Share

Bab 4

Author: Zhar
last update Last Updated: 2024-09-05 15:03:11

"Besok pagi jam delapan, berkumpul di bawah Plaza Mutiara. Taman kanak-kanak akan membawa anak-anak untuk makan,kamu hanya perlu mengantarkan Sisi ke sana!"

Fikri mengucapkan "terima kasih", setelah itu menutup telepon.

Kemudian, Fikri mandi dan pergi tidur dengan menyetel alarm pada pukul setengah tujuh pagi.

Setelah selesai membuat sarapan, dia mengendarai kendaraan roda tiga untuk mengantarkan Sisi ke Plaza Mutiara.

Ketika melihat jam, sudah menunjukkan jam 7.50.

Sebagian besar orang tua dari taman kanak-kanak sudah berkumpul di sana. Banyak mobil mewah terparkir di area

parkir, dari Mercedes-Benz hingga Volkswagen Passat. Oleh karena itu, ketika kendaraan roda tiga Fikri muncul di Plaza Mutiara, banyak orang tua menatapnya dengan tatapan merendahkan.

"Bukankah dia adalah orang tua yang berutang biaya sekolah? Bagaimana dia bisa ikut dalam perjalanan ke luar kota kali ini?"

"Tidak tahu apa yang dipikirkan taman

kanak-kanak, seorang anak dari orang tua seperti ini seharusnya tidak bisa masuk ke taman kanak-kanak kita, bukan? Ini sangat menurunkan standar kita!"

"Ya, benar, ada murid seperti ini, akan sangat mempengaruhi orang lain!"

Sejumlah orang tua mulai berbisik. Disana, Fikri sedang memarkirkan kendaraannya dan memberikan tas kecil kepada Sisi.

"Sisi, kamu harus mendengarkan perkataan Bu Guru dan tidak boleh berlari kesana-kemari. Ingatlah untuk memegang tangan guru ketika menyebrangi jalan, apakah kamu mengerti?"

Fikri berpesan pada Sisi.

Sisi mengangguk dengan serius dan masih memegang stroberi dengan tangannya yang gemuk. Dia menatap ayahnya dengan matanya yang bulat dan bertanya dengan suara manis, "Ayah,

apakah benar stroberi ini ditanam sendiri oleh Ayah? Apakah Sisi masih bisa makan stroberi setelah pulang?"

Fikri mengelus kepala Sisi dengan penuh kasih sayang, "Ya, kemarin Ayah sudah berjanji pada Sisi, mulai sekarang, Ayah akan memberikan semua yang Sisi inginkan dan butuhkan!"

Mata Sisi langsung bersinar, dia memegang wajah Fikri dengan tangannya yang gemuk dan memberikan ciuman pada Fikri.

"Sisi sayang Ayah! Sisi juga ingin membuat Ayah bahagia!"

Fikri benar-benar merasa sangat bahagia, ia menggendong Sisi dan berjalan menuju Bu Lili.

"Bu Lili!"

Ketika Sisi melihat Bu Lili, ia berlari ke arahnya dengan cepat, kakinya yang pendek melompat ke arah Bu Lili dan memeluknya dengan erat.

"Bu Lili, ini stroberi yang ditanam sendiri oleh ayahku, sangat enak! Bu Lili harus mencobanya!" Lengan kecil itu berjuang untuk mengangkat sekantong stroberi.

Bu Lili segera mengambilnya sambil tersenyum, ia membuka kantong di depan mata Sisi dan langsung terkejut!

"Wah! Stroberinya besar sekali! Tampaknya sangat enak!"

Awalnya Bu Lili membuka kantong hanya untuk menghibur Sisi agar tidak sedih, tapi ia kaget saat melihat stroberi

di dalamnya! Stroberi yang ada di dalam kantong seukuran kepalan tangan, terlihat sangat segar dan merah menggoda, membuatnya tak bisa menahan diri mengambil satu biji

dan mencicipinya.

"Ya ampun! Stroberi ini sungguh sangat enak!"

Bu Lili berseru dan menunjukkan ekspresi kagum, hampir tanpa terkendali, ia menggigit gigitan kedua, ketiga Tanpa sadar, ia memakan seluruh stroberi seukuran kepalan tangan itu!

"Bu Lili, stroberi yang ditanam ayahku memang sangat lezat!"

Sisi membusungkarn dadanya dengan bangga.

Huh!

Ayahnya sangat hebat!

Selain bisa mengirimkan paket, ia juga bisa menanam stroberi!

"Ya, sangat enak!"

Bu Lili mengelus-elus kepala Sisi dan menggendongnya.

Di samping, ada orang tua murid yang mendengus dingin, "Membeli sedikit stroberi sudah mau menyuap Bu Guru?

