HILANGNYA HARAPAN"ANGGI!!!". Teriakan itu jelas membuat Anggi terperanjat, selama ia menjalani hubungan dengan sang kekasih, dia tidak pernah dibentak atau diperlakukan buruk olehnya."Kenapa mas? apa ada yang salah!", Anggi mulai meninggikan suaranya."Apa yang ada di pikiran kamu? mengapa kamu membiarkan Nanda melihat semuanya!","Aku memang sengaja melakukan itu agar dia mengetahui hubungan kita. Aku sudah lelah harus terus berpura pura dalam hubungan ini!", Anggi memalingkan wajahnya dengan berlinang air mata."Tapi tidak harus dengan cara itu Anggi!","Lantas harus dengan cara apa lagi mas? aku telah memberikan segalanya untuk kamu mas, aku juga menginginkan kamu mas! aku ingin kamu menjadi milik aku seutuhnya!","Tidak bisa, aku tidak bisa kehilangan Nanda dan Nindya", gumam nya membelakangi tubuh Anggi."Kenapa? lantas bagaimana dengan aku mas? apa kamu hanya ingin mempermainkan aku saja? kamu anggap aku ini apa mas?","Anggi, aku juga mencintai kamu tapi aku tidak bisa keh
SESAK"Nanda, aku mohon maafkan aku". Mas Ardi memelukku, tak butuh waktu lama untuk aku melepaskan pelukannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh tersungkur di lantai."Nanda, tolong beri aku kesempatan untuk yang ke dua kalinya. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku mohon Nanda, aku tidak bisa kehilangan kamu dan anak kita". Ungkapnya memelas berlutut dihadapanku, entah mengapa bukannya kasihan namun justru rasa sakit itu datang kembali. Saat aku melihat wajahnya hanya ada rasa sesak dan sakit teramat yang aku rasakan. Benci? tentu saja, bahkan untuk mendengarkan suaranya pun aku sudah enggan. Aku memang sangat mencintainya namun rasa sakit hati dan luka yang ia torehkan lebih besar dari pada rasa cinta ku padanya. "Apa yang kamu lakukan bersama wanita simpananmu itu saat aku terbaring koma tak berdaya dirumah sakit mas?", tanyaku dingin memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Dia nampak terkejut dengan pertanyaanku. Dia bangkit lalu mencoba mendekatiku."Nanda, mengapa kamu be
Tanganku gemetar hebat, aku menyalakan kamera video bersiap siap untuk merekam aksi bejat mereka saat ini. Pintu itu tidak tertutup rapat sehingga menyisakan sedikit celah untuk aku merekam aksi mereka. Mataku terbelalak melihat mas Ardi melepaskan satu persatu pakaian yang wanita itu pakai. Dia meraba lalu mengecup setiap inci tubuhnya, bulir bulir bening mengalir deras di carik manikku. Tangan kiriku memegangi dada yang terasa begitu sakit dan sesak. Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Ingin rasanya aku mendobrak pintu ini dan melemparkan seember air ke wajah mereka agar mereka sadar dengan perbuatan yang sedang mereka lakukan saat ini. Wanita itu membuka kancing piyama yang mas Ardi kenakan. Setelah semua kancing piyama itu terlepas ia mengelus ngelus dada bidang mas Ardi. Mas Ardi membopongnya lalu membaringkan wanita itu diatas kasur. Dia mengecup mesra menjelajahi leher jenjang wanita itu. Wanita itu mendesah perlahan. Hati ini bergemuruh, darahku mendidih. lututku tera
DIA YANG KEMBALI"Tok.. tok..tok..", bunyi ketukan pintu. Aku bergegas membukakan pintu rumah."Assalamualaikum sayang", ungkapku saat membukakan pintu lalu mencium takzim tangannya."Waalaikumsalam sayang", jawabnya lalu mencium keningku. Dari kejauhan sana Anggi sedang duduk bersama Sheena, terlihat dari sudut ekor mataku ia fokus memperhatikan kami. "Beruntung sekali Nanda, dapat suami yang baik, tampan, kaya seperti Ardi sedangkan aku? aku dan anakku malah di buang oleh suamiku sendiri. Seharusnya Ardi itu menjadi milikku", keluh Anggi memperhatikan Nanda dan Ardi yang sedang berjalan masuk menuju ke arahnya."Mas, itu Anggi ada disana mas. Ayok mas", jawabku."Hai Anggi gimana kabarnya? Halo Sheena apa kabar?", Ungkap Mas Ardi menyambut mereka berdua."Halo mas alhamdulillah kami baik baik saja mas, oh iya maaf kemarin saya tidak sempat hadir di acara pernikahan kalian", jawab Anggi menundukan kepalanya. "Halo om", ucap riang Sheena menjulurkan tangannya."Iya halo sayang", ja
