GARIS DUA BIRU
"PRANG!!!", Sebuah gelas terjatuh dari nakas samping tempat tidur mas Ardi. Aku terperanjat, ku lihat mas Ardi pun terbangun dari tidurnya."Astagfirulloh, suara apa itu?", ungkapnya terperanjat seraya bangkit untuk duduk. Segera Ku letakkan ponsel miliknya ke sembarang tempat."Eh mas, ini gelas terjatuh". Ungkapku bergegas membereskan pecahan gelas itu."Ya ampun, kok bisa? biar mas saja sayang yang bereskan","Tidak perlu mas, biar aku saja yang bereskan". Aku bangkit untuk mengambil kantong plastik, ku lihat ponsel mas Ardi sudah tak nampak lagi. Secepat itukah ia mengambil ponselnya? Aku akan mencari tahu sendiri tentang nomor barusan yang menghubungi dan mengirimkan pesan mesra itu. Entah mengapa, perasaanku menjadi tidak karuan. Bagaimana bisa gelas itu tiba tiba terjatuh? apakah mas Ardi dengan sengaja menjatuhkannya?.~~~~ Genap 2 tahun sudah pernikahan kami, saat ini aku sedang sibuk menjalankan usaha Grosir almarhum ayahku. Ibuku saat ini sedang sibuk mengelola bisnis kulinernya. Aku merekrut beberapa orang karyawan untuk meringankan pekerjaanku, aku hanya tinggal memantau pekerjaan mereka dan menerima laporan keuangan setiap bulannya. Sudah hampir 2 bulan ini aku telat datang bulan, memang biasanya jadwal menstruasiku tidak normal tapi biasanya tidak pernah selama ini. Aku segera membeli alat test pack dan saat mencobanya ternyata hasilnya positif garis dua biru."Alhamdulillah", Ucapku penuh syukur. Aku menangis penuh haru. Aku segera memberi tahu ibu bahwa beliau akan segera menimang cucu, beliau terlihat sangat bahagia. Keesokan harinya, aku segera memberi tahu mas Ardi tentang kabar baik ini."Mas, ada yang ingin aku sampaikan mas", ungkapku duduk di sampingnya."Kenapa sayang? ada apa?","Aku hamil mas","Aaapa? kamu hamil sayang?", Tanyanya seolah tak percaya."Iya mas, aku hamil. Sudah hampir 2 bulan ini aku telat datang bulan. 2 hari yang lalu aku mencoba memakai alat test pack dan hasilnya positif", jawabku riang."Alhamdulillah ya Allah, doa mas dikabulkan juga", Dia terlihat sangat bahagia. Mas Ardi mencium kening dan perutku berulang kali."Dijaga ya sayang kandungannya. Jangan terlalu capek, jangan telat makan, banyak istirahat, banyak makan sayuran dan buah buahan ya. Kalau mau apapun bilang sama mas ya, mas akan langsung membelikannya","Iya sayang, makasih banyak ya mas. I love you","Love you too sayang", Dia memeluk dan menciumi perutku berulang kali. Keesokan harinya kami pergi ke dokter untuk memastikannya. Dan ternyata menurut hasil pemeriksaan dokter, saat ini aku tengah hamil 2 bulan. Kami sangat bahagia.~~~~ Hari ini kami mengadakan acara syukuran 7 bulanan kehamilanku. Sedari pagi kami semua dibuat sibuk untuk mempersiapkan acara ini. Tingkeban, adalah tradisi ritual Sunda yang diselenggarakan pada saat seorang ibu hamil menginjak masa kehamilan tujuh bulan. Tingkeban merupakan acara kedua yang bisa dilakukan ibu hamil setelah sebelumnya melakukan upacara mengandung empat bulan dan dapat dilakukan dengan upacara mengandung sembilan bulan. Mengadakan acara Tingkeban seperti yang dimaksudkan agar bayi yang ada dalam kandungannya selamat sampai melahirkan nanti tentunya atas Izin dari Tuhan, dengan mengadakan susunan acara syukuran dan do'a. Waktu demi waktu berlalu, acara pun sudah selesai diselenggarakan. Acara ini dihadiri oleh sanak saudara, para tetangga, rekan kerja mas Ardi dan teman temanku termasuk sahabatku, Anggi."Maafkan aku ya Nda, akhir akhir ini aku sangat sibuk bekerja. Aku juga sedang mempersiapkan keperluan sekolah Sheena", ungkap Anggi seraya meneguk minumannya."Iya tidak apa apa Nggi aku ngerti, makasih ya