Lebih baik gunakan uang itu untuk membayar biaya perjalanan kali ini!" Pada saat ini, Fikri mengeluarkan amplop dari kantongnya dan memberikannya kepada Bu Lili.

"Ini adalah biaya perjalanan kali ini, selain itu ada biaya seragam dan biaya makan Sisi. Bu Lili, silakan Anda hitung."

Amplop itu terlihat tebal, sangat jelas ada banyak uang di dalamnya. Para orang tua di sekitar tercengang. Bukannya orang ini hanya seorang pengantar paket? Sudah gajian?

Kenapa tiba-tiba mengeluarkan uang sebanyak ini?

Bu Lili kaget dan segera menurunkan Sisi, ia mengambil amplop itu, membukanya dan melihat isi dalamnya, raut wajahnya sedikit berubah! Di dalamnya kira-kira ada dua puluh juta!

"Ini sudah terlalu banyak! Taman kanak- kanak kami sama sekali

"Kalau terlalu banyak, Anda bisa mengaturnya untuk bayar biaya sekolah, atau disimpan untuk kegiatan Sisi selanjutnya juga boleh."

Fikri tersenyum, "Anda juga tahu, aku sendiri sangat sibuk bekerja, untungnya ada Anda yang membantu menjaga Sisi, uang ini Bu Lili pegang saja, kalau sudah habis aku

akan memberikannya lagi, bagaimana menurut Anda?"

Bu Lili sangat terkejut, ia memegang tumpukan uang tebal di tangannya dan perasaannya sedikit rumit.

"Aku akan merawat Sisi dengan baik, kamu tidak perlu khawatir!" Bu Lili berkata dengan serius.

Orang tua murid di samping menjadi agak tidak nyaman.

Pemuda miskin ini, berdasarkan apa dia bisa mendapatkan perlakuan istimewa dari Bu Lili yang cantik ini?

"Apakah stroberi ini benar-benar begitu enak? Bu Lili, Anda sudah sedikit pilih kasih!"

Seorang orang tua murid berkata sambil tersenyum, tapi kata-katanya jelas penuh dengan makna menyindir.

Bu Lili juga tidak banyak bicara, ia menyodorkan kantong di tangannya dan berkata sambil tersenyum, 'Ayahnya Yopi, kamu bisa mencobanya sendiri!" Ayahnya Yopi menerima kantong itu

dengan ragu-ragu, mengambil satu stroberi dan menggigitnya. Seketika mata ayahnya Yopi terbelalak, ia terkejut dan tidak percaya! "Di mana kamu membeli stroberi ini? Ini sungguh sangat enak!" Yopi dengan ragu-ragu menarik tangan

ayahnya, menggigit dan mengunyah stroberi itu, mata kecilnya langsung terbelalak!

"Ayah! Stroberi ini enak sekali!" Sisi menggandeng tangan Bu Lili dan berkata kepada Yopi dengan bangga dan serius, "Aku tidak berbohong, bukan! Aku makan stroberi dan rasanya sangat enak! Ini ditanam oleh ayahku sendiri!"

Melihat ini, Fikri tersenyum dan melihat jam sekilas, kemudian ia segera berpamitan kepada Bu Lili.

"Aku pergi bekerja dulu, sore nanti aku akan datang ke sini lagi untuk menjemput Sisi, maaf sudah merepotkan Bu Lili!"

"Tidak masalah, Sisi adalah muridku, aku akan menjaganya dengan baik!".

Setelah berpamitan dengan Bu LiLi, Fikri langsung mengendarai kendaraan tiga rodanya ke tempat atasannya.

"Hari ini kamu datang agak terlambat, Fikri, tugasmu di sana, apakah kamu melihatnya? Hari ini kira-kira ada lima atau enam mobil!" Atasan Fikri melambaikan tangan padanya.

kemudian pergi untuk menghitung paket hari ini. Fikri menggosok-gosok tangannya dengan sedikit tidak enak, ia berkata kepada atasannya.

"Pak, hari ini aku datang untuk mengundurkan diri, aku tidak ingin lagi mengantar paket!" Atasannya terkejut, lalu meletakkan kertas dan penanya, ia mengira dirinya salah dengar!.

"Kamu mau mengundurkan diri? Fikri, kamu tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman, bagaimana kamu bisa bertahan hidup di Kota Dakarta ini? Kalau kamu tidak puas dengan gajimu, aku akan menaikkannya sedikit, bagaimana menurutmu?" Fikri segera menggelengkan kepala,"Bukan masalah uang, aku tidak ingin

bekerja di industri ini lagi. Sisi semakin besar, aku ingin mencari pekerjaan lain yang lebih bebas, sehingga aku memiliki Lebih banyak waktu untuk menemaninya."

