RAHASIA BESAR SUAMIKU
"Bu Asih!", Teriakan bu Sari seketika menghentikan ucapannya."Sedang apa bu Asih?", tanyaku penasaran."Maaf ya nak Nanda, ceritanya nanti saja kalau nak Nanda sudah lahiran ya, saya pamit undur diri. Assalamualaikum","Tapi bu", Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, bu Asih sudah melenggang pergi begitu saja meninggalkan rasa penasaran dalam benakku."Waalaikumsalam bu. Gimana sih bu kok gak dilanjutkan. Maksud bu Asih mas Ardi dan Anggi sedang apa ya?", gumamku pelan. Aku membalikkan tubuh lalu menatap mas Ardi dan Anggi. Kali ini mereka terlihat begitu dekat dan akrab."Apakah ucapan bu Asih benar adanya? atau bu Asih hanya mengada ngada saja?", gumamku. Memang akhir akhir ini aku sering dilanda rasa cemburu ketika melihat kedekatan antara mas Ardi dan Anggi. Namun aku selalu menepis semua prasangka buruk itu. Tidak mungkin mereka menghianati aku."Nanda sayang, kemari!", teriak mas Ardi seraya melambaikan tangannya. Aku tersenyum menganggukan kepala lalu berjalan menghampiri mereka."Sayang, tadi bicara apa saja dengan ibu ibu itu? kelihatannya serius banget. Kamu gak lagi ngomongin mas kan?", tanya mas Ardi penasaran seraya menggenggam erat tanganku."Iya Nda, kamu ngobrol apaan sih sama mereka? hati hati loh ibu ibu disini sukanya pada ngegosip. Kamu lagi hamil besar, jangan terlalu banyak mengobrol dengan mereka", Timbal Anggi menatap tajam ke arahku."Enggak kok Nggi, mas.. aku hanya mengobrol biasa saja. Mana berani aku ngomongin kamu sama mereka mas, kamu kan suami aku", Jawabku memalingkan wajah untuk menutupi kebohonganku."Iya sayang, kamu memang istri terbaik", ungkap mas Ardi memelukku. Anggi memalingkan wajahnya seolah olah tidak ingin melihat kemesraan ku dengan mas Ardi.~~~~"Sayang, hari ini pulang bekerja mas langsung pergi ke luar kota ya. Ada meeting disana dengan beberapa klien", Mas Ardi memasukkan beberapa bajunya kedalam sebuah koper kecil."Berapa hari mas?","Satu minggu sayang","Apa? satu minggu? kok lama banget sih mas, aku disini gimana mas? aku lagi hamil besar loh mas", ungkapku merujuk."Maaf ya sayang, tapi ini kan masalah pekerjaan. Mas sudah hubungi ibu untuk temani kamu disini","Hubungi ibu? tapi kan ibu sedang sibuk mas","Ibu bilang, beliau bisa temani kamu","Iya sudah mas. Nanti kalau pekerjaannya sudah selesai kamu kabari aku ya biar aku buatkan masakan yang enak kesukaan kamu", ungkapku memeluk mas Ardi."Tidak perlu sayang, yang penting kamu dan calon anak kita sehat ya", Dia memelukku dengan erat, lalu mengecup mesra keningku. Tak berselang lama setelah mas Ardi pergi datang sebuah mobil berwarna putih, Ya siapa lagi kalau bukan ibu. Kami saling berpelukan melepas segala rasa rindu yang terpendam."Bagaimana kabarnya calon cucu nenek?", ungkap ibu tersenyum mengelus perut besarku."Alhamdulillah baik dan sehat nek", Aku memeluk ibu dengan erat, beliau adalah bidadariku surgaku. Pengorbanan dan perjuangan seorang ibu itu sangat luar biasa. Mereka berjuang bertaruh nyawa, mengorbankan segalanya untuk kita. Mereka menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk merawat, mendidik dan membesarkan kita."Sayang, ini ibu bawa makanan kesukaan kamu. Kita makan sama sama ya","Asyik, ibu bawa apa?", kubuka kotak makanan yang ibu bawa. Ternyata isinya ayam bakar lengkap dengan sambalnya."Wah, lezatnya. Nanda gak sabar ingin makan bu.", Ibu beranjak pergi ke dapur untuk mengambil sepasang piring. Walau sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu, namun beliau selalu memperlakukan aku layaknya seorang gadis kecil. Aku sangat beruntung memiliki seorang ibu yang sangat menyayangiku.