Share

BAB 5: KEJUTAN HARI INI

Alexa sudah tiba di kantor Wear Me Clothing. Di sana, Alexa disambut oleh Sisi sebagai salah satu kru yang bertugas pada pemotretan hari ini

“Selamat sore, Mbak Alexa! Saya Sisi salah satu kru yang bertugas hari ini.” Sisi menyapa Alexa ramah.

“Halo,salam kenal, Mbak Sisi!” Alexa tersenyum ramah.

            Alexa menjabat tangan Sisi, lalu Sisi memberikan pengarahan kepada Alexa. Setelah memastikan Alexa paham, Sisi mempersilahkan Alexa untuk bersiap-siap. Sementara itu, di ruangan lain Danish sedang marah-marah tidak jelas.

“Aduh, bajunya jelek banget!” Danish menatap Sisi dengan tatapan sadisnya segalak setan.

“Eh, Mas Lio! Emang begini kali. Ya udah deh, Mas Lio pilih aja pakaian yang dirasa cocok. Saya gak akan berkomentar lagi.” Sisi hanya menunduk pasrah.

“Hmmm, Ya udah, gue pilih dulu! Awas, loe jangan komentar atau gue gak mau ikut pemotretan!” Danish semakin sadis memberikan ancaman kepada Sisi.

            Danish marah-marah karena pakaian yang dipilihkannya untuk pemotretan dirasa kurang cocok. Danish memainkan ponselnya untuk mengecek katalog Wear Me Clothing untuk melihat pakaian lainnya sambil meminum segelas es cappuccino favoritnya. Tidak lama kemudian, Danish kembali berteriak kepada pada Sisi.

“Sisi! Mana model ceweknya?” kata Danish dengan nada tinggi.

“Soal itu Mas Lio. Belum ada,nih!” kata Sisi dengan tampang sedih.

“Ya ampun! Makanya cari model itu yang bener! Jangan sampe cewek yang dipilih itu cewek yang engga fashionable dan fotonya cantik karena pake filter. Masa dia dateng mau photoshoot dengan santainya pake daster sama sandal jepit!” Danish sudah kesal maksimal.

“Aduh, saya kurang tau. Model ceweknya dipilih sama Mas Dudu.” Sisi berusaha membela diri.

            Danish mengoceh panjang lebar layaknya Ibu-Ibu yang marah-marah karena tidak terima jika harga sembako mengalami kenaikkan di pasar. Sisi hanya berusaha tersenyum mendengar ocehan Danish, walau sebenarnya sudah sangat kesal dan ingin memukul Danish.

“Oh ya, tadi nama modelnya siapa?” Danish berusaha mengingatnya.

“Tuti, Mas, namanya Tuti! Model cewek yang pake daster sama sandal jepit itu, kan? Orangnya udah saya suruh pulang aja dan gak boleh ikut seleksi lagi. Sudah saya blokir juga nomornya!” Sisi merinding mengingat kejadian tersebut.

“Nah, iya dia Tuti,” kata Danish.

            Danish tidak menghiraukan lagi Sisi dan menggelengkan kepalanya kesal. Danish sudah sengaja datang lebih awal ke lokasi ini, namun photoshoot belum dapat dimulai karena belum mendapatkan model perempuannya.

            Sisi bingung dengan kelakuan Lio alias Danish Adelio sekarang. Sisi langsung berpikir cara mendapatkan model perempuan pengganti sekarang. Mata Sisi langsung tertuju kepada Alexa yang sedang bercermin.

“Mbak Alexa!” Sisi memanggil Alexa dengan sopan.

“Iya? Ada yang bisa saya bantu, Kak Sisi?” Alexa ikut bertanya sopan.

“Hari ini Mbak Alexa pemotretan sama Mas Lio, ya!” kata Sisi.

            Alexa mengangguk walaupun belum mengerti arti ucapan Sisi. Alexa memutuskan untuk tidak banyak bertanya dan hanya mengekor di belakang Sisi yang membawanya ke sebuah ruangan. Alexa tambah bingung ketika melihat seorang pria yang sedang sibuk memainkan ponselnya dan di sebelahnya terdapat es cappuccino dan martabak manis. Alexa langsung menduga pria tersebut adalah sang model, namun hobi mengonsumsi makanan manis.

            Alexa menatap seksama pria tersebut. Pria tersebut sepertinya layak mendapatkan nilai sempurna untuk urusan ketampanan dan kegagahan.

“Mas Lio, ini model perempuannya.” Sisi menatap Danish lalu memberikan isyarat kepada Alexa untuk memperkenalkan dirinya kepada Danish.

