Share

5. silau

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-07-14 16:21:33

Setelah kembali ke gedung kampus, Aku membaur dengan beberapa sahabat dan teman sekelasku, kami bercanda sambil membahas tugas kuliah yang tidak ada habis-habisnya.

Ada Reka,  Firda, Santi, dan Bagus sahabat terdekat yang selalu kompak untuk mendukung dan kami tidak pernah saling meninggalkan sejak SMA.

"Eh, kamu tahu enggak kalau nanti malam ada pesta pembukaan pameran seni kampus kita," cetus Santi.

"Masak sih, aku kurang update karena mungkin terlalu sibuk dengan urusan danntugas kuliah," jawabku.

"Halah, sok sibuk, akhir-akhir ini tugas kuliah sudah berkurang tapi kamu masih tetap sibuk aja, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Bahkan hang out dengan kami aja udah jarang kamu lakukan?" tanya Bagus menyela.

"Aku membant Bunda di rumah dengan beberapa pesanan kue kering."

"Oh, kerennya anak Sholeha," balas Reka. 

Sebenernya nya aku tidak begitu sibuk, namun akhir-akhir ini aku lebih suka berdiam di rumah sambil menikmati rasa kasmaran sendiri terhadap  Kak Gerald, ditambah kegalauanku tentang preman yang sudah tiga hari berturut-turut menemuiku tentu ada ketegangan sendiri di sana bagaimana cara mengatasinya.

"Tapi ... Dengar-dengar kamu pernah ketemu Yusuf Akbar ya?"

Hah, darimana mereka tahu? Gawat ini.

"A-apa Y-yusuf akbar, preman besar itu ya, ah mana mungkin, melihat bayangannya saja aku sudah kabur duluan."

"Tapi pagi tadi kamu terlihat berbincang-bincang dengannya," sanggah Firda.

"Gak mungkin, salah orang kali," bantahku kukuh.

"Gak mungkin salah orang, orang pakaiannya juga ini," tambahnya sambil menjawil gamisku.

"Eh, ngapain juga aku ngobrol dengan dia, mau bunuh orang apa transaksi?" tanyaku sinis sambil memutar bola mata, membuat sahabatku tertawa.

"Kali aja itu preman naksir sama kamu, apalagi dia adalah preman yang tatapan matanya membuat siapa saja meleleh."

"Ralat ya, yang meleleh boleh semua orang tapi kecuali aku," balasku dengan dada berdebar, ada getaran tersendiri ketika membicarakan kontradiksi, jujur setiap kali tatapan mata kami bertemu seolah-olah ada gelombang yang bergemuruh di dalam dadaku.

Dalam hati diam-diam aku berdoa agar mereka berhenti membicarakan pria yang sudah dua malam ini membuatku tak bisa tidur.

"Woy, ngapain termenung?!" sentak Firda lagi 

"Gak ada, sedih aja aku difitnah ketemu sama Yusuf Akbar."

"Pokoknya taruhan aja ya kalau ternyata cewek yang di dekati yusuf Itu bukan kamu aku rela deh nyerahin iPhone 12 aku, tapi kalau ternyata benar maka kamu harus serahkan motor kamu."

"Allahu akbar, taruhannya besar sekali," gumamku pelan.

"Itu karena aku berani bertaruh, karena aku yakin bahwa  itu benar-benar kamu."

"Ya elah masa sih gadis sekalem dan sealim dia dekat sama preman, apa kata dunia bray?" timpal Bagus dengan mimik wajah yang lucu dipandang.

"Iya, betul, Aku sih gak berani ya," balasku dengan suara bergetar, padahal Yusuf sudah pernah menyentuh kakiku, ah, berdebar lagi dadaku ini.

Lagi asyik mengobrol dan berdebat tiba-tiba Kak Gerald datang lagi dan membawa sebuah kertas di tangannya.

"Maaf aku lupa menyampaikan undangan pentas seni malam ini untukmu," ujarnya sambil menyerahkan amplop dengan warna keemasan itu. Aku tersenyum setengah tersipu menerimanya sedangkan teman-teman ku tertawa menggoda sambil sesekali menyenggol bahuku.

"Cie, yang diundang cowok idaman," goda Sabahat wanitaku sambil mengerlingkan mata.