kamu sudah menyempatkan hadir di acara ini"."Iya sayang sama sama", jawab nya seraya memelukku. "Halo Nggi apa kabar? halo Sheena sayang kita ketemu lagi ya", Mas Ardi menghampiri kami lalu duduk di samping Anggi."Halo om, kabarku baik om", ungkap Sheena tersenyum manis."Eh mas Ardi, alhamdulillah kami sehat mas. Mas sendiri bagaimana kabarnya? selamat ya sebentar lagi akan dipanggil ayah nih", jawab Anggi menatap mata mas ardi."Alhamdulillah sehat, iya nih sebentar lagi bakal dipanggil ayah", Mas Ardi menatap mata Anggi, namun ada yang aneh dengan tatapan mas Ardi pada Anggi, tatapannya begitu hangat penuh cinta. Aku sangat tahu betul bagaimana cara mas Ardi saat menatap orang lain dan bagaimana cara mas Ardi menatapku. Tatapan mata mas Ardi kepada Anggi sama seperti saat dia menatapku. Dan Tatapan mata Anggi, seperti tatapan seorang wanita kepada orang yang dicintainya. Apa ini hanya perasaanku saja? apa ini karena aku sedang hamil? perasanku jadi lebih sensitif. Tidak mungkin, tidak mungkin mereka memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman, apalagi Anggi adalah sahabat terbaikku. Dan mas Ardi? tidak mungkin ia menghianatiku. Dia sangat mencintai dan menyayangiku apalagi saat ini aku sedang mengandung darah dagingnya. Aku mencoba untuk menepis segala fikiran buruk ini."Nanda, ibu hamil tidak boleh melamun", seru ibu mertuaku membuyarkan lamunanku."Kamu kenapa sayang?", tanya mas Ardi padaku."Iya Nda, kamu lagi mikirin apa sih?", tanya Anggi"Enggak kok, Oh iya aku masuk duluan ya mau menyapa para tetangga", jawab ku beranjak meninggalkan mereka yang saat ini sedang asyik berbincang bincang. Aku menghampiri beberapa orang tetanggaku lalu menyapa mereka,"Assalamualaikum ibu ibu","Waalaikumsalam, eh nak Nanda sini nak","Iya bu", jawabku santun"Nanda, alhamdulillah ya. Dijaga ya kandungannya", ungkap bu Maya salah satu tetanggaku."Iya Nanda dijaga kandungannya dan dijaga juga ya suaminya", timbal bu Asih tetangga depan rumahku."Maksudnya bu?", tanyaku polos."Iya, hati hati loh dengan temanmu itu. Dia yang waktu itu menginap dirumah kamu ini kan?", Bu Asih menatap sinis ke arah Anggi."Iya bu, dia sahabat Nanda namanya Anggi", ungkapku seraya mengusap perutku yang semakin membesar."Saat kamu sedang koma dirumah sakit, ibu sering lihat dia jalan berdua dengan suamimu loh. Malahan ibu pernah pergoki wanita itu menggandeng tangan suami kamu","Bu Asih, jangan mengarang cerita deh", timbal Bu Maya seraya melirikku."Ini bukan cerita karangan bu Maya, saya lihat sendiri dengan mata kepala saya", Bu asih nampak kesal"Sudah ibu ibu, ko malah jadi menggosip sih. Kasian loh nak Nanda ini sedang hamil besar. Nak Nanda, jangan dihiraukan ya ucapan bu Asih tadi. Mungkin bu Asih salah lihat", Ungkap Bu Sari mengusap lenganku."Iya bu", jawabku tersenyum menganggukkan kepala."Bu ibu, dengar ya.. saya tidak salah melihat, jelas jelas saya melihat dengan mata kepala saya sendiri wanita itu menggandeng tangan suaminya Nak Nanda. Dan saya juga suka melihat mereka pergi berduaan. Tidak ada salahnya jika kita bersiap siaga mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang akan terjadi, yang namanya pelakor itu tidak pandang bulu. Mau itu suami sahabat, saudara atau bahkan adik sendiripun bisa di embat, apalagi nak Ardi ini masih muda, tampan juga kaya raya", ungkap bu Asih mengerak gerakkan tangannya."Ya ampun bu Asih, ucapannya itu loh tolong dijaga dong bu. Nak Nanda ini lagi hamil besar tidak boleh memikirkan hal hal sensitif seperti itu", timbal bu Maya terlihat kesal."Sudah yu bu ibu, Nak Nanda pasti lelah biarkan dia berisitirahat", Ungkap bu Sari berpamitan