BUKTI PENGHIANATAN"Nanda! berhenti! diam disitu!". Ungkap wanita jal*ang itu ketakutan, karena sebelumnya ia tak pernah melihat aku semarah ini. Dulu jika kami bertengkar, aku hanya diam dan mengalah. Dia mungkin terkejut melihat amarah yang sudah berada di puncak ubun ubun kepalaku saat ini."Dasar penghianat! Munafik! Kamu fikir aku Bod*h! Kamu fikir aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan dengan mas Ardi dibelakangku selama ini! Kamu sudah benar benar membuat aku kehilangan kesabaran Anggi!". Dadaku kembang kempis, nafasku memburu hebat. Aku mencoba untuk menahan amarah yang sudah memuncak, aku tak ingin menyakitinya lagi. "Apa maksud kamu Nanda? aku tidak mengerti. Aku dan mas Ardi? apa maksud semua perkataanmu?", ungkapnya merasa tak bersalah."Cukup Anggi! cukup akhiri semua sandiwaramu. Aku tidak akan pernah tertipu lagi! aku sudah mengetahui semuanya Anggi!","Sandiwara? tertipu? aku benar benar tidak mengerti dengan semua ucapanmu", lirihnya berlinang air mata seolah o
DUKA YANG BERKARAT Lamunanku buyar ketika seseorang memanggil namaku. Ya, bisa ditebak siapa dia? Ya, tentu saja siapa lagi kalau bukan mas Ardi. Dia berdiri di belakang sana menyaksikan kekacauan yang kami buat barusan. Dia berdiri memeluk putriku yang sudah terbangun dari tidurnya. Aku segera beranjak mengambil alih Nindya dari pelukan nya. Ada perasaan tidak rela, anak ku harus di peluk oleh sosok laki laki yang bej*t seperti dia!."Nanda.. Nanda.. tunggu aku..". Aku bergegas masuk kedalam kamar, aku kunci pintunya lalu membereskan baju baju beserta segala kebutuhannya Nindya termasuk semua dokumen, berkas berkas sertifikat rumah dan semua bukti perselingkuhan mas Ardi." Sayang, mau pergi kemana? Kamu mau bawa Nindya kemana? Nanda beri aku kesempatan untuk berbicara untuk menjelaskan semuanya", dia mengekori langkahku. Aku tak berbicara sepatah katapun, enggan sekali berbicara dengannya. Mendengar suaranya saja aku sudah muak!. Aku mengeluarkan benda pipih yang menjadi buk
DIANTARA DUA CINTA "BUUGGGGGGGG!!!". Wajah Arya terkena pukulan yang cukup keras, aku hanya berdiri mematung terkejut dengan pemandangan yang ada di depan mata ku saat ini, aku menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Aku melihat Arya jatuh tersungkur kebawah untuk yang ke dua kalinya."Mas Ardi", Teriakku saat menengadahkan wajah untuk melihat siapa pria yang dengan lancang memukuli Arya, ternyata dia adalah suamiku sendiri.. adik kandung Arya. Saat Arya mengetahui adiknya yang telah menyeret dan memukulinya, dia pun bangkit membalas pukulan sang adik."BBBUGGG!, Brengs*k kamu Ardi! Berani beraninya kamu menyeret dan memukuli aku! Harusnya aku yang menghajar kamu hingga babak belur karena perbuatan hina kamu!". Arya menyeret mas Ardi dengan sekuat tenaga lalu memukuli wajah nya hingga cairan merah itu mengalir di bagian mulut dan hidungnya."BBUGGGGG! BBUGGGG!". Saat Arya akan memukul bagian perutnya, mas Ardi menangkis dan mendorong Arya hingga terpental ke jalanan.
