahnya, dia kalah jika dia berdebat dengan Zello. Ternyata di balik sikap dingin dan datar Zello dia seorang laki laki yang cerewet. "Baiklah, aku mau menikah dengan mu. Tapi aku nggak mau satu kamar." Zello berdecih, Sheza terlalu pintar untuk dia bodohi ternyata. Tapi otak Sheza teringat sesuatu yang sempat dia dengar. "Tunggu, bukannya kamu udah di jodohin? Kenapa malah mengajakku menikah? Apa wanita itu tak bisa memuaskan mu?" cerocos Sheza tanpa filter. Zello terperangah, baru kali ini Sheza benar benar menunjukkan sifatnya yang asli. Di depannya yang tanpa topeng apapun. Zello tertawa renyah, dan saat melihat Zello tertawa seperti itu Sheza tertegun. Zello tampan jika dia seperti ini. Tapi saat Zello berhenti tertawa, Sheza buru buru untuk melihat ke arah lain. "Kamu benar, dia tak bisa memuaskan ku karena cuma kamu yang bisa memuaskan ku saat ini!" bisik Zello di dekat telinga Sheza. Sheza menggigit bibir bawahnya menahan geli karena ulah Zello saat ini. Sheza yang tak tahan dengan apa yang di lakukan Zello segera bangkit berdiri. "Aku mau makan, minggir dulu!" Zello melepaskan Sheza yang sudah kabur ke dapur untuk mencari makanan. "Kucing liar ini, semakin di perhatikan semakin menarik!" # Di kediaman utama, Pedro mengamuk. Dia memaki semua orang yang ada disana. Terutama orang tua Zello. "Lihat kelakuan anak kalian, dia bahkan membunuh sekretaris yang sudah aku siapkan untuk membantunya bekerja. Dan malah mengirim mayatnya kemari. Apa dia gila hah?" Farhan yang sejak tadi mendengar kan pun menanggapinya dengan santai. "Jangan terlalu mengatur putraku ayah, semakin dia di atur semakin dia memberontak. Dan lagi, ayah tak perlu repot repot menyiapkan sekertaris wanita untuknya. Karena Zello sudah punya Raka yang selalu berada di sampingnya!" Setelah mengatakan itu Pedro mengajak Moza untuk pulang ke rumahnya. Membiarkan Pedro yang menahan marahnya saat ini. "Farhan, kamu lupa siapa aku?" Langkah Farhan terhenti, tanpa berbalik dia menjawabnya dengan tenang "Ayah, hanya ayah tiriku!" to be continuedDua orang berbeda jenis ini saling berdiam diri dengan pikiran mereka masing masing. Terlebih Sheza yang tak tahu harus mengatakan apa. Benar dia ingin menggunakan Zello sebagai pisau untuk membalas orang orang yang menyakitinya. Tapi ini begitu cepat, dan Sheza tak bisa berpikir normal. "Sheza, aku tahu kamu mendekati ku karena ingin memanfaatkan ku." Tubuh Sheza membeku karena rencananya bisa ketahui oleh Zello dengan mudah. Zello, hanya sebagian orang yang tahu siapa dirinya yang sebenernya. Sheza mengigit bibir dalamnya, berusaha untuk tetap tenang di depan Zello. Entah kenapa, Sheza mendadak menjadi orang yang insecure saat bersama Zello. Dan ini bukan dirinya. Sejak tadi dia gelisah dan semakin gelisah lah dia saat Zello juga tahu apa yang dia rencanakan. Sheza memejamkan matanya sesaat, lalu dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Zello dengan wajah datarnya. "Kamu mencari tahu tentangku?" Zello melihat Sheza dengan mata elangnya. Senyum samar tercetak
Sekertaris Zello sudah menunggu di depan ruangan Zello. Dia tersenyum saat Zello tiba disana. Zello berhenti di depan sekertaris nya lalu melihat sekertaris nya dari atas sampai bawah. "Kamu mau kerja apa mau jual diri?" "A-apa maksud tuan?" tanya Sekretaris itu tergagap. "Raka, siapa yang kasih ijin ada sekertaris perempuan di tempatku?" Raka yang sebenarnya juga baru tahu jika ada sekertaris perempuan disana tak langsung menjawab. Perempuan yang baru saja di tunjuk jadi sekertaris itu merasa jika Zello terlalu berlebihan. "Tuan muda, aku disini di tunjuk langsung oleh tuan besar sebagai sekertaris tuan muda. Jika tuan muda tak terima, tuan muda bisa langsung protes kepada tuan besar." Raka menahan napas nya saat mendapati jika perempuan itu malah menantang Zello dengan beraninya. "Jadi kakek menyuruhmu sebagai sekertaris ku? Kenapa kamu tak jadi sekertaris dia aja di rumah nya, mungkin juga jadi teman di ranjangnya??" Mata Zello menatap nyalang pada w
Sheza memegang pipinya yang panas karena tamparan Tora kepadanya. Dia menatap Tora marah, sedangkan Tora terkesiap dan melihat tangannya sendiri yang sudah menampar Sheza. Salsa dan ibunya tersenyum lebar saat melihat adegan di depan mereka. "Wah, sudah main tangan ternyata." ucap Sheza dingin. Tak ada rasa takut di wajahnya, hanya ada rasa marah dan terluka. Sedangkan Tora merasa jika akan ada hal lain yang Sheza lakukan setelah ini. "Tentu saja aku menamparmu, kamu bahkan berani pulang pagi hari. Dimana kamu semalam? Adikmu mengatakan kalau kamu pergi dengan laki laki!!" Sheza sudah bisa menduga jika Salsa dengan cepat mengadu pada Tora jika dia tak pulang semalaman. "Oh, jadi dia mengadu pada papa? Wah, rajin sekali dia memantau hidupku!" sindir Sheza pada Salsa. Salsa gelagapan saat Sheza menatapnya tajam. "Kak, aku nggak ngadu. Papa tanya dimana kakak, aku hanya memberitahu tentang kakak kepada papa. Dan lagi kakak semalam kemana? Aku juga lihat kakak
Pagi hari ..... Mata Zello terbuka lebih dahulu, memegang kepalanya yang terasa pusing. Saat dia ingin bangun, tangannya terasa berat. Dia menoleh, matanya membeliak melihat seorang wanita masih tertidur pulas di pelukannya. Zello mencoba mengingat apa yang terjadi dengan mereka semalam. Ingatannya berkelana pada saat malam panas Zello dengan wanita itu. Senyum tipis muncul di wajah tampannya. Dia merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu. Zello membiarkan tangannya menjadi bantal tidur Sheza. Dia mengambil ponselnya lalu menyuruh Raka mencari tahu tentang apa yang terjadi. Terutama siapa yang menaruh obat kepada minumannya. "Bawakan aku baju ganti!" Setelah memberi perintah pada Raka, Zello kembali merebahkan dirinya dengan posisi menyamping ke arah Sheza. "Wanita ini yang semalam mengguyur jaz mahal ku. Cantik juga ternyata." gumam Zello pelan. Dia terus mengamati wajah Sheza yang masih tertidur nyenyak. # Setengah jam berlalu, terde
Sebuah ruangan yang awalnya sunyi itu berubah menjadi panas. Hawa dingin dari AC yang menyala tak bisa mendinginkan tubuh dua orang yang sedang menyatu secara liar. "Mendesah sayang.... panggil namaku!" Suara berat dan serak itu masuk ke gendang telinga seorang perempuan yang berada di bawa Kungkungan laki laki tampan dengan mata elangnya. "Zello... Ah....." Laki laki itu menyeringai saat mendengar namanya di panggil berkali kali. Dia seperti orang kesetanan, bergerak maju mundur dengan tenaganya yang tak habis habis. Permainan panas dengan seorang wanita yang tiba tiba dia temui di sebuah pesta. Yang membuat Zello tak bisa berhenti dan merasa kurang jika hanya satu permainan. # Sebelumnya..... Seorang gadis menatap semua orang dengan pandangan yang muak. Dia menggoyangkan segelas anggur yang sejak tadi dia pegang. Menelisik seluruh ruangan dengan mata tajamnya. Malam ini, dia datang karena mendapat undangan dari kenalannya. Sheza Malvika, seorang model yang terk