untuk pulang."Sehat sehat ya nak, jangan terlalu dihiraukan ucapan bu Asih tadi ya. Kamu harus banyak istirahat dan fokus terhadap persiapan menjelang kelahiran anak kamu ini ya", ungkap Bu Maya."Iya bu, terimakasih sudah berkenan untuk hadir","Iya sama sama", beliau dan yang lainnya berpamitan undur diri."Nak Nanda, maafkan ibu ya. Tapi kamu harus lebih berhati hati lagi ya dengan sahabat kamu itu. Oh iya ada hal paling penting yang harus ibu sampaikan pada kamu, waktu itu tengah malam saat ibu hendak membeli nasi goreng tak sengaja ibu melihat ke balkon lantai 2 kamar kamu, disana ibu melihat suami kamu dengan wanita itu sedang..",*****SESAK"Nanda, aku mohon maafkan aku". Mas Ardi memelukku, tak butuh waktu lama untuk aku melepaskan pelukannya dan mendorongnya hingga ia terjatuh tersungkur di lantai."Nanda, tolong beri aku kesempatan untuk yang ke dua kalinya. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku mohon Nanda, aku tidak bisa kehilangan kamu dan anak kita". Ungkapnya memelas berlutut dihadapanku, entah mengapa bukannya kasihan namun justru rasa sakit itu datang kembali. Saat aku melihat wajahnya hanya ada rasa sesak dan sakit teramat yang aku rasakan. Benci? tentu saja, bahkan untuk mendengarkan suaranya pun aku sudah enggan. Aku memang sangat mencintainya namun rasa sakit hati dan luka yang ia torehkan lebih besar dari pada rasa cinta ku padanya. "Apa yang kamu lakukan bersama wanita simpananmu itu saat aku terbaring koma tak berdaya dirumah sakit mas?", tanyaku dingin memalingkan wajah enggan untuk menatapnya. Dia nampak terkejut dengan pertanyaanku. Dia bangkit lalu mencoba mendekatiku."Nanda, mengapa kamu be
HILANGNYA HARAPAN"ANGGI!!!". Teriakan itu jelas membuat Anggi terperanjat, selama ia menjalani hubungan dengan sang kekasih, dia tidak pernah dibentak atau diperlakukan buruk olehnya."Kenapa mas? apa ada yang salah!", Anggi mulai meninggikan suaranya."Apa yang ada di pikiran kamu? mengapa kamu membiarkan Nanda melihat semuanya!","Aku memang sengaja melakukan itu agar dia mengetahui hubungan kita. Aku sudah lelah harus terus berpura pura dalam hubungan ini!", Anggi memalingkan wajahnya dengan berlinang air mata."Tapi tidak harus dengan cara itu Anggi!","Lantas harus dengan cara apa lagi mas? aku telah memberikan segalanya untuk kamu mas, aku juga menginginkan kamu mas! aku ingin kamu menjadi milik aku seutuhnya!","Tidak bisa, aku tidak bisa kehilangan Nanda dan Nindya", gumam nya membelakangi tubuh Anggi."Kenapa? lantas bagaimana dengan aku mas? apa kamu hanya ingin mempermainkan aku saja? kamu anggap aku ini apa mas?","Anggi, aku juga mencintai kamu tapi aku tidak bisa keh
DIANTARA DUA CINTA "BUUGGGGGGGG!!!". Wajah Arya terkena pukulan yang cukup keras, aku hanya berdiri mematung terkejut dengan pemandangan yang ada di depan mata ku saat ini, aku menggelengkan kepala untuk menyadarkan diri. Aku melihat Arya jatuh tersungkur kebawah untuk yang ke dua kalinya."Mas Ardi", Teriakku saat menengadahkan wajah untuk melihat siapa pria yang dengan lancang memukuli Arya, ternyata dia adalah suamiku sendiri.. adik kandung Arya. Saat Arya mengetahui adiknya yang telah menyeret dan memukulinya, dia pun bangkit membalas pukulan sang adik."BBBUGGG!, Brengs*k kamu Ardi! Berani beraninya kamu menyeret dan memukuli aku! Harusnya aku yang menghajar kamu hingga babak belur karena perbuatan hina kamu!". Arya menyeret mas Ardi dengan sekuat tenaga lalu memukuli wajah nya hingga cairan merah itu mengalir di bagian mulut dan hidungnya."BBUGGGGG! BBUGGGG!". Saat Arya akan memukul bagian perutnya, mas Ardi menangkis dan mendorong Arya hingga terpental ke jalanan.