HILANGNYA HARAPAN"ANGGI!!!". Teriakan itu jelas membuat Anggi terperanjat, selama ia menjalani hubungan dengan sang kekasih, dia tidak pernah dibentak atau diperlakukan buruk olehnya."Kenapa mas? apa ada yang salah!", Anggi mulai meninggikan suaranya."Apa yang ada di pikiran kamu? mengapa kamu membiarkan Nanda melihat semuanya!","Aku memang sengaja melakukan itu agar dia mengetahui hubungan kita. Aku sudah lelah harus terus berpura pura dalam hubungan ini!", Anggi memalingkan wajahnya dengan berlinang air mata."Tapi tidak harus dengan cara itu Anggi!","Lantas harus dengan cara apa lagi mas? aku telah memberikan segalanya untuk kamu mas, aku juga menginginkan kamu mas! aku ingin kamu menjadi milik aku seutuhnya!","Tidak bisa, aku tidak bisa kehilangan Nanda dan Nindya", gumam nya membelakangi tubuh Anggi."Kenapa? lantas bagaimana dengan aku mas? apa kamu hanya ingin mempermainkan aku saja? kamu anggap aku ini apa mas?","Anggi, aku juga mencintai kamu tapi aku tidak bisa keh
SESAK"Nanda, aku mohon maafkan aku". Mas Ardi memelukku, tak butuh waktu lama untuk aku melepaskan pelukannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh tersungkur di lantai."Nanda, tolong beri aku kesempatan untuk yang ke dua kalinya. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku mohon Nanda, aku tidak bisa kehilangan kamu dan anak kita". Ungkapnya memelas berlutut dihadapanku, entah mengapa bukannya kasihan namun justru rasa sakit itu datang kembali. Saat aku melihat wajahnya hanya ada rasa sesak dan sakit teramat yang aku rasakan. Benci? tentu saja, bahkan untuk mendengarkan suaranya pun aku sudah enggan. Aku memang sangat mencintainya namun rasa sakit hati dan luka yang ia torehkan lebih besar dari pada rasa cinta ku padanya. "Apa yang kamu lakukan bersama wanita simpananmu itu saat aku terbaring koma tak berdaya dirumah sakit mas?", tanyaku dingin memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Dia nampak terkejut dengan pertanyaanku. Dia bangkit lalu mencoba mendekatiku."Nanda, mengapa kamu be
Tanganku gemetar hebat, aku menyalakan kamera video bersiap siap untuk merekam aksi bejat mereka saat ini. Pintu itu tidak tertutup rapat sehingga menyisakan sedikit celah untuk aku merekam aksi mereka. Mataku terbelalak melihat mas Ardi melepaskan satu persatu pakaian yang wanita itu pakai. Dia meraba lalu mengecup setiap inci tubuhnya, bulir bulir bening mengalir deras di carik manikku. Tangan kiriku memegangi dada yang terasa begitu sakit dan sesak. Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Ingin rasanya aku mendobrak pintu ini dan melemparkan seember air ke wajah mereka agar mereka sadar dengan perbuatan yang sedang mereka lakukan saat ini. Wanita itu membuka kancing piyama yang mas Ardi kenakan. Setelah semua kancing piyama itu terlepas ia mengelus ngelus dada bidang mas Ardi. Mas Ardi membopongnya lalu membaringkan wanita itu diatas kasur. Dia mengecup mesra menjelajahi leher jenjang wanita itu. Wanita itu mendesah perlahan. Hati ini bergemuruh, darahku mendidih. lututku tera
DIA YANG KEMBALI"Tok.. tok..tok..", bunyi ketukan pintu. Aku bergegas membukakan pintu rumah."Assalamualaikum sayang", ungkapku saat membukakan pintu lalu mencium takzim tangannya."Waalaikumsalam sayang", jawabnya lalu mencium keningku. Dari kejauhan sana Anggi sedang duduk bersama Sheena, terlihat dari sudut ekor mataku ia fokus memperhatikan kami. "Beruntung sekali Nanda, dapat suami yang baik, tampan, kaya seperti Ardi sedangkan aku? aku dan anakku malah di buang oleh suamiku sendiri. Seharusnya Ardi itu menjadi milikku", keluh Anggi memperhatikan Nanda dan Ardi yang sedang berjalan masuk menuju ke arahnya."Mas, itu Anggi ada disana mas. Ayok mas", jawabku."Hai Anggi gimana kabarnya? Halo Sheena apa kabar?", Ungkap Mas Ardi menyambut mereka berdua."Halo mas alhamdulillah kami baik baik saja mas, oh iya maaf kemarin saya tidak sempat hadir di acara pernikahan kalian", jawab Anggi menundukan kepalanya. "Halo om", ucap riang Sheena menjulurkan tangannya."Iya halo sayang", ja
MIMPI YANG TERTUNDA Mobil kami menbrak tiang pembatas jalan cukup keras. Aku terkulai lemas, kepalaku terasa sangat sakit, dahi dan kakiku dipenuhi oleh cairan kental segar yang bercucuran dan mas Ardi.. aku segera membangunkannya. "Mas.. mas.. bangun mas.. ", Mas Ardi tak sadarkan diri, aku membangunkan nya dengan panik. Dahi dan lengannya di penuhi oleh darah yang mengalir cukup banyak membuatku semakin panik. "Mas... mas.... bangun mas... ", aku membangunkannya dengan sedikit keras karena aku benar benar merasa khawatir melihat keadannya saat ini. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Saat aku sedang berusaha membangunkan mas Ardi tiba tiba saja perutku terasa sangat sakit."Ya Tuhan.. sakit, sakit sekali". Aku merintih kesakitan, melihat kakiku sudah dipenuhi oleh cairan kental berwarna merah, aku pun tersadar bahwa saat ini aku sedang mengandung anaknya mas Ardi."Ya Tuhan.. Anakku.. anakku..!",Tangisku pecah."Ya Tuhan, tolong lindungilah anak dan suamiku," gumamku lir