"Btw aku juga ngundang kalian semua, datang ya, kalo bisa bawa sahabat dan teman kalian juga," ungkap Kak Gerald dengan senyum menawan.

"Iya, Kak, pasti."

"Aku jemput kamu nanti ya, Hassa," ujarnya sambil memandangku.

"Eh, anu, gak usah Kak, aku datang sendiri aja," jawabku gugup.

"Kamu tamu undangan khusus, jadi aku perlakukan kamu dengan baik," jawabnya sambil berlalu pergi.

Ah, hatiku berbunga-bunga rasanya, hingga pipi ini merona dan jiwa ini menghangat oleh perhatian yang tidak terduga.

Apakah yang terjadi sekarang hanya mimpi? atau jawaban dari doa di sepertiga malam yang aku panjatkan, betapa aku sangat menyukai kakak tingkatku itu. 

"Terima kasih ya Allah," bisikku di dalam dada.

**

Sepulang kuliah, kutunggu kak Gerald yang katanya hendak mengajakku pulang bersama. Namun sedang asyik berdiri dan mengedarkan pandangan di halte depan kampus tiba-tiba berhenti di hadapanku dan aku tahu seseorang di balik helm itu.

"Ayo naik," ujar orang itu sambil mengisyaratkan agar aku naik ke jok belakang, aku melirik jok yang sangat kecil itu dan membayangkan jika aku naik maka tubuh kami akan saling berdempetan.

Naudzubillah, ya Allah.

Membayangkan begitu dekat dengannya saja membuatku bergidik, ia memang bukan tipe orang yang kuidamkan untuk bisa berdekatan.

"A-anu, Aku harus menjemput beberapa tugas di rumah teman dan pergi ke perpustakaan," jawabku gugup.

"Kalau begitu ayo naik," balas pria yang memakai jaket kulit berwarna coklat, celana jeans sobek di bagian lutut dan sepatu boot kulit. 

"Tidak usah aku akan naik bis aja."

"Kau menolakku?!" Dia bertanya dengan suara begitu lantang sedangkan orang-orang yang berdiri tidak jauh dari sana langsung menatapku.

Selagi aku sedang berada di dalam ketegangan mobil Kak Gerald keluar dari pintu gerbang dan aku langsung berlari ke arah mobil itu.

"Maaf duluan ya, Bang," kataku sambil melambai kecil dan langsung buru-buru menghilang dari hadapannya. Pria itu terdengar mengatakan sesuatu namun aku tidak menyimaknya, bodo amat.

Tanpa banyak bicara aku langsung naik ke atas mobil Kak Gerald, sementara pria yang sedang menunggu di dalam mobilnya itu hanya tersenyum dan tidak banyak bertanya, dia tidak curiga mengapa aku terlihat begitu tegang dan tidak mampu mengatur nafas.

*

Malam hari, kalau aku kenakan jilbab  plisket yang baru kubeli dari sebuah online store, gamis dengan  lapisan kain yang cantik, serta sebuah Bros menghias di bagian depan jilbab.

"Kamu mau ke mana Nak?" Tanya ibu yang melihat kau dengan tatapan berbinar ketika turun dari kamar.

"Mau ke pembukaan pentas seni Bunda."

"Kayaknya kamu ingin bertemu dengan seseorang spesial sehingga terlihat sangat cantik."

"Gak kok Bund, aku pergi sama Reka Firda dan Santi."

"Ah, jangan percaya Bund, dia pasti bohong," timpal adikku yang langsung membuat Bunda tertawa.

"Kamu ya, selalu ngisengin Kakak," gumamku menggerutu.

"Bukannya kakak selalu bilang nggak punya pacar padahal diam-diam Kakak sedang naksir seseorang, aku tahu loh Kak kalau Kakak suka menulis namanya di dalam buku diary kakak," jawab adikku yang membuatku sukses membulatkan mata dan memberinya isyarat agar menghentikan kalimatnya karena ada Ayah yang tiba-tiba bergabung di dekat kami.

"Eh, ngomong apa kamu dek?" tanya ayah.

"Ini yah, dia ngaku nggak punya pacar padahal aku yakin dia pasti punya buktinya dia cantik sekali. Biarin aja kalau dia nggak ngaku biar aku sumpahin dia pacaran sama orang yang paling dia benci!" Ungkap adikku sambil mengangkat wajah dan berlari dan tertawa.

Aduh, kenapa ucapan adikku membuat dada ini tiba-tiba berhenti berdetak, seram sekali sumpahnya.

"Amit-amit kalau si Yusuf yang menyukaiku, aku lebih memilih menjadi sendiri," batinku.

Tak lama kemudian mobil Kak Gerald datang dan dengan senyum paling indah aku menyambutnya dan langsung bergabung ke dalam mobilnya.

"Makasih udah jemput Kak," ujarku lembut.

"Iya, dong, aku terlalu bodoh jika tidak menjemputmu, kamu tahu tidak bahwa kamu seperti mutiara di tumpukan pasir, Aku menyesal tidak menyukaimu dari dulu," bisiknya. Wajah pria itu sambil mendekat dan menggenggam tanganku.

Allahu Akbar ... apakah ini rasanya jatuh cinta, dan apakah yang dia utarakan adalah pernyataan cinta? Ah, aku berbunga bunga.

Namun tak lama bunga-bunga yang baru bersemi di hatiku, tiba-tiba layu ketika seberkas cahaya  yang begitu terang ditembakkan ke arah kaca depan mobil Kak Gerald, mood romantis yang baru saja terbangun, tiba-tiba ambyar karena aku melihat di balik kesilauan  itu, orang yang melakukannya adalah Yusuf Akbar.

Argggg ... sial!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   6. tak lagi

    "Siapa dia?" tanya Gerald sambil berusaha menghalau sinar yang silau ke wajahnya."Kamu gak tahu Yusuf Akbar?" tanyaku berdebar."Siapa?""Dia preman.""Terus kenapa ngikutin kita?" "En-enggak tahu," jawabku gugup.Kulihat wajah Yusuf Akbar menatapku dengan tajam, bahkan sangat tajam, namun tidak ada ekspresi apapun setelah itu, dia menjauh dan memacu motornya dengan kencang, membuatku bingung sebenarnya apa dan kenapa dengannya.Sesampainya di tempat pesta, kami membaur dan bercengkerama dengan beberapa orang yang kami kenal, Kak Gerald berpencar denganku setelah teman seangkatannya datang dan mengajaknya membaur ke meja lain, tinggallah aku bersama beberapa teman, duduk dan menyaksikan pentas seni yang sedang berlangsung.Sebenarnya tanpa Kak Gerald pentas seni ini semuanya biasa-biasa saja dan terkesan membosankan. Aku mulai mengantuk dan ingin pulang, namun di penghujung acara tiba-tiba musik menghentak di setiap lampu yang tadinya terang benderang diganti dengan sinar redup

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   5. silau

    Setelah kembali ke gedung kampus, Aku membaur dengan beberapa sahabat dan teman sekelasku, kami bercanda sambil membahas tugas kuliah yang tidak ada habis-habisnya.Ada Reka, Firda, Santi, dan Bagus sahabat terdekat yang selalu kompak untuk mendukung dan kami tidak pernah saling meninggalkan sejak SMA."Eh, kamu tahu enggak kalau nanti malam ada pesta pembukaan pameran seni kampus kita," cetus Santi."Masak sih, aku kurang update karena mungkin terlalu sibuk dengan urusan danntugas kuliah," jawabku."Halah, sok sibuk, akhir-akhir ini tugas kuliah sudah berkurang tapi kamu masih tetap sibuk aja, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Bahkan hang out dengan kami aja udah jarang kamu lakukan?" tanya Bagus menyela."Aku membant Bunda di rumah dengan beberapa pesanan kue kering.""Oh, kerennya anak Sholeha," balas Reka. Sebenernya nya aku tidak begitu sibuk, namun akhir-akhir ini aku lebih suka berdiam di rumah sambil menikmati rasa kasmaran sendiri terhadap Kak Gerald, ditambah kegalauanku