            Danish seketika meletakkan ponselnya dan menatap Alexa. Untungnya, Danish tidak memberikan tatapan sinis seperti pemain antagonis dalam sebuah sinetron.

“Ya sudah, ayo mulai pemotretan sekarang! Gue gak punya banyak waktu!” kata Danish.

“Mas Lio udah pilih bajunya?” Sisi menatap Danish dengan ragu dan takut kalau Danish kembali marah.

“Pake yang tadi aja ,deh!” kata Danish pelan. 

            Sisi hanya mengangguk kemudian mempersilahkan Danish untuk bersiap-siap. Danish sama sekali tidak protes lagi sekarang. Danish memang aneh. Sisi berpikir mungkin tadi Danish marah-marah karena telah menunggu terlalu lama dan model perempuan yang bernama Tuti tidak sesuai dengan ekspektasinya. Beberapa saat kemudian, sesi pemotretan pun dimulai.

 “Satu … dua … tiga …” Fotografer memberikan aba-aba kepada Danish dan Alexa.

            Alexa mengambil beberapa pose dan masih canggung pada pemotretan perdananya. Danish beberapa kali menatap Alexa dan memberikan kritik tajam kalau Alexa melakukan kesalahan. Namun, Danish ternyata bisa bersikap sabar kepada Alexa hari ini.

            Setelah semuanya selesai, Sisi tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Danish dan Alexa. Sisi mengacungkan kedua jempolnya, kemudian pergi meninggalkan Danish dan Alexa berdua.

            Alexa tersenyum karena Sisi memujinya kalau Alexa sebenarnya memiliki bakat yang perlu dikembangkan. Alexa melirik jam tangannya dan memutuskan untuk pulang, namun tiba-tiba Danish memanggilnya.

“Hai!” Danish menyapa Alexa dengan suara maskulinnya.

“Iya! Anda manggil saya?” tanya Alexa polos.

            Alexa membalikkan badannya dan jantungya berdebar kencang saat melihat Danish berjalan ke arahnya. Alexa menatap Danish dari ujung rambut ke ujung kaki.

“Iya, gue manggil loe. Manggil siapa lagi coba?” Danish melipat kedua tangannya.

“Iya, ada yang bisa dibantu?” Alexa merasa canggung.

“Nama loe siapa?” tanya Danish pelan.

“Alexandra Adrienne Amora.” Alexa menjawab pertanyaan Danish sambil menunduk.

“Kenalin, gue Lio.. Empat hari yang lalu gue baru merayakan ulang tahun gue. Salam kenal!” Danish menyelesaikan kalimatnya.

            Danish tersenyum dan menjabat tangan Alexa. Sekali lagi Alexa bersumpah bahwa Danish adalah pria paling tampan yang pernah ditemuinya di muka bumi ini.

“Loe pasti masih sekolah, ya? Kelihatan masih muda,” kata Danish.

“Hmm, iya. Enaknya aku manggil Kakak atau Mas?” tanya Alexa sopan.

“Panggil Kakak sebagai wujud penghormatan!” kata Danish.

“Oke, Kak Lio! Salam kenal. Maaf kalau aku belum pintar foto-foto.” Alexa menunduk malu.

“Tidak apa-apa. Makasih udah bantuin gue!” kata Danish pelan.

            Alexa bermaksud berpamitan pulang pada Danish sekarang. Saat Alexa ingin membalikkan badannya, Danish menepuk pundak Alexa dan menyerahkan ponselnya kepada Alexa.

“Gue minta nomor ponsel loe,” kata Danish.

“Baik, Kak!” kata Alexa canggung.

            Alexa memasukkan nomor ponselnya di Iphone milik Danish. Alexa kemudian fokus pada aroma parfum yang dikenakan pria tampan bertubuh tegap yang sedang berdiri di hadapannya. Sepertinya, aroma parfum tersebut mengingatkan Alexa pada seseorang. Setelah menuliskan nomor ponselnya, Alexa menyerahkan kembali ponsel Danish.

“Sekarang, gue missed call, ya! Simpan nomor gue!” kata Danish.

“Oke, Kak!” Alexa tersenyum sambil mengangguk sopan.

            Alexa melihat ada panggilan tidak terjawab dari Danish. Alexa kembali mengangguk dan menyimpan nomor tersebut dengan nama Lio. Setelah merasa semuanya selesai untuk hari ini, Alexa memutuskan berpamitan pulang pada Danish. Namun, tiba-tiba otak Alexa kembali teringat pada pria misterius di lift dengan aroma parfum yang sama seperti Lio.

            Mungkinkah Lio adalah pria misterius yang ditemuinya di lift? Alexa belum menemukan jawabannya, tetapi jantungnya kini berdebar sangat kencang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status