MIMPI YANG TERTUNDA Mobil kami menbrak tiang pembatas jalan cukup keras. Aku terkulai lemas, kepalaku terasa sangat sakit, dahi dan kakiku dipenuhi oleh cairan kental segar yang bercucuran dan mas Ardi.. aku segera membangunkannya. "Mas.. mas.. bangun mas.. ", Mas Ardi tak sadarkan diri, aku membangunkan nya dengan panik. Dahi dan lengannya di penuhi oleh darah yang mengalir cukup banyak membuatku semakin panik. "Mas... mas.... bangun mas... ", aku membangunkannya dengan sedikit keras karena aku benar benar merasa khawatir melihat keadannya saat ini. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Saat aku sedang berusaha membangunkan mas Ardi tiba tiba saja perutku terasa sangat sakit."Ya Tuhan.. sakit, sakit sekali". Aku merintih kesakitan, melihat kakiku sudah dipenuhi oleh cairan kental berwarna merah, aku pun tersadar bahwa saat ini aku sedang mengandung anaknya mas Ardi."Ya Tuhan.. Anakku.. anakku..!",Tangisku pecah."Ya Tuhan, tolong lindungilah anak dan suamiku," gumamku lir
DERING TENGAH MALAM"Assalamualaikum, Nanda bagimana kabarnya sekarang? sudah membaik kan? maaf ya kemarin aku tidak sempat mengunjungi kamu. Aku sedang banyak pekerjaan, saat ini aku sedang berada di luar kota. Aku juga sudah tidak bekerja lagi di kantor Mas Ardi, alhamdulillah sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi", ungkap Anggi disana."Waalaikumsalam, iya tidak apa apa Nggi. Alhamdulillah aku sudah baikan", "Maaf ya, insya allah besok lusa aku pulang ke Bandung sekalian mau membereskan barang barang, aku mau pindahan Nda. Aku sudah dapat tempat tinggal yang baru", Ungkapnya terdengar riang."Oh iya, memangnya dimana tempat tinggal kamu yang baru? nanti saat pindahan aku ikut mengantarkan kamu ya","Lumayan jauh dari rumah kamu sayang, kamu sehat dulu ya. Semangat ya sayang", ungkapnya menyemangatiku."Iya Nggi makasih banyak ya,""Iya sayang. Aku pamit dulu ya,Assalamualaikum", ungkapnya."Oh iya, Waalaikumsalam", jawabku sambil mematikan ponsel. Aku mene
PESAN SESEORANG Sudah hampir 1 tahun lebih kami menikah, sikap mas Ardi yang semula cuek sekarang sudah kembali seperti dulu lagi. Dia sangat perhatian, tidak pernah pulang larut malam lagi dan dia menjadi lebih romantis. Dia selalu bersikap mesra terkadang membuat aku malu sendiri kalau kita sedang jalan di tempat umum. "Mas minggu ini jadi kan liburannya?", tanyaku pada nya untuk memastikan agar tak gagal lagi. Ya, beberapa minggu yang lalu disaat kita sudah merencanakan akan pergi berlibur ke Bali tiba tiba saja mas Ardi ada acara mendadak di kantornya dan dengan sangat terpaksa acara kami harus dibatalkan."Iya sayang, insya allah jadi. Tapi", "Tapi apa mas?", tanyaku."Tapi mas mau ke dokter dulu ya", Jawabnya."Ke dokter? memangnya kamu sakit mas? kamu sakit apa? kenapa gak bilang kalau kamu sakit?", tanyaku cemas sambil memegang dahi dan lehernya."Engga sayang, mas baik baik aja. Cuman sudah beberapa hari ini mas tidak nyaman saat buang air kecil terasa sakit. Tadi pagi mas
GARIS DUA BIRU"PRANG!!!", Sebuah gelas terjatuh dari nakas samping tempat tidur mas Ardi. Aku terperanjat, ku lihat mas Ardi pun terbangun dari tidurnya."Astagfirulloh, suara apa itu?", ungkapnya terperanjat seraya bangkit untuk duduk. Segera Ku letakkan ponsel miliknya ke sembarang tempat."Eh mas, ini gelas terjatuh". Ungkapku bergegas membereskan pecahan gelas itu."Ya ampun, kok bisa? biar mas saja sayang yang bereskan","Tidak perlu mas, biar aku saja yang bereskan". Aku bangkit untuk mengambil kantong plastik, ku lihat ponsel mas Ardi sudah tak nampak lagi. Secepat itukah ia mengambil ponselnya? Aku akan mencari tahu sendiri tentang nomor barusan yang menghubungi dan mengirimkan pesan mesra itu. Entah mengapa, perasaanku menjadi tidak karuan. Bagaimana bisa gelas itu tiba tiba terjatuh? apakah mas Ardi dengan sengaja menjatuhkannya?.~~~~ Genap 2 tahun sudah pernikahan kami, saat ini aku sedang sibuk menjalankan usaha Grosir almarhum ayahku. Ibuku saat ini sedang si