“Ugh… di mana ini?” Hiro mengerang pelan. Tubuhnya kaku, seakan baru saja dihantam badai.
{ Tuan telah bereinkarnasi. Sistem telah mengidentifikasi bahwa dunia yang tuan tempati adalah Tanah Kultivator. Saat ini tuan berada di tengah hutan kawasan monster, tepatnya di wilayah Kerajaan Moonlight. } Hiro tertegun. Suara asing itu bergema langsung di kepalanya. “Ha~h?! Siapa itu? Kenapa ada suara dalam pikiranku? Reinkarnasi? Jangan bercanda… aku tidak percaya! Aku tidak ingin hidup seperti dulu. Kalau harus mengulang penderitaan… lebih baik kirim aku ke neraka!” Ia berteriak penuh amarah. Hidup lamanya kembali terbayang: seorang pria yang lahir miskin, dipaksa bekerja sejak kecil, kehilangan orang tua, hingga akhirnya mati dengan tubuh hancur karena dikhianati orang yang ia percaya. Hiro sempat berpikir setelah kematian ia akan bebas, beristirahat damai. Namun ternyata, takdir kembali mempermainkannya. { Saya Sistem, tuan. Saya ada untuk menemani tuan… dan menjadikan tuan kuat. } “Sistem?!” Hiro terdiam, lalu tertawa hambar. “Jadi… benar-benar ada. Sesuatu yang dulu hanya ku impikan di dunia lamaku, sekarang nyata di kepalaku.” { Benar, tuan. } Hiro menarik napas panjang, mencoba mengendalikan pikirannya. “Kalau begitu, jelaskan… apa kondisiku sekarang?” { Tuan berada di hutan terlarang Kerajaan Moonlight. Tubuh tuan dalam kondisi buruk—dantian hancur, meridian putus, tubuh cacat total. } “Cacat total, huh?” Hiro mengepalkan gigi. “Pantas saja aku tidak bisa bergerak. Tapi kau bilang aku bisa jadi kuat, kan?” { Betul. Namun untuk itu, tuan harus memulihkan tubuh lebih dulu. Pemulihan normal membutuhkan 50 Poin Sistem. } “Poin Sistem? Berapa poinku?” { Ucapkan ‘STATUS’. } “STATUS!” STATUS Nama : Hiro Akame Level : – Teknik : – Poin Sistem : 1.000 Poin Pengalaman : 0/1000 Kondisi : Cacat Total ‘Seribu? Dari mana ini asalnya?’ Hiro sempat heran, tapi ia tidak mau membuang waktu. “Sistem, pulihkan tubuhku.” { Baik. Namun ada opsi lain. Apakah tuan ingin membeli Tubuh Spesial? } “Tubuh spesial? Jelaskan.” { Ada tiga pilihan terbaik: } Tubuh Dewa Naga – Mengutamakan kekuatan fisik, terbagi dalam 100 tahap. Pada puncaknya mampu menghancurkan benua dengan sekali pukulan. (100 Poin) Tubuh Qi Abadi – Menyerap energi alam tanpa henti, tidak pernah kehabisan Qi. (100 Poin) Tubuh Terlarang – Ditentang para dewa, mampu mengendalikan seluruh elemen. (100 Poin) Mata Hiro menyipit, lalu senyum tipis terbentuk di wajahnya. “Kalau begitu… aku ambil semuanya.” { Transaksi berhasil. 300 Poin dipotong. } Tubuh Hiro bergetar hebat. Rasa sakit menyiksa menjalar di setiap urat dan tulang, tapi perlahan ia merasakan sesuatu yang berbeda. Qi mengalir deras, meridiannya menyatu kembali, dantian terbentuk ulang, bahkan lebih kuat dari manusia biasa. { Selamat, tuan. Dantian berhasil dipulihkan. Bonus: 2.000 Poin Sistem + Kotak Misteri. } { Level naik! } Kelahiran 1 → 9 … Transformasi 1! Notifikasi bertubi-tubi terdengar di kepalanya. Hiro terdiam sejenak, lalu tertawa keras, penuh kegilaan. “HAHAHA! Dunia ini… sekarang milikku!” Ingatan samar dari tubuh ini pun mulai jelas. Hiro kini tahu, dirinya adalah anak angkat Raja Moonlight yang dibuang karena dianggap lemah. Ia dibunuh diam-diam, lalu tubuhnya tergeletak di hutan terlarang. “Entah di dunia lama atau di dunia ini… yang lemah diinjak, yang