~~~~ 7 hari berlalu tanpa kehadiran mas Ardi, rumah ini terasa sunyi walaupun ada ibu yang menemani aku. Malam ini mas Ardi akan pulang, aku bergegas pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Saat aku sedang memilih beberapa sayuran, ponselku berbunyi. Kulihat panggilan tersebut berasal dari teman dekatku Febri."Assalamualaikum Febri","Waalaikumsalam Nanda, bagaimana kabarnya? aku mengganggu kamu tidak?","Alhamdulillah baik, enggak kok memangnya ada apa? apakah ada hal yang penting?", tanyaku penasaran."Begini Nanda, kalau hari ini kamu sedang free bisa tidak kita ketemu? ada hal penting yang ingin aku sampaikan","Oh begitu ya, boleh deh. Kalau sekarang bagaimana? aku tunggu di restoran seafood dekat kampus ya","Iya boleh, aku pergi sekarang ya. Assalamualaikum","Waalaikumsalam", aku mematikan teleponnya."Hal penting? hal penting apa yang akan Febri sampaikan?", gumamku seraya memasukkan benda pipih itu kedalam tasku. Seusai berbelanja aku langsung meluncur ke tempat yang telah kita rencanakan.Tak berselang lama, Febri menghampiriku dengan rambut khasnya yang lurus dan lembut."Halo sayangku maaf ya mengganggu waktu kamu", ungkapnya memeluk ku."Enggak kok sayang kebetulan aku lagi free juga, mas Ardi sedang tidak berada di rumah soalnya","Kamu serius Nda? sejak kapan mas Ardi tidak berada dirumah?", tanya nya duduk di sampingku."Sejak seminggu yang lalu", seketika ekspresi wajahnya berubah."Memangnya kenapa Feb? oh iya, hal penting apa yang ingin kamu bicarakan?", tanyaku penasaran."Bagaimana ya aku mengatakannya? aku bingung, apalagi saat ini kamu tengah hamil besar. Begini Nanda, ini suamimu kan?", Febri memperlihatkan sebuah foto di ponselnya, dalam foto itu nampak jelas mas Ardi yang sedang duduk di sebuah restoran mewah. Dia memakan jas berwarna Navy, Ya. Itu memang mas Ardi."Ya, ini mas Ardi. Kamu dapat foto ini dari mana? Mas Ardi pergi keluar kota karena ada meeting dengan beberapa kliennya","Kamu yakin Nda? apa kamu merasa akhir akhir ini sikap suamimu berubah?","Iya feb, selama ini sikap mas Ardi tidak pernah berubah hanya terkadang dia pulang larut malam. Memangnya ada apa?", tanyaku penasaran."Begini Nda, kedepannya kamu harus lebih waspada lagi ya. Memang suami kita terlihat baik dan sangat menyayangi kita, tapi kita tidak pernah tahu apa yang dia sembunyikan dan lakukan dibelakang kita","Maksud kamu?", tanyaku"Kemarin saat aku sedang Dinner, aku melihat suamimu dinner di tempat yang sama. Mejanya terletak tepat di depanku. Setelah selesai dia pergi menggandeng wanita itu", Febri menunjukkan foto seorang wanita yang memakai gaun mewah berwarna hitam."Apa kamu mengenali wanita ini? hingga mereka pergi aku tidak sempat melihat wajah wanita itu", Aku mematung beberapa saat, aku masih mencerna apa yang barusan aku dengar."Jadi maksud kamu, suamiku berbohong saat dia bilang pergi keluar kota dan dia dinner dengan wanita ini?","Sorry to say ya, tapi sebaiknya kamu lebih waspada lagi ya. Aku sudah share fotonya, kamu bisa memperhatikannya lagi siapa tahu kamu mengenali wanita itu. Aku pamit ya", Febri beranjak meninggalkanku yang masih mematung menatap foto tersebut."Mas, jadi selama ini kamu membohongi aku mas? mengapa mas? apa yang kamu sembunyikan dari aku mas? apa kamu menghianati aku?", gumamku lirih. Tak terasa air mata mengalir begitu saja membasahi pipiku. Ku amati dengan jeli foto itu, menebak nebak siapa wanita yang saat ini sedang bersama suamiku.***DERING TENGAH MALAM Sudah pukul 22.00 malam, namun mas Ardi masih belum pulang. Saat kuhubungi ponselnya pun tidak aktif. Aku mondar mandir tidak tenang, hatiku kacau tak karuan memikirkan perkataan Febri tadi siang. Aku menatap lagi foto itu, jelas ini memang mas Ardi tapi siapa wanita yang sedang makan malam bersamanya itu?. Aku teringat dengan kejadian kejadian dulu saat mas Ardi sering pulang larut malam. Aku menemukan secarik nota pembayaran makan malam di sebuah restoran mewah, apakah ada hubungannya? telepon masuk dan isi pesan mesra itu, apakah ada kaitannya juga?."Apa mas Ardi menghianati dan berselingkuh dariku?", gumamku lirih. Aku menghempaskan tubuhku, rasanya sesak sekali. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Aku harus mencari tahu rahasia apa yang mas Ardi sembunyikan dariku. "Tok tok tok", Aku berjalan lambat menahan rasa sakit di pinggang dan perutku. "Assalamualaikum", sapa mas Ardi."Waalaikumsalam mas", aku mencium takzim tangannya. Aku bersikap se
AWAL KEHANCURAN"Mas Ardi", gumamku tak percaya dengan apa yang barusan aku lihat. Aku mencoba untuk mengekori mobil itu, Jelas. itu adalah mobil milik mas Ardi. Dan siapa wanita yang berada di dalam mobil itu? Masih kuingat dengan jelas, mas Ardi mengatakan akan pulang larut malam karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya. Namun nyatanya ia berdusta!. Sekarang aku semakin yakin bahwa mas Ardi menghianatiku, dengan teganya ia mempermainkan pernikahan suci kami terlebih lagi saat ini aku sedang mengandung darah dagingnya. "Mas, keterlaluan kamu mas!", gumamku penuh amarah. Mobil mas Ardi menepi di sebuah restoran mewah terkenal di Kotaku. Aku hanya bisa menunggu di dalam mobil, aku ingin tahu siapa wanita itu. Mas Ardi keluar dari mobil membukakan pintu mobil wanita itu, dia menggandeng mesra wanita yang memakai gaun merah lalu mereka berjalan beriringan masuk ke dalam restoran. Aku mengikuti langkah mereka. Namun setibanya di dalam restoran, aku kehilangan jej
AIR MATA LUKA"Bukankah itu mas Yoga? sedang apa dia disini? lalu mengapa ia masuk bersama Anggi? ada hubungan apa ia dengan Anggi?", Tak berselang lama, mas yoga keluar lagi dari ruangan tersebut membawa beberapa barang. Aku berjalan untuk menghampirinya."Mas, sedang apa disini?", Tanyaku menepuk pundaknya."Eh Nanda, aku sedang ambil obat dan berkas berkas", jawabnya kerepotan."Loh, kamu kerja jadi kurir sekarang?","Iya, aku sudah pindah kerja. Ardi mana?", tanyanya mencari keberadaan mas Ardi. "Mas Ardi sedang sibuk, jadi aku pergi sendiri","Oh gitu, aku pamit ya sudah ditungguin ini. Assalamualaikum","Iya mas hati hati dijalannya, Waalaikumsalam", Dia berlalu, mas Yoga adalah saudaraku. Aku fikir dia sedang menemani Anggi, ternyata dugaanku salah dia masuk ruangan itu karena sedang bekerja bertugas mengambil beberapa obat dan berkas berkas. Lantas Anggi? untuk apa dia masuk ke unit palayanan KB? dia kan sudah tidak memiliki suami. Aku memutuskan untuk menunggunya terlebi
SERPIHAN LUKA Di depan pintu kamar itu, mereka berpelukan mesra saling bertukar saliva satu sama lain. Nafasku memburu, lututku terasa lemas hingga tak mampu lagi menopang tubuh ini. Kakiku terasa lumpuh mati rasa. Saat mas Ardi menyingkapkan rambut wanita itu, terlihat jelas oleh kedua mataku. Wanita selingkuhan mas Ardi ternyata adalah sahabatku sendiri. "Anggi!", gumamku lirih tak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Kedua tanganku menahan rasa sesak yang hinggap di rongga dada. Duniaku terasa hancur sehancurnya! Air mata berderai mengalir membanjiri wajahku. Aku menutup mata tak sanggup lagi melihat penghianatan yang hina ini!, aku mundur perlahan meninggalkan mereka yang saat ini sedang bercumbu mesra. Tangisku pecah. Dadaku terasa sangat sakit! tangan dan kakiku gemetar hebat, aku jatuh tersungkur hingga tak mampu lagi untuk bangkit."Anggi, bagaimana bisa kamu menghianati aku? bagaimana bisa kamu berselingkuh dengan suami sahabatmu sendiri? kamu sudah aku angga
TAKDIR YANG TERLAHIR"Aaapa? Hanya satu yang bisa diselamatkan? Suster, tolong sampaikan pada dokter selamatkan ibu dan anaknya", bu Ambar cemas berderai air mata. "Suster tolong upayakan untuk menyelamatkan keduanya", timbal Abi."Iya suster, menantu dan cucu saya harus selamat", timbal ummi. Semua tampak sangat cemas dengan kondisi Nanda dan anaknya terlebih lagi Arya. Ya, Arya terlihat sangat menghawatirkan Nanda. Namun lain halnya dengan Ardi yang saat ini sedang asyik memadu kasih dengan Anggi. Dia benar benar lupa bahwa istrinya sedang hamil besar sangat membutuhkannya, sewaktu waktu Nanda bisa mengalami kontraksi dan melahirkan. Anggi berhasil mengambil simpati Ardi, ia berhasil merebut Ardi dari Nanda. Namun tanpa Nanda sadari, Anggi memang sudah menginginkan Ardi sedari dulu saat mereka masih duduk di bangku kuliah. Anggi mencintai Ardi, dia menginginkan Ardi untuk menjadi miliknya. Namun sayang beribu sayang, cintanya harus bertepuk sebelah tangan karena Ardi memil
DUSTA PERNIKAHAN Mas Ardi membelalakan mata saat melihat aku membuang bunga mawar pemberian darinya. Aku diam seribu bahasa tak menanggapi ucapannya, kali ini aku benar benar benci mendengar suara yang biasa aku rindukan itu, bahkan untuk melihat wajahnya saja aku tak sudi. Wajah yang penuh dengan dusta dan kemunafikan."Kamu marah ya? mas paham kok perasaan kamu seperti apa. Mas benar benar minta maaf ya, mas sangat menyesal", ungkapnya penuh penyesalan seraya mencium keningku lalu menggenggam kedua tanganku. Tak butuh waktu lama, aku langsung menepis tangannya."Sayang, maafkan mas ya. Marahnya jangan lama lama ya, kalau begitu mas pamit mau lihat putri kecil kita dulu". Diam. Ya, hanya itu jurus ampuhku saat ini. Diam seribu bahasa, aku memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Ketika aku melihat wajahnya hanya rasa sesak dan sakit yang terasa di dalam rongga dadaku. Dia beranjak pergi di ikuti oleh Arya. Saat ini aku benar benar tidak dapat mengontrol emosiku, aku ben
SEBUAH KENANGAN 9 Tahun Yang Lalu"Halo sayangku, selamat pagi", sapa seseorang di seberang sana."Halo sayangku selamat pagi juga, hari ini kamu ada kelas gak?", Tanyaku padanya."Hari ini kebetulan aku lagi free sayang, kalau kamu?", jawabnya riang."Aku juga sama sayang, kita jalan yuk", ajakku dengan semangat."Iya sayang, seperti biasa aku tunggu di kampus ya","Oke sayang, love you","Love you too", dia mematikan teleponnya. Ya, pria tersebut adalah Arya kakaknya mas Ardi yang sekarang telah menjadi suamiku. Dia adalah pria masa laluku, kami saling mencintai. Kami sudah menjalani hubungan selama kurang lebih hampir 2 tahun, namun pada saat itu kami belum memperkenalkan hubungan kami kepada keluarga masing masing karena saat itu kami masih fokus mengemban pendidikan. Kami berkomitmen setelah lulus baru akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Arya adalah pria yang baik, sopan, pintar, dan penyayang. Dia juga sangat sabar men
ARTI SEBUAH PENYESALANSenduMenatap matamu dalam lamunankuBayanganmu nampak terlihat semuAku mendekapmu kian semakin menjauhCinta memang tak selalu indahTerkadang hati dibuat meranaAku diam tak berdayaSaat melihatmu pergi bersamanyaTertawa dalam dustaMerana bercucuran air mataMimpi telah hilang meninggalkan lukaDerita pun kian menerpa asa~~~~ Arya hanya bisa termenung sendirian di dalam kamarnya, dia masih tidak bisa percaya dengan apa yang telah menimpanya. Bagaimana bisa wanita yang sangat dia cintai dan dambakan akan menjadi adik iparnya sendiri? dia masih tidak percaya dengan kenyataan pahit akan takdirnya ini. Dia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya dia saat melihat prosesi akad nikah mereka nanti, dan betapa remuk hatinya membayangkan Malam pertama Nanda dengan sang adik. Selama ini dia berjuang keras di Negeri orang semata mata untuk mempersunting Nanda, namun nyatanya keputusannya itu malah membuat dia menyesal seumur hidup karena harus kehilangan