Share

Bab 6 (Di luar batas)

Sesampainya di rumah aku memilih langsung masuk ke kamar.

Rasanya menyakitkan sekali.

Pipiku terasa perih, tapi tak seperih perasaanku.

Masih teringat jelas kejadian di rumah Ibu tadi.

Suami yang aku harapkan menjadi pelindung justru diam tak bergeming saat Ibunya mengeluarkan bisa beracunnya.

Dia diam bak patung tak bernyawa tanpa bisa melakukan apapun.

Jelas sekali janjinya di jalan tadi, untuk menangani Ibunya adalah omong kosong belaka.

Aku menangis sejadi-jadinya. Mengeluarkan air mata dan rasa sakit yang sejak tadi kutahan.

Di mana letak salahku yang piatu ini?

Bukan inginku ditinggal mati oleh Ibu kandung sendiri.

Bukan mauku tidak mendapat didikan penuh dari Ibu yang melahirkanku.

Apakah aku harus menyalahkan takdir atas garis tangan yang aku terima kini?

Picik sekali cara berpikir Ibu mertua. Menyalahkanku atas kematian Ibu yang melahirkanku.

Jika ingin menyalahkan, kenapa harus aku, kenapa dia bukan menyalahkan takdir saja!

Aku menangis dengan meng
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status