Setelah Fikri selesai mengatakan itu, beberapa rekan kerjanya langsung tertawa terbahak-bahak.

"Fikri, kamu masih muda, kenapa begitu tidak bisa menahan penderitaan? Kalau kamu tidak mengantar paket, apa yang ingin kamu lakukan?" Rekan kerjanya, Didi, menghisap rokoknya dan berkata, "Anak muda, cobalah sedikit kejam terhadap diri sendiri, setelah mengumpulkan uang yang cukup baru mengundurkan diri dan kembali ke kampung halaman, saat itu putrimu sudah besar, kamu juga akan merasa lebih ringan!"

"Aku berencana membuka kios buah!" Jawab Fikri, sambil memberikan seragam dan kartu kerjanya kepada

atasannya, "Dengan demikian, aku akan memiliki lebih banyak waktu luang dan bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Sisi." Setelah Didi mendengar itu, dia langsung tertawa terbahak-bahak.

"Apakah kamu tidak memiliki mimpi lain? Kamu akan dikejar-kejar oleh petugas kebersihan setiap hari kalau membuka kios. Apakah itu lebih baik daripada mengantar paket?"

Fikri awalnya ingin menjelaskan lebih lanjut, tapi bagaimana ia bisa memberi tahu orang lain tentang keberadaan ruang miliknya? Kemudian dia tidak mengatakan apa- apa lagi, hanya tersenyum dan menyerahkan surat pengunduran diri.

Setelah menerima gaji yang diberikan, ia mengucapkan selamat tinggal pada atasannya dan yang lainnya. Fikri menyimpan gaji sebesar sepuluh juta dengan baik, lalu pergi ke tempat sepi

dan memasuki ruangnya untuk memetik dan mengisi kendaraannya dengan stroberi. Kemudian Fikri pergi ke kompleks

perumahan tempat dia pertama kali pergi kemarin.

"Hei, kamu akhirnya datang juga!" Sejumlah orang berkumpul di pintu masuk kompleks perumahan, ketika mereka melihat kendaraan Fikri dari jauh, mereka segera mendekat! Fikri terkejut!

Ada apa ini?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 66

    Fikri menggenggam artefak itu lebih erat. Di tangannya kini bukan hanya sekadar kunci rahasia tapi juga sumber kekuatan yang entah datang dari mana, yang mungkin bisa menjadi penyelamat... atau penghancur. “Kalau begitu,” kata Fikri perlahan, menahan gemetar dalam suaranya, “kau harus melewatiku dulu.” Pria itu tertawa pelan, langkah kakinya bergema di ruang bawah tanah yang dingin dan sunyi. “Itu memang rencanaku sejak awal.” Ia mengangkat tangan, dan dari balik jasnya muncullah senjata kecil dengan cahaya merah berkedip di sisinya—teknologi canggih, jelas bukan milik orang biasa. Tapi sebelum pria itu sempat menekan pelatuk, artefak di tangan Fikri mulai berdenyut. Simbol-simbol di permukaannya menyala lebih terang, dan seketika, cahaya biru menyambar keluar dari benda itu, membentuk semacam pelindung energi yang melingkupi tubuh Fikri. Sinar itu menghantam pria tersebut dan melemparkannya ke dinding dengan keras. Ia jatuh dengan suara dentuman, pingsan seketika. Fikri terd

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 65

    Fikri duduk di ruang kerjanya, menatap peta yang terhampar di hadapannya. Setiap garis, setiap titik, dan setiap jalur yang ada di sana seolah-olah menyimpan rahasia yang lebih dalam dari yang ia bayangkan. Perjalanan yang baru saja dimulai tampaknya akan mengarah ke arah yang tidak terduga. Sesuatu yang lebih gelap, lebih berbahaya, dan lebih berisiko daripada yang ia kira.Di luar, suasana malam semakin gelap, tetapi Fikri tahu bahwa ini bukan waktunya untuk beristirahat. Apalagi setelah lelang yang sukses, dunia yang ia masuki semakin sempit. Semua orang menginginkan sesuatu darinya—dan tak sedikit yang siap menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Fikri menoleh, melihat nama yang tertera di layar: Asha. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengangkatnya."Asha," kata Fikri, suara serius namun penuh rasa ingin tahu. "Ada apa?"Asha terdengar sedikit cemas. "Kita tidak punya banyak waktu. Mereka mulai bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 64

    Beberapa hari setelah lelang, Fikri merasa angin perubahan berhembus kencang. Ada sesuatu yang telah ia keluarkan ke dunia, dan meski perasaan puas menyelimuti dirinya karena harga yang ia dapatkan dari lelang tersebut, ia juga tahu bahwa hal itu hanya permulaan dari sesuatu yang jauh lebih besar. Penawarannya berhasil, tetapi harga yang dibayarkan—baik secara finansial maupun psikologis—belum sepenuhnya ia pahami.Di ruang kerjanya, Fikri duduk di depan meja besar yang penuh dengan dokumen dan catatan penting. Pikiran-pikirannya melayang jauh, kembali ke percakapan dengan para pengusaha yang hadir di lelang. Ada yang tampak tertarik, ada juga yang ragu-ragu. Namun satu hal yang pasti, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ia sembunyikan.Chelsea menghubunginya melalui telepon, menyadari kegelisahan di balik keputusan besar yang Fikri buat. "Kamu yakin sudah siap, kan?" tanya Chelsea dengan nada khawatir, meskipun ia tahu Fikri tak akan membiarkan apa pun mengganggu rencananya.Fikri

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 63

    Keputusan Fikri untuk menanam apel langka itu tidak hanya menarik perhatian ruang ajaibnya, tetapi juga memunculkan pertanyaan yang lebih besar di benaknya: apakah ruang itu benar-benar bisa mengubah nasibnya, atau justru mengarahkannya pada jalan yang tidak bisa ia kendalikan? Apakah dia sudah cukup siap dengan semua yang akan datang?Beberapa hari setelah menanam apel tersebut, Fikri mulai merencanakan langkah selanjutnya. Ia tahu bahwa dunia di luar sana tidak akan membiarkannya tenang, terutama dengan potensi yang tersembunyi dalam ruang ajaib dan kekuatan buah langka yang baru saja ia temukan. Ketika tawaran lelang datang dari sebuah perusahaan besar, Fikri merasa ini adalah kesempatan untuk menguji apakah dunia luar bisa menerima ‘keajaiban’ yang ada dalam hidupnya, atau justru menghancurkannya.Perusahaan itu, Sura AgriCorp, dikenal luas karena kemampuannya dalam meneliti dan mengembangkan produk pertanian eksklusif. Mereka menawarkan lelang khusus yang hanya dihadiri oleh sege

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 62

    Pertarungan terus berlangsung dalam gelap malam, hanya diterangi oleh cahaya temaram dari lampu teras dan kilatan ponsel yang tak sengaja menyala. Asha dan timnya bekerja cepat dan senyap, seperti bayangan yang menari di antara suara benturan dan teriakan teredam. Fikri tetap menjaga pandangannya pada Raymond, yang meski mulai goyah, tidak kehilangan keangkuhannya. Raymond mundur satu langkah, wajahnya masih tersenyum tetapi matanya mulai mencari jalan keluar. “Kau pikir ini sudah berakhir? Ini baru permulaan, Fikri. Aku bukan orang bodoh yang datang hanya dengan satu rencana.” Tiba-tiba, terdengar ledakan kecil dari sisi timur rumah. Asap putih menyelimuti bagian taman, membuat pandangan terganggu. Asha langsung memberi perintah, “Asap gangguan! Tetap waspada, mereka mungkin membawa senjata!” Benar saja, dua dari lima pengawal Raymond yang semula tumbang, bangkit kembali dan mulai menembakkan peluru karet ke arah Asha dan timnya. Namun Fikri telah mengantisipasi kemungkinan itu. I

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 61

    Raymond menatap Fikri dengan tatapan tajam, seolah-olah mengetahui setiap langkahnya. Fikri bisa merasakan ketegangan di udara—sebuah ancaman yang tak terucapkan, namun jelas terasa. Semua ini bukan lagi hanya soal anggur atau bisnis. Ini adalah permainan yang lebih besar, yang melibatkan nyawa dan masa depan keluarganya."Kenapa kau datang ke sini, Raymond?" tanya Fikri, suara tenang namun dipenuhi perhitungan.Raymond mengangkat bahu. "Mungkin aku datang untuk mengingatkanmu, atau mungkin aku datang untuk menawarmu sebuah 'kesepakatan'. Aku tahu betul apa yang kau simpan di ruang rahasiamu. Tapi aku juga tahu, kau bukan tipe yang mudah dibujuk.""Kesepakatan?" Fikri mendengus, tidak terpengaruh. "Aku tidak butuh tawaran dari orang seperti kamu."Raymond melangkah lebih dekat, seolah tidak peduli dengan jarak yang ada di antara mereka. "Jangan terlalu percaya diri, Fikri. Kau punya banyak hal yang orang-orang seperti aku inginkan—termasuk informasi tentang ruang itu. Anggurmu bukanla

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status