kuat berkuasa. Kali ini, aku akan tunjukkan pada dunia… bahwa aku sudah berubah.” Namun ia menahan niat balas dendamnya. “Kesampingkan dulu. Waktunya farming.” { Sekitar 1 km di belakang tuan ada sarang monster. Terdapat kurang lebih 100 ekor. } Mata Hiro berkilat tajam. Namun langit mendadak mendung. “Hujan?” gumamnya. Ia memilih mencari perlindungan terlebih dahulu. Sebuah gua kosong ia temukan, cukup dalam dan kering. Hiro menyalakan api kecil, lalu duduk bersandar pada dinding batu. Pandangannya kosong menatap api yang berkerlap-kerlip. “Kehidupan baruku ini… keberuntungan, atau kutukan?” bisiknya. “Apapun itu, kali ini aku akan hidup bebas.” 👉 Bersambung…Kabut malam menutup Paviliun Pedang Langit seperti tirai raksasa. Bulan hanya tampak samar, seolah enggan menatap dunia yang bersiap ke jurang pertempuran. Hiro berdiri di pelataran utama, angin dingin menyapu jubahnya.Di balik kesunyian, ia merasakan denyut halus energi liar. Bukan sekadar insting; getaran itu menyusup lewat tulang.{Peringatan awal: aktivitas spiritual tak dikenal mendekat dari arah timur. Sumber tidak terklasifikasi.}Suara sistem itu tidak lagi terdengar seperti bunyi logam kaku. Kini ia mendengar nada seperti bisikan, tenang namun mendesak. Hiro mengerutkan alis. Malam ini tidak biasa.Elder Qiu bergegas ke pelataran, wajahnya serius. “Semua murid, bentuk formasi pertahanan. Kita tidak menunggu tamu malam ini.”Belum sempat formasi selesai, kabut di depan gerbang mendidih. Dari balik kegelapan, ratusan sosok berjubah hitam bermunculan seperti bayangan air yang pecah. Pedang mereka memantulkan cahaya kehijauan—racun yang menetes di ujung bilah.“Pasukan Sekte Bay
Langit pagi Paviliun Pedang Langit masih diselimuti kabut tipis ketika rombongan akhirnya kembali. Embun menempel di pakaian dan pedang, membawa aroma tanah basah bercampur darah yang mulai mengering. Hiro berjalan paling depan, langkahnya tenang meski semalam mereka menantang maut di Lembah Jiwa Malam.{Prestasi Dikonfirmasi: Penakluk Roh Penjaga Jiwa Malam} {Hadiah Utama: Teknik Analisis Racun Korosif – Diaktifkan} {Bonus Prestasi: 300 Poin Esensi Pertarungan ditambahkan ke inti roh}Hiro berhenti sesaat di ambang gerbang batu. Cahaya samar dari panel sistem melintas di sudut pandang, hanya bisa dilihat olehnya.“Akhirnya kau memberi hadiah lagi,” gumamnya dalam hati.{Sistem menilai keberhasilan Anda melampaui perkiraan. Peningkatan kekuatan diperlukan untuk menghadapi ancaman internal Paviliun.}Aliran energi hangat menyebar dari inti dantian, menyalakan jaringan meridian bagai kilatan halus. Otot-ototnya yang sempat tegang sehabis pertempuran tiba-tiba terasa ringan, seolah sis
Fajar baru saja menyingkap langit ketika rombongan menjejak halaman Paviliun Pedang Langit. Embun masih menggantung di atap genting, memantulkan cahaya merah keemasan. Para murid yang berjaga terdiam melihat luka-luka di tubuh mereka, lalu saling berbisik—antara kagum dan ngeri.Elder Qiu melangkah ke depan, menyerahkan kantong batu giok berisi Tanaman Jiwa Malam kepada seorang penjaga senior. “Simpan di Aula Obat Roh. Hanya Kepala Paviliun yang boleh menyentuhnya,” ujarnya tegas.Tatapan murid-murid lain diam-diam mengarah ke Hiro. Dalam perjalanan pulang, cerita tentang pertarungannya dengan Roh Penjaga sudah menyebar. Beberapa penuh kekaguman, lebih banyak lagi yang menampakkan ketakutan samar—seolah mereka menyaksikan sesuatu yang melampaui batas manusia.Zhang Wei berjalan agak di belakang, wajahnya kaku. Dari sudut mata, Hiro dapat merasakan bara kebencian yang berusaha disembunyikan di balik ketenangan palsu.{Tuan, detak jantung Zhang Wei meningkat setiap kali tatapannya menga