DUKA YANG BERKARAT Lamunanku buyar ketika seseorang memanggil namaku. Ya, bisa ditebak siapa dia? Ya, tentu saja siapa lagi kalau bukan mas Ardi. Dia berdiri di belakang sana menyaksikan kekacauan yang kami buat barusan. Dia berdiri memeluk putriku yang sudah terbangun dari tidurnya. Aku segera beranjak mengambil alih Nindya dari pelukan nya. Ada perasaan tidak rela, anak ku harus di peluk oleh sosok laki laki yang bej*t seperti dia!."Nanda.. Nanda.. tunggu aku..". Aku bergegas masuk kedalam kamar, aku kunci pintunya lalu membereskan baju baju beserta segala kebutuhannya Nindya termasuk semua dokumen, berkas berkas sertifikat rumah dan semua bukti perselingkuhan mas Ardi." Sayang, mau pergi kemana? Kamu mau bawa Nindya kemana? Nanda beri aku kesempatan untuk berbicara untuk menjelaskan semuanya", dia mengekori langkahku. Aku tak berbicara sepatah katapun, enggan sekali berbicara dengannya. Mendengar suaranya saja aku sudah muak!. Aku mengeluarkan benda pipih yang menjadi buk
BUKTI PENGHIANATAN"Nanda! berhenti! diam disitu!". Ungkap wanita jal*ang itu ketakutan, karena sebelumnya ia tak pernah melihat aku semarah ini. Dulu jika kami bertengkar, aku hanya diam dan mengalah. Dia mungkin terkejut melihat amarah yang sudah berada di puncak ubun ubun kepalaku saat ini."Dasar penghianat! Munafik! Kamu fikir aku Bod*h! Kamu fikir aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan dengan mas Ardi dibelakangku selama ini! Kamu sudah benar benar membuat aku kehilangan kesabaran Anggi!". Dadaku kembang kempis, nafasku memburu hebat. Aku mencoba untuk menahan amarah yang sudah memuncak, aku tak ingin menyakitinya lagi. "Apa maksud kamu Nanda? aku tidak mengerti. Aku dan mas Ardi? apa maksud semua perkataanmu?", ungkapnya merasa tak bersalah."Cukup Anggi! cukup akhiri semua sandiwaramu. Aku tidak akan pernah tertipu lagi! aku sudah mengetahui semuanya Anggi!","Sandiwara? tertipu? aku benar benar tidak mengerti dengan semua ucapanmu", lirihnya berlinang air mata seolah o
BAYANG BAYANG HINA"Mas, cepat mas jangan lama lama, aku sudah tidak sabar". Ungkap wanita hina itu saat mas Ardi memeluk dan mendaratkan sentuhan mesra di punggungnya."Iya sayang, mas kangen banget sama kamu. Kangen aroma tubuh kamu"."Iya mas, aku juga sama. Aku kangen banget sama kamu". Dia memeluk erat dan mendaratkan sentuhan mesra nan lembut di setiap jengkal tubuh selingkuhannya itu, lalu dia membaringkan tubuh Anggi di atas kasur, mereka saling melepaskan gejolak yang terpendam selama ini. Bayang bayang hina itu terus berputar di kepalaku membuat mata ini enggan untuk terpejam."Mas.. kamu keterlaluan! Anggi kamu penghianat!", Gumamku lirih dengan suara pelan menahan tangisku sedari tadi. Bagaimana bisa aku melanjutkan hidup bersama orang yang telah mengkhianatiku?. Terlebih lagi itu adalah suamiku sendiri, jangan kan untuk tidur bersamanya, mendengar suara dan melihat wajahnya saja aku sudah muak. Rasa kasih sayang dan cinta yang dulu tumbuh di dalam relung hati ini se