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   4. esok

    Keesokkan harinya aku kembali ke kampus, menyusuri jalan dengan membawa sebuah paper bag berisi jaket dari Yusuf Akbar.Sambil melangkahkan kaki aku berdoa dalam hati semoga tidak ada yang menyadari bahwa aku sedang membawa jaket seorang preman Apa yang akan terjadi akan jadi rumor yang beredar jika mereka tahu bahwa aku kemarin sore sempat mengobrol dan diobati oleh preman yang paling berbahaya di kota ini, mereka akan mengolok-ngolokku menggunakan isu itu dan membuatku jauh dari target pria yang kuidamkan, Kak Gerald.Lagipula diantara banyak gadis yang mengidolakan Kak Gerald, aku adalah satu-satunya mungkin yang paling tergila gila. Senyumnya membuat ku menerawang dan bagaimana cara ia menatap dan berbicara melelehkan perasaanku. Aku mungkin terlalu menyukainya."Hai, kamu ...."Kebalikan badan dengan cepat karena merasa bahwa suara yang memanggilku sudah familiar, ternyata benar dia adalah pria yang sedang aku pikirkan, dari balik kaca mobilnya dia tersenyum dan menyapaku, sekal

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   3. maaf

    "Maaf, aku tidak sengaja," jawabku sambil mengusap air mata. Seumur hidup ayah tak pernah membentakku, mengapa pria ini kasar sekali pada wanita lemah.Aku meringis karena kakiku sakit, kulirik dan celanaku sobek serta kakiku berdarah oleh besi sepeda, dan pecahan beling yang entah dari mana.Hati ini makin sedih setelah mendapati buku dan diktatku jatuh ke dalam kubangan becek dan mereka basah, tentu perasaan ini makin tak karuan, apalagi di dalamnya ada tugas yang belum sempat kusetorkan pada dosen, yang semalam aku sudah begadang mengerjakannya sehingga telat bangun pagi."Oh, ya Allah, astaghfirullahaladzim ...." Aku hanya bisa memunguti bukuku dengan air mata berderai."Kenapa kau mengucap istighfar? apa kau melihatku seperti melihat setan!" ia membentak dan kembali membuatku kaget setengah mati."Bu-bukan ... Bang, saya hanya .....""Hanya apa? Kau sengaja ya, kau di bayar orang untuk menabrakku, hah?!""Astaghfirullah, enggak, Bang." Tubuhku gemetar, takut dan khawatir ia aka

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   2. kampus

    Sesampainya di kampus, langsung menuju ke toilet dan mencoba memperbaiki penampilanku dan membersihkan bajuku yang kata preman berbahaya tadi sudah kotor.Setelah selesai kulirik jam yang melingkar di tanganku di sana sudah menunjukkan hampir pukul 9 pagi, aku nyaris terlambat dan kurasa kelas akan dimulai, maka, dengan langkah setengah berlari aku segera menuju ke ruangan kelasku, tak mempedulikan mereka yang menatapku dan sebagian menertawai keburu buruan ini.Ternyata di sana, orang yang aku harapkan sudah hadir dan duduk di bangku dosen. Aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam lalu meminta maaf atas keterlambatanku."Selamat pagi Maafkan saya yang terlambat datang," ujarku sambil menunduk hormat."Uhm, Apa yang membuatmu datang terlambat, Hassa?" Duh, jantungku seolah berhenti berdetak ketika mendengar pria pujaanku menyebut nama ini."A-anu ...""Kesiangan Kak, kurasa semalam dia telah begadang untuk menonton drama Korea, sehingga terlambat kuliah."Seorang temanku yang isen

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   1. yusuf

    Hidupku sempurna sebelum bertemu dia, dia yang punya pesona dan tatapan mata yang membuat seluruh isi kota meleleh jatuh cinta, sayangnya dia sangat dingin, cenderung seperti ular yang berbisa, diganggu sedikit saja dia akan marah.Bukan hanya marah, dia akan menghajar siapa saja yang menghalangi langkah atau keinginannya, dia populer dan jadi bahan pembicaraan dari kaum muda sampai ibu ibu tua. Karena ketampanan pesonanya juga karena kengerian yang diciptakannya, dialah Yusuf Akbar, pria yang akhir akhir ini selalu berpapasan denganku di jalan menuju tempat kuliah. Malas sekali rasanya, apalagi tatapan itu seolah menusuk ulu hatiku, tapi apa boleh buat hanya itu satu satunya jalan ke universitas dan parahnya Yusuf kerap duduk dan berjaga di sana bersama para anak buahnya.**"Hassa, apa kau sudah siap?" tanya Bunda di bawah sana, aku yang masih terlelap di bawah selimut bulu yang hangat langsung tersentak dan melirik jam weker di samping tempat tidurku."Astaghfirullah aku kesiangan!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status