Kabut kian menebal ketika rombongan menuruni jalur berbatu menuju dasar Lembah Jiwa Malam, lembah yang juga dikenal sebagai Lembah Kabut karena selimut putihnya yang tak pernah lenyap. Udara lembap dan berat; setiap helaan napas terasa seperti menelan embun dingin yang menggantung di udara. Sunyi hanya dipecah oleh tetes air yang jatuh dari dedaunan lebat di atas kepala.Li Feng menatap sekeliling penuh waspada. “Tempat ini… berbeda,” bisiknya.Hiro mengangguk tipis. “Seperti masuk ke perut bumi. Aroma darah lama masih berbekas.”Elder Qiu berhenti di tepi lereng curam. Di bawah, lembah tampak seperti kawah hijau keperakan yang tertutup kabut berpendar. Di pusatnya, cahaya biru berdenyut lembut—tanaman Jiwa Malam, tujuan mereka.“Tanaman itu hanya mekar saat kabut mencapai puncaknya,” kata Elder Qiu. “Kita harus turun sebelum matahari meninggi.”Mereka menuruni jalur licin satu per satu. Setiap batu yang terinjak menimbulkan suara gemeretak yang cepat ditelan kabut. Hiro berjalan pali
Fajar baru merayap ketika rombongan kecil murid Paviliun Pedang Langit berkumpul di gerbang timur. Kabut tipis menggantung di udara, menelan suara langkah kaki dan derap napas menjadi gema samar. Di antara mereka, Hiro berdiri paling belakang, pedang hitam di punggung memantulkan cahaya redup.Li Feng menghampirinya sambil menata sabuk pedang. “Senior, jalur menuju lembah tempat obat langka itu terkenal berbahaya. Banyak binatang roh dan—”“—dan manusia yang lebih berbahaya dari binatang,” potong Hiro ringan. “Aku tahu.”Elder Qiu, pengawas misi, mengedarkan tatapan tajam ke seluruh peserta. “Kalian akan menempuh perjalanan dua hari. Tugas kalian sederhana: membawa pulang Tanaman Jiwa Malam yang tumbuh di dasar Lembah Kabut. Jangan anggap remeh. Kalian adalah perwakilan Paviliun Pedang Langit.”Hiro merasakan tatapan beberapa murid lain menusuk punggungnya. Zhang Wei berdiri tidak jauh, wajahnya tenang tapi matanya menyala seperti bara. Di sebelahnya ada Kang, yang berpura-pura menata
Udara pagi di Paviliun Pedang Langit terasa lebih berat daripada biasanya. Embun masih menempel di dedaunan, namun halaman latihan sudah dipenuhi murid-murid yang sengaja datang lebih awal. Bukan untuk berlatih, melainkan untuk melihat sosok yang kini menjadi pusat perhatian seluruh paviliun—Hiro, orang asing berjubah hitam yang menumbangkan Bai Jian di depan para elder.Tatapan-tatapan itu penuh ragam: kagum, takut, iri, bahkan benci. Namun satu hal yang sama, tak ada yang berani berbuat gegabah. Hiro berjalan di tengah kerumunan itu dengan langkah ringan, seakan sorot mata ratusan murid hanyalah angin lalu.{Tuan, analisis lingkungan menunjukkan tingkat pengawasan terhadap Anda meningkat drastis. Setiap pergerakan Anda kini menjadi bahan pembicaraan.}Sistem kembali bersuara, kali ini dengan nada yang lebih tenang daripada sebelumnya.“Aku tahu,” jawab Hiro dalam hati. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Biarkan mereka menatap. Semakin mereka menaruh perhatian, semakin besar ketakutan