Share

4. esok

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 16:21:07

Keesokkan harinya aku kembali ke kampus, menyusuri jalan dengan membawa sebuah paper bag berisi jaket dari Yusuf Akbar.

Sambil melangkahkan kaki aku berdoa dalam hati semoga tidak ada yang menyadari bahwa aku sedang membawa jaket seorang preman

 Apa yang akan terjadi akan jadi rumor yang beredar jika mereka tahu bahwa aku kemarin sore sempat mengobrol dan diobati oleh preman yang paling berbahaya di kota ini, mereka akan mengolok-ngolokku menggunakan isu itu dan membuatku jauh dari target pria yang kuidamkan, Kak Gerald.

Lagipula diantara banyak gadis yang mengidolakan Kak Gerald, aku adalah satu-satunya mungkin yang paling tergila gila. Senyumnya membuat ku menerawang dan bagaimana cara ia menatap dan berbicara melelehkan perasaanku. Aku mungkin terlalu menyukainya.

"Hai, kamu ...."

Kebalikan badan dengan cepat karena merasa bahwa suara yang memanggilku sudah familiar, ternyata benar dia adalah pria yang sedang aku pikirkan, dari balik kaca mobilnya dia tersenyum dan menyapaku, sekali lagi  melelehkan perasaan kesalku kemarin.

"Hmm, kamu mau ke kampus kan?"

"I-iya."

"Ayo barengan."

Apa? Dia ngajak barengan, wah luar biasa!

"Uhm, gak usah kak, aku jalan kaki aja," balasku tersipu.

"Dekat lagi kok, sekalian aku mau minta maaf karena kemarin bikin kamu  keluar dari kelas," balasnya.

Tiba tiba dia bersikap semanis ini, apakah karena hari ini dandananku cukup berbeda dari sebelumnya?

"Kamu cantik sekali hari ini, maaf karena aku tak bisa menahan diri untuk  tak memuji," ujarnya sambil mengedipkan mata.

Bagaimana pun aku harus tetap menjaga kehormatan dan tidak bersikap gampangan, langsung setuju ikut hanya karena pujian, ah, malu  pada jilbab.

"Terima kasih kak, saya hanya ingin ganti suasana," jawabku sambil memundurkan diri.

"Ayo berangkat denganku," ujarnya turun dan membukakan pintu lantas hatiku dilema harus ikut atau menolaknya.

"Eh, gimana ya ...."

"Ikut aja, gak apa apa kok," ujarnya menarik tanganku dan memaksaku masuk ke mobilnya. 

Sementara dari seberang jalan tanpa sengaja kulihat pria bermata tajam danpunya rahang tegas  itu berdiri dan menatap dengan delikan tajam, ia mengawasiku yang pura pura tak melihatnya. 

"Astaga, Yusuf, dia pasti mencari jaketnya," gumamku sambil memegang erat paper bag di tangan.

"Btw, kamu bawa apaan di tas itu?"

"Anu, ja-jaket, takut kehujanan kayak kemarin," jawabku gugup.

"Hmm, begitu ya? Aku minta maaf ya, udah bikin kamu kesal. Aku tahu kok kalo kamu sangat baik dan perhatian."

Seolah mendapat durian runtuh entah kenapa pria idamanku ini mengucapkan kalimat yang begitu manis. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa ini akan terjadi, dalam waktu dekat.

"Tapi jujur kamu sangat berubah, dari gadis yang hanya memakai hijab biasa, kini berubah begitu stylish dan nyentrik, kamu keren lho."

" Gak juga kak, aku cuma coba aja, ingin tampil beda kayak style yang banyak beredar di sosmed tapi tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan."

"Aku cuma merasa bahwa perubahan ini memang ditujukan buat aku, entah kenapa ya, tapi aku merasa suka dengan itu._"

"Ah, gak juga Kak._" aku tersenyum gugup.

"Jangan menyela, aku ingin bahagia dalam beberapa detik saja," ujarnya sambil menggenggam tanganku, untungnya aku segera menepis karena menyadari bahwa seorang pria menggunakan motor Chopper sedang mengekor di belakang mobil Brio Kak Gerald.

Dia terus mengawasiku, dengan seksama, seolah tak membiarkanku lepas dari tatapannya. Perlahan perasaan ini jadi khawatir dengan berbagai praduga mengerikan  tentang seorang preman, jangan jangan dia menyukaiku dan ingin menculik lantas mengurungku seperti seorang psikopat. 

Ngeri sekali membayangkannya!

Sesampainya di kampus, seperti yang kuduga tadi, terjadi kehebohan di lokasi parkir karena melihat seorang wanita turun dari mobil pria paling keren di kampus ini tentu saja orang orang melihat dengan tatapan terpana. Perlahan dalam hati bangga padahal aku juga tahu ini hanya kebanggaan semu, dan yang baru terjadi hanya skenario numpang ke kampus saja.

"Makasih ya Kak, aku ke kelas dulu," ujarku sambil menjauh dari mobilnya.

"Gak mau sarapan bareng aku?" Tanyanya dengan senyum penuh makna. Para mahasiswa yang kebetulan sedang duduk tak jauh dari taman tempat mobil diparkir kan langsung heboh karena mendengar ucapan Kak Gerald menawariku.

"Duh, gimana ya, aku ada tugas yang harus disalin sekarang juga Kak."

Sepertinya bodoh sekali sudah menolak permintaan pria yang paling diidamkan semua orang di sini. 

"Kalau gitu kita pulangnya barengan ya," tawarnya.

Aduh, mimpi apa diri ini semua orang karena Mbak mendapatkan durian runtuh yang tidak terduga.

"Boleh Kak, terima kasih sebelumnya," jawabku sambil melambai kecil.

"Uhm, tunggu!"

Kubalikkan badan, dan kembali meleleh oleh senyumnya.

"Paper bagmu," ujarnya sambil menyodorkan barang yang tertinggal itu.

panik seketika melanda karena jika dia tahu aku membawa jaket seorang pria dengan sedikit aroma minuman yang tertinggal, tentu akan jadi apa skenario saling menarik perhatian ini, duh, bisa gagal semuanya.

"Te-terima kasih Kak," balasku sambil menyambar tas itu dengan cepat.

Aku berlari menuju bangunan utama setelah melambai lagi padanya, lalu diam-diam mengendap lewat  samping dan menuju gerbang, mencari pemilik motor Chopper yang mengikuti tadi.

"Aih, kenapa juga dia kengijuti sampai kampus, kan ambyar kalo ada yang tahu," batinku sambil merutuk kesal.

Tak jauh dari  kampus, aku melihat ia memarkirkan motornya di samping kedai kopi, kuhampiri segera danenyerahkan paper bag tersebut padanya.

"Ini jaketnya, terima kasih ya," ujarku sambil menyodorkan itu.

"Terima kasih," jawabnya dingin, namun tatapannya lekat, menatap dari atas ke bawah.

"Tapi, kenapa mengikutiku?"

"Kakimu sudah baik?"

"Aduh untuk apa juga dia tahu? Ngeselin banget!"

"Sudah. Makasih ya," balasku melambai.

"Kau kau masih harus bertanggung jawab karena sudah menabrakku!" 

Astaga, ucapannya seketika menghentikan langkahku. 

Gawat ini ....

"A-apa yang harus aku lakukan Bang?"

"Kau harus pulang denganku!"

"Gak bisa Bang," balasku gemetar.

"Kenapa, kamu janjian untuk pulang bareng dengan pria yang tadi kan?" tanyanya sambil tersenyum sinis.

"Bukan begitu Bang, tolong ampuni saya ... lepaskan kami...."

"Aku akan melepaskan kalian, asal kau mau pulang denganku!" Ia menyalakan mesin motornya lalu menarik gas dengan kencang dan meluncur pergi meninggalkan asap  kendaraan yang membumbung tinggi.

Astaghfirullah, musibah apa ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   6. tak lagi

    "Siapa dia?" tanya Gerald sambil berusaha menghalau sinar yang silau ke wajahnya."Kamu gak tahu Yusuf Akbar?" tanyaku berdebar."Siapa?""Dia preman.""Terus kenapa ngikutin kita?" "En-enggak tahu," jawabku gugup.Kulihat wajah Yusuf Akbar menatapku dengan tajam, bahkan sangat tajam, namun tidak ada ekspresi apapun setelah itu, dia menjauh dan memacu motornya dengan kencang, membuatku bingung sebenarnya apa dan kenapa dengannya.Sesampainya di tempat pesta, kami membaur dan bercengkerama dengan beberapa orang yang kami kenal, Kak Gerald berpencar denganku setelah teman seangkatannya datang dan mengajaknya membaur ke meja lain, tinggallah aku bersama beberapa teman, duduk dan menyaksikan pentas seni yang sedang berlangsung.Sebenarnya tanpa Kak Gerald pentas seni ini semuanya biasa-biasa saja dan terkesan membosankan. Aku mulai mengantuk dan ingin pulang, namun di penghujung acara tiba-tiba musik menghentak di setiap lampu yang tadinya terang benderang diganti dengan sinar redup

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   5. silau

    Setelah kembali ke gedung kampus, Aku membaur dengan beberapa sahabat dan teman sekelasku, kami bercanda sambil membahas tugas kuliah yang tidak ada habis-habisnya.Ada Reka, Firda, Santi, dan Bagus sahabat terdekat yang selalu kompak untuk mendukung dan kami tidak pernah saling meninggalkan sejak SMA."Eh, kamu tahu enggak kalau nanti malam ada pesta pembukaan pameran seni kampus kita," cetus Santi."Masak sih, aku kurang update karena mungkin terlalu sibuk dengan urusan danntugas kuliah," jawabku."Halah, sok sibuk, akhir-akhir ini tugas kuliah sudah berkurang tapi kamu masih tetap sibuk aja, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Bahkan hang out dengan kami aja udah jarang kamu lakukan?" tanya Bagus menyela."Aku membant Bunda di rumah dengan beberapa pesanan kue kering.""Oh, kerennya anak Sholeha," balas Reka. Sebenernya nya aku tidak begitu sibuk, namun akhir-akhir ini aku lebih suka berdiam di rumah sambil menikmati rasa kasmaran sendiri terhadap Kak Gerald, ditambah kegalauanku

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   4. esok

    Keesokkan harinya aku kembali ke kampus, menyusuri jalan dengan membawa sebuah paper bag berisi jaket dari Yusuf Akbar.Sambil melangkahkan kaki aku berdoa dalam hati semoga tidak ada yang menyadari bahwa aku sedang membawa jaket seorang preman Apa yang akan terjadi akan jadi rumor yang beredar jika mereka tahu bahwa aku kemarin sore sempat mengobrol dan diobati oleh preman yang paling berbahaya di kota ini, mereka akan mengolok-ngolokku menggunakan isu itu dan membuatku jauh dari target pria yang kuidamkan, Kak Gerald.Lagipula diantara banyak gadis yang mengidolakan Kak Gerald, aku adalah satu-satunya mungkin yang paling tergila gila. Senyumnya membuat ku menerawang dan bagaimana cara ia menatap dan berbicara melelehkan perasaanku. Aku mungkin terlalu menyukainya."Hai, kamu ...."Kebalikan badan dengan cepat karena merasa bahwa suara yang memanggilku sudah familiar, ternyata benar dia adalah pria yang sedang aku pikirkan, dari balik kaca mobilnya dia tersenyum dan menyapaku, sekal

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   3. maaf

    "Maaf, aku tidak sengaja," jawabku sambil mengusap air mata. Seumur hidup ayah tak pernah membentakku, mengapa pria ini kasar sekali pada wanita lemah.Aku meringis karena kakiku sakit, kulirik dan celanaku sobek serta kakiku berdarah oleh besi sepeda, dan pecahan beling yang entah dari mana.Hati ini makin sedih setelah mendapati buku dan diktatku jatuh ke dalam kubangan becek dan mereka basah, tentu perasaan ini makin tak karuan, apalagi di dalamnya ada tugas yang belum sempat kusetorkan pada dosen, yang semalam aku sudah begadang mengerjakannya sehingga telat bangun pagi."Oh, ya Allah, astaghfirullahaladzim ...." Aku hanya bisa memunguti bukuku dengan air mata berderai."Kenapa kau mengucap istighfar? apa kau melihatku seperti melihat setan!" ia membentak dan kembali membuatku kaget setengah mati."Bu-bukan ... Bang, saya hanya .....""Hanya apa? Kau sengaja ya, kau di bayar orang untuk menabrakku, hah?!""Astaghfirullah, enggak, Bang." Tubuhku gemetar, takut dan khawatir ia aka

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   2. kampus

    Sesampainya di kampus, langsung menuju ke toilet dan mencoba memperbaiki penampilanku dan membersihkan bajuku yang kata preman berbahaya tadi sudah kotor.Setelah selesai kulirik jam yang melingkar di tanganku di sana sudah menunjukkan hampir pukul 9 pagi, aku nyaris terlambat dan kurasa kelas akan dimulai, maka, dengan langkah setengah berlari aku segera menuju ke ruangan kelasku, tak mempedulikan mereka yang menatapku dan sebagian menertawai keburu buruan ini.Ternyata di sana, orang yang aku harapkan sudah hadir dan duduk di bangku dosen. Aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam lalu meminta maaf atas keterlambatanku."Selamat pagi Maafkan saya yang terlambat datang," ujarku sambil menunduk hormat."Uhm, Apa yang membuatmu datang terlambat, Hassa?" Duh, jantungku seolah berhenti berdetak ketika mendengar pria pujaanku menyebut nama ini."A-anu ...""Kesiangan Kak, kurasa semalam dia telah begadang untuk menonton drama Korea, sehingga terlambat kuliah."Seorang temanku yang isen

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   1. yusuf

    Hidupku sempurna sebelum bertemu dia, dia yang punya pesona dan tatapan mata yang membuat seluruh isi kota meleleh jatuh cinta, sayangnya dia sangat dingin, cenderung seperti ular yang berbisa, diganggu sedikit saja dia akan marah.Bukan hanya marah, dia akan menghajar siapa saja yang menghalangi langkah atau keinginannya, dia populer dan jadi bahan pembicaraan dari kaum muda sampai ibu ibu tua. Karena ketampanan pesonanya juga karena kengerian yang diciptakannya, dialah Yusuf Akbar, pria yang akhir akhir ini selalu berpapasan denganku di jalan menuju tempat kuliah. Malas sekali rasanya, apalagi tatapan itu seolah menusuk ulu hatiku, tapi apa boleh buat hanya itu satu satunya jalan ke universitas dan parahnya Yusuf kerap duduk dan berjaga di sana bersama para anak buahnya.**"Hassa, apa kau sudah siap?" tanya Bunda di bawah sana, aku yang masih terlelap di bawah selimut bulu yang hangat langsung tersentak dan melirik jam weker di samping tempat tidurku."Astaghfirullah aku kesiangan!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status