Raina berjalan mendekati Rian yang sedang duduk di tepi lapangan. Cowok itu berkeringat karena baru saja selesai berlari mengelilingi lapangan. Tadi, ia datang terlambat, sehingga ia dihukum.
"Nih, minumnya." Raina memberikan sebotol air mineral yang ia beli tadi di kantin. Sebenarnya, ia datang ke sini bukan karena ia mau, melainkan karena disuruh oleh Rian.
Rian menerima botol minum tersebut lalu meneguknya hingga setengah.o
"Mau ke mana?" tanya Rian saat Raina hendak pergi.
"Ke kantin."
"Emangnya gue udah bolehin lo pergi?"
"Emangnya gue harus butuh izin lo dulu baru gue boleh pergi?"
"Selama lo jadi cewek gue, lo harus nurutin apa kata gue."
"Ngatur banget, ya, lo."
Rian kembali meminum airnya tanpa membalas ucapan Raina.
"Hai Rian. Aduh pasti lo capek banget ya, habis dihukum. Sini gue lap keringat lo." Seorang cewek dengan seragam ketatnya tiba-tiba menghampiri Rian dan Raina. Cewek itu menarik tisu dari bun
Rian duduk di pinggir kolam renangnya sambil termenung. Mengingat kembali Raina yang tadi terlihat begitu akrab dengan Arka membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Entah kenapa, ia tidak suka Raina didekati oleh cowok lain."Woi." Rian terkejut saat Andi yang menepuk pundaknya cukup keras."Ngapain lo di sini?" Suara Rian terdengar sangat dingin. Bahkan wajahnya tampak datar."Gue mau bersantai di rumah lo. Gak ngerepotin, kan?""Kalau gue bilang ngerepotin lo bakal pergi?""Enggak sih."Rian memutar bola matanya malas. Ia bangkit berdiri membuat Andi menatapnya."Yan," panggilnya."Apa?""Tadi, gue liat Raina sama Arka.""Gak peduli.""Mereka tadi makan berdua di pinggir jalan. Mereka keliatan mesra kayak orang pacaran. Gue jadi iri sama mereka.""Raina cewek gue," ucap Rian dingin.Andi terkekeh pelan. "Iya gue tahu. Gue bukan bilang mereka pacaran, gue kan cuma bilang mereka mesra ka
Rian turun dari motornya. Cowok itu baru saja tiba di sekolah. Seperti biasa, ia selalu menjadi pusat perhatian para cewek di SMA Bina Bangsa. Namun, Rian sama sekali tidak pernah peduli dengan cewek-cewek yang mendekatinya. Ia bahkan mengacuhkan mereka, makanya para cewek tidak berani mendekatinya kecuali Wanda. Itu karena cewek itu terlalu terobsesi dengan Rian."Pagi Rian. Nih, gue ada bekal buat lo. Gue dengar kemarin Raina bawain lo bekal tapi lo buang ke tempat sampah karena gak enak, ya? Emang sih Raina itu benar-benar gak cocok sama lo. Mendingan juga gue ke mana-mana. Udah cantik, seksi, primadona sekolah, bisa masak. Pokoknya lo itu cocok kalau sama gue.""Eh, Rian jangan pergi dulu dong. Terima dulu kotak makannya." Wanda menahan lengan Rian, lalu menyodorkan kotak makan berwarna putih tersebut.Rian melepas tangan Wanda dari lengannya lalu mengambil kotak makan dari tangan Wanda membuat cewek itu tersenyum. Namun, senyumnya itu tidak bertahan lama, k
"RAINA!" teriak Luna membuat seisi kelas menatapnya tajam. Namun, cewek itu tidak peduli. Ia segera berlari mendekati Raina yang sedang mengobrol dengan Risa."Rain, gawat." Wajah Luna tampak panik."Kenapa sih? Teriak-teriak mulu lo," ujar Risa."Apanya yang gawat, Lun?" tanya Raina penasaran."Itu si Rian lagi berantem sama Arka.""Hah? Kenapa bisa berantem?""Gak tahu. Mendingan sekarang lo samperin aja. Mereka sekarang lagi di halaman belakang sekolah."Tanpa menunggu lama, Raina pun segera pergi ke halaman belakang sekolah.Sesampainya di sana, ia cukup terkejut karena banyak murid yang menonton pertengkaran mereka. Yang membuat Raina kesal adalah kenapa mereka tidak ada yang melerai mereka berdua?"Stop! Berhenti!" Raina menyerobot masuk ke dalam kerumunan tersebut untuk menghentikan perkelahian keduanya.Rian yang hendak memukul wajah Arka pun menoleh pada Raina ketika mendengar teriakan cewek itu."
Rian menatap Raina yang baru saja tiba di sekolah. Ekspresi wajahnya kelihatan tidak suka karena melihat Raina yang datang ke sekolah bersama Arka.Rian pun mendekati mereka, lalu tanpa banyak bicara, ia langsung menarik lengan Raina."Sakit Rian," ringis Raina. Ia berusaha untuk melepas tangan Rian, namun Rian semakin mempererat cekalannya.Hingga Arka berhasil menyusul mereka lalu melepas paksa tangan Rian dari Raina."Jangan kasar jadi cowok. Lo itu cowoknya. Gak bisa lembut dikit sama cewek lo?"Rian menatap sinis Arka. Menunjukkan kalau ia memang tidak suka cowok itu."Gak usah ikut campur. Ini urusan gue sama cewek gue." Setelah berucap demikian, Rian kembali menarik lengan Raina. Tidak peduli Raina mengadu kesakitan.Rian melepas cekalannya saat mereka berhenti di lorong kelas dua belas yang cukup sepi karena masih cukup pagi."Lo ngapain sih narik-narik gue? Sakit tahu gak." Raina mengusap tangannya yang sedikit memerah
Raina menatap Rian yang sedang duduk di bangku belakang halaman sekolah. Cowok itu sedang merokok. Raina awalnya pergi ke toilet. Saat ia hendak kembali ke kelas, ia malah tidak sengaja melihat Rian. Tanpa ragu, Raina pun mendekati Rian."Lo ngerokok?" Rian terkejut lalu menoleh ke belakang. Ia menghela napas lega karena orang yang menangkapnya merokok adalah Raina."Jangan berani-berani laporin gue ke guru. Ngerti lo?""Iya. Kenapa lo gak masuk kelas? Kenapa lo ngerokok di jam pelajaran? Kan bisa lo ngerokok waktu pulang sekolah," ucap Raina."Gak usah ikut campur urusan gue," ucap Rian dingin."Gue gak ikut campur, cuma kasih saran aja. Kalau lo gak mau terima ya udah. Gue gak bakal maksa kok."Raina hendak berdiri namun Rian malah menahan lengannya."Kenapa?" tanya Raina namun tidak dijawab oleh Rian.Rian malah mendekatkan tubuhnya pada Raina membuat Raina kebingungan."Lo mau ngapain?"Rian kembali menjauhkan
"Rian Armando!" Rian yang sedang tertidur pulas di atas meja langsung terbangun dari tidurnya."Aduh sakit, Bu," ringis Rian saat Ibu Vina, selaku guru yang mengajar mata pelajaran Matematika menjewer telinga Rian."Berani-beraninya kamu tidur di jam pelajaran saya. Mana tugas kamu?" Wajah Ibu Vina terlihat garang menunjukkan kalau beliau kesal pada Rian."Ada Bu, tapi lepasin dulu kuping saya, Bu. Bisa-bisa kuping saya putus.""Ya sudah cepat kasih tugas kamu." Rian membuka tasnya ketika Bu Vina sudah melepas jewerannya.Rian mengambil buku tugasnya lalu memberikannya pada Bu Vina."Ini Bu tugasnya." Bu Vina menerima buku Rian lalu membukanya. Memeriksa hasil pekerjaan Rian.Lalu ia kembali menatap Rian."Gimana Bu? Benar semua, kan?""Memang benar semua, tapi bukan kamu yang kerjain tugasnya, kan?"Siapapun tahu kalau tugas Rian tidak dikerjakan sendiri olehnya. Karena Rian terkenal tidak pernah mengerjakan tugasn
Arka berjalan mendekati Raina yang sedang duduk termenung di depan kelasnya. Kebetulan karena masih pagi, sekolah masih sepi, hanya beberapa murid yang baru datang ke sekolah."Raina." Arka menepuk pundak Raina membuat cewek itu tersadar dari lamunannya."Eh, Arka. Kenapa?"Arka duduk di samping Raina. "Lo yang kenapa? Pagi-pagi udah ngelamun aja. Ada masalah lo?"Raina menggeleng. "Enggak. Cuma capek doang. Karena semalam gue begadang kerjain tugas Rian.""Kenapa lo mau aja disuruh-suruh sama dia? Lo itu pacarnya bukan pembantunya. Harusnya lo tegas sama dia. Jangan mentang-mentang lo ceweknya jadi dia bisa seenaknya sama lo.""Sebelumnya makasih ya udah belain gue. Tapi tugas gue sebagai ceweknya dia ya emang kayak gitu. Gue harus selalu ikutin apa yang dia suruh.""Itu sih bukan pacar namanya, tapi pembantu."Raina hanya tersenyum mendengar ucapan Arka.Ia tahu Arka kesal dengan Rian. Raina juga kesal dengan Rian,
"Woi!" Andi menepuk pundak Rian membuat cowok itu memberikan tatapan tajamnya."Buset. Biasa aja dong liatnya.""Kalau gak ada hal yang penting mendingan lo pergi," ucap Rian dengan tatapan lurus ke depan.Saat ini Rian dan Andi sedang berada di tepi lapangan. Karena sedang jam kosong, jadi Rian memilih keluar kelas dan bersantai sejenak."Lo gak minta maaf sama Raina?" tanya Andi."Ngapain minta maaf?""Lo kan udah numpahin kuah bakso ke tangannya. Lo jadi pacar yang perhatian dikit kek. Udah bikin pacarnya luka, gak obatin, gak minta maaf juga. Pacar macam apa lo?""Gue gak peduli. Lagian itu bukan salah gue." Rian bangkit dari duduknya."Jangan ikutin gue!" ucap Rian saat Andi hendak berdiri."Siapa yang mau ikutin lo? Gue mau ke kelas kok.""Awas aja kalau lo ikutin gue."Andi mengelus dadanya. "Sabar Di. Rian itu teman lo jadi lo harus sabar hadapin dia.""Untung gue yang jadi teman dia. K