Share

31. Satu Rasa

Beberapa hari kemudian, seusai sarapan, Samudera Biru memberi Renata setumpuk kitab.

“Banyak sekali,” keluhnya cemberut.

“Itu belum seberapa. Katanya ingin cepat sakti?”  

Renata berdecak, membuka-buka kitab secara acak lalu menutup kembali tanpa minat.

Belakangan ini ia tak bisa tidur nyenyak. Selalu memikirkan keadaan ayahnya.

Seribu khawatir bersarang di hatinya seperti kutu. Mengganggu dan gatal. Membuatnya tidak sabar. Terus saja membahas masalah itu di setiap kesempatan, seperti saat ini.

“Mm ... Pangeran.”

“Hem,” jawab Samudera Biru tanpa mengalihkan fokus dari perkamen yang dibacanya.

“Apa kau sudah menemukan cara untuk membebaskan ayahku?”

Renata menggigit bibir. Sedikit malu sudah menanyakan hal yang sama berulang kali.

Samudera Biru menaruh perkamen dan menatap wajah gelisahnya.

“Belum.”

“Apa kau tidak bisa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status