Share

Bertahan 15 tahun

Melihat nominal gaji yang di tawarkan, posisi karir yang menjanjikan, dan kehidupan yang sangat jauh dari kata 'susah' membuat Shinta menandatangani perjanjian itu tanpa banyak bicara lagi.

Setelah Arlan menjelaskan semua poin-poin penting dalam perjanjian mereka, dan menegaskan bahwa Shinta akan menjadi istri sah Leon, yang tidak akan pernah di sentuh oleh pria muda yang tidak mampu melakukan apapun, selain mengecup dan membelai istrinya jika sudah menikah.

Justru Shinta akan merasa aman, jika dia memiliki suami baru, ataupun menjalin hubungan dengan pria luar setelah pernikahan kontrak ini selesai, tentu ketika Leon menutup mata.

Arlan lagi-lagi menatap Shinta penuh harap, setelah mereka menandatangani perjanjian tersebut, "Apa yang kamu pikirkan setelah ini? Apakah putra ku akan bertahan lebih dari 15 tahun seperti yang kamu ceritakan padaku? Aku ingin dia bahagia telah menikah dengan mu, kemudian kalian memiliki seorang anak ..."

Sesaat Arlan terdiam sejenak, ia mengalihkan pandangannya kearah lain, karena tidak ingin melanjutkan pembahasan tentang keturunan.

Namun, Shinta seperti tergoda untuk melakukan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Arlan.

Shinta tertawa kecil, mendengar tuntutan anak dari bibir Arlan, ia bertanya meyakinkan dirinya sendiri, "Apakah Anda menginginkan seorang cucu, Tuan? Atau hmm, jangan-jangan Anda menginginkan seorang baby yang sangat lucu dari saya?" godanya.

Arlan menggelengkan kepalanya, dia merasa sedikit tertarik dengan permainan kata seorang gadis bernama Shinta yang duduk disampingnya.

"Hmm jujur yah. Karena saat saya kehilangan Yasmin, saat itu pulalah saya kehilangan separoh hidup saya. Di tambah kondisi Leon yang tidak dapat dipisahkan dari obat-obatan, dan mengakibatkan kemandulan, bahkan saya sudah bisa menebak, kamu juga mengetahui bagaimana kondisi Leon. Ya, beginilah takdir hidup saya," tunduknya.

Entah keberanian dari mana, yang ada dalam benak Shinta hanyalah ingin membahagiakan Arlan melalui Leon, ia berkata sangat pelan sambil menggenggam erat jemari duda beranