Share

Bab 6

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2022-03-03 02:32:55

Bab 6

Mas Reno memegang kalungku yang tidak sengaja terjatuh dengan tangan terlihat bergetar. Pasti ia bingung harus jawab apa. Sementara mertuanya tampak menyecarnya dengan mata penuh menyoroti wajah menantunya.

"Mah, ini kalung untuk Amira, aku mau kasih ia surprise, tapi kelihatannya tadi jatuh, aku lupa," jawab Mas Reno membuatku menghela napas lega. Akhirnya, aku selamat. Kulihat mulut mertuanya sedikit bulat membentuk huruf O seraya ia percaya dengan apa yang menjadi alibi Mas Reno.

"Oh, gitu. Ya sudah Mama pulang dulu, itu belanjaan Amira taro di kulkas, Mama pulang, ya, sopir sudah nunggu," ucapnya sambil melambaikan tangan.

Kuperhatikan wanita tua itu hingga tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Setelah itu, barulah aku keluar menghampiri Mas Reno kembali. Sepatu high heels membuatku agak sedikit kesulitan melangkah dengan cepat.

"Huft." Mas Reno tampak mendengus kasar seraya lega atas kepergian mertuanya. Aku tahu pasti tadi ia sangat tegang menghadapi mertuanya.

"Sudah aman, Mas. Aku pulang saja ya," ucapku sambil meraih kalung yang tadi mertuanya temukan. Ini akibat ulah Mas Reno yang sangat liar, kalung putus pun tidak terasa.

"Tunggu sebentar, aku curiga Amira tahu perselingkuhan kita, buktinya tetangga saja sudah pada tahu, ia kan ikut grup di RT sini." Mas Reno memikirkan juga apa yang telah tetangganya ucapkan.

"Ah sudahlah, aku tidak mau urusin itu, yang penting sekarang aku mau pulang, jantungan kelamaan di sini, tiap kali ada yang datang harus cari tempat sembunyi," tuturku sembari tangan ini meraih tas yang kubawa. Lalu segera aku kecup pipi dan juga bibir laki-laki tampan yang ada di hadapanku.

Tanganku ditariknya, lalu berbisik. "Hati-hati ya, jangan sampai ketahuan tetangga," bisiknya. Aku pun tersenyum mengembang mendengar pesan yang ia lontarkan barusan.

Sebenarnya aku tinggal di Cluster ini sudah cukup lama. Namun, belum pernah bertetangga, kenal sama Mas Reno pun karena sering dengar para ABG membicarakannya ketika sedang berada di taman yang ada di dekat rumah.

Aku keluar dari rumah Mas Reno mengendap-endap seperti maling. Kutengok sudah sepi tak ada orang yang nongkrong di sudut manapun. Mungkin karena mau Maghrib jadi mereka pulang untuk mempersiapkan ibadahnya.

Ditutupnya pintu alternatif, buatku sangat melelahkan, ketika rumah di belakang tapi harus putar melewati gang sebelah. Namun, lelahku berubah panik ketika melihat mobil Mas Taka terparkir di pelataran rumah.

Aku menghela napas panjang, bersiap menemui suamiku. Ya, aku akan melabraknya yang telah membohongi istrinya.

Ketika aku hendak masuk, terdengar suara rayuan Mas Taka di dalam. Astaga, ia bicara dengan siapa di dalam?

"Kamu adalah wanita yang sangat kucintai, Sayang," ucapnya kedengaran mesra. Rasanya aku benar-benar marah pada Mas Taka, tanpa berpikir panjang, aku buka pintu dan melihat Mas Taka sedang membelai rambut wanita dari belakang yang sedang duduk.

"Mas," sapaku pelan. Ia tidak menoleh, Mas Taka sibuk menyisir rambut wanita yang duduk di depannya membelakangi tubuh suamiku.

Langkahku semakin cepat, karena penasaran siapa wanita yang membuat suamiku jadi tuli seketika.

"Mas," sapaku sekali lagi sambil colek punggungnya. Ia pun menoleh dan berteriak. "Surprise!" Ternyata patung manekin yang ada di depannya.

Aku terkejut, ia memberikan aku surprise seperti itu untuk apa? Lagi pula aku kan nggak ulang tahun?

"Ini patung manekin untuk apa?" tanyaku menyelidik. Mas Taka bertingkah aneh segala membeli patung wanita yang dari belakang mirip dengan Amira.

"Aku ingin mengejutkan kamu, Diana, sudah lama tidak melihatmu marah, dari pada aku buat dosa dengan membawa wanita ke rumah ini, lebih baik aku bawa patung saja."

Deg! Aku langsung merasa tersindir atas ucapan yang ia katakan. Persis dengan chat candaan aku dan Mas Reno kemarin. Apa Mas Taka melakukan hal ini karena dengar gosip dari tetangga?

"Kamu nggak ke luar kota, Mas? Jadi kamu sengaja bohongi aku untuk apa?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Ini jalan satu-satunya agar ia tidak termakan gosip yang sudah tersebar.

"Siapa yang bohong, aku hanya salah jadwal, ternyata tadi meeting bersama Amira," ucapnya enteng.

"Oh ya, apa tadi kamu yang kirim lingerie merah?" tanyaku lagi.

"Ya, itu dari aku, bagus nggak?" tanyanya sembari meletakkan patung itu di pojokan.

"Aku belum coba, tapi tadi ada flashdisk juga di dalamnya, dan isinya kamu dan Amira duduk mesra." Mata Mas Taka menyorotiku tajam. Lalu ia tertawa lepas seraya mengejekku.

Mas Taka tepuk tangan, lalu ia berdiri dan melepaskan jas biru yang ia kenakan. Setelah itu, ia melepaskan dasinya, dan perlahan kemejanya pun dibuka olehnya.

"Mas kamu mau mandi?" tanyaku agak sedikit takut. Sebab, ia mulai melepaskan ikat pinggang yang ia kenakan. Lalu mengurutkan di tangannya seraya ingin memecut menggunakan ikat pinggang. Astaga, apa Mas Taka ingin bertindak kasar terhadapku?

"Mas, ampun. Kamu mau berbuat apa padaku, Mas?" Aku benar-benar ketakutan. "Tolong buang ikat pinggang itu, kalau kena tubuhku yang indah ini, nanti memar, Mas," lirihku seraya memohon. Namun, ia terus mendekat sambil membawa ikat pinggang berwarna hitam pekat dan tebal sekitar dua centi. Jangan-jangan ia ingin melucuti tubuhku ini dengan ikat pinggang karena gosip yang disebar tetangga. 

"Mas, kamu mau apa? Jangan-jangan ada gosip yang kamu telan mentah-mentah, ya?" Aku terus membela dirinya. Namun, matanya membulat tak berkedip. Saat ini jarak kami hanya setengah meter. Ia tampak sangat marah jika dilihat dari tatapannya.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 50

    Bab 50Mas Taka sontak melepaskan dekapan Diana. Begitu juga sebaliknya, Diana segera mundur dan mengedarkan pandangannya ke arahku. Kemudian, ia tersenyum lekat sambil menghapus air matanya.Aku menghampiri Mas Taka, lalu menggandeng lengannya yang masih terdiam kaku di depan pintu."Maaf, aku bikin suasana rumah ini jadi kacau, sekali lagi maaf," ucap Diana sambil menunduk.Mas Taka menatapku, ia masih terdiam membisu."To the point aja, ada apa Diana? Kenapa datang-datang langsung nyergap suami orang?" cecarku sedikit sinis. Sebab, kecemburuan suatu hal yang wajar terjadi jika menyaksikan kejadian singkat tadi.Tidak lama kemudian, Mas Reno muncul turun dari mobil, membawa Dika dengan menggendongnya. Ada tawa yang terdengar renyah di ujung sana.

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 49

    Bab 49"Siapa itu Taka?" tanya mertuaku pada anaknya. Dengan jawaban yang sama, ia hanya menggelengkan kepalanya.Kemudian, kami melepaskan seat. Setelah itu terlihat kaki seseorang turun dari mobil tersebut. Dari high heels yang dikenakan sudah terlihat ia adalah wanita.Aku coba tarik napas, lalu menoleh ke arah Mas Taka sesekali, dan memusatkan perhatianku padanya."Rosa kah itu?" tanyaku. Mamaku yang masih berada di dalam mobil, berusaha menepuk bahu ini dari belakang."Jangan emosi dulu, bicarakan baik-baik di dalam rumah," pesan Mama Silvi, mamaku. Seharusnya ia tidak berada di sini. Namun, karena aku khawatir dengannya, jadi meminta mama ikut ke rumah lebih dulu.Aku melontarkan senyuman pada mama dan mertuaku. Kemudian, kembali menyorot Mas Taka."

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 48

    Bab 48"Apa, Amira? Barusan kamu bicara apa?" tanya mamaku seperti meringis kesakitan.Tiba-tiba saja aku teringat, bahwa mama lemah jantung. Astaga, apa yang aku lakukan barusan?"Mah, Amira tidak bicara sungguhan, ia hanya main-main supaya diizinkan tetap bersama Taka, percayalah," lirih Mas Taka menghampiri. Aku baru tersadar, bahwa inilah tujuan Mas Taka menyuruhku ikut bersama mama, hanya ingin menjaga kondisi mertuanya baik-baik saja. Namun, aku sendiri yang membuyarkan rencana Mas Taka.Bruk!Mama ambruk seketika, ia jatuhkan bobot tubuhnya ke lantai."Mah!" teriakku ketika melihat sosok wanita yang membesarkanku kini jatuh lunglai ke lantai.Mas Taka membantu mengangkat mama dan membawanya ke rumah sakit. Aku yang selepas operas

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 47

    Bab 47"Nanti kita lihat saja di rumah ya, aku nggak bisa bicara sambil nyetir," ucap Mas Taka membuatku tambah penasaran. Apa yang sebenarnya ia rahasiakan dariku? Kenapa nunggu sampai di rumah?Aku terus menerus mempertanyakan dalam hati. Sesekali mataku melirik ke arahnya. Ia terlihat agak pendiam, tidak banyak bicara dan bersikap mesra seperti yang dilakukan biasanya. Dingin, kini Mas Taka berubah sedingin es, lelaki yang sudah berjanji telah memaafkan kini sikapnya berubah lagi.Otakku terus berputar, mengingat apakah ada kesalahan yang kuperbuat namun belum diketahui olehnya. Aku ingat-ingat tapi tidak ada satu pun yang melintas di kepala ini."Mas, jika ada satu kesalahan yang belum kusadari, tolong beritahu, aku ingin memperbaikinya," pintaku membuat ia menoleh. Sayup matanya memandangku diiringi senyuman tipis.&nbs

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 46

    Bab 46"Taka, kamu pindahin aja istrimu ke kelas 2, ngapain di VVIP," sindirnya membuatku menelan ludah. Tidak seperti biasanya ia bersikap seperti itu.Aku hanya tertunduk, sebab sebelumnya aku juga sudah memintanya untuk memindahkan aku ke ruangan yang sesuai dengan asuransi, supaya tidak menjadi beban keluarga."Mah, dua hari lagi juga sudah boleh pulang kok, nggak apa-apa di sini dulu," jawab Mas Taka membelaku.Diva hanya menunduk, sesekali wajahnya menatapku juga, tapi tidak seperti biasanya. Ada apa dengan mereka?"Mah, kalau aku ada salah, maafin aku," ucapku coba berlapang hati meminta maaf lebih dulu."Nggak, Amira, ini bukan tentang minta maaf, tapi tentang harga diri!" celetuk mertuaku membuatku sedikit mencerna ucapannya."Apa maksud Mam

  • RINDU SUAMI ORANG   Bab 45

    Bab 45"Kenapa bisa banyak darah, Sus? Padahal saya tidak merasakan sakit apa-apa?" tanyaku penasaran. Sebab, jika pendarahan, tentu aku mengalami nyeri hebat."Sebentar, Bu. Saya mau cek bagian saluran air seninya dulu," balasnya.Suster itu sangat sibuk memeriksa kenapa banyak darah yang berceceran di selimut hingga baskom untuk air kencing. Dengan cekatan ia membuang lebih dulu isi baskomnya. Kemudian, memeriksa kembali.Mas Taka yang trauma melihat darah ketika kemarin aku pendarahan pun pamit keluar."Sebentar ya, Bu. Kita ulang kembali masang kateter lagi. Sama pembalutnya diganti," ujar suster."Apa nggak bisa dilepas saja, Sus?" tanyaku balik."Nunggu 24 jam, Bu," jawabnya."Tapi ini kenapa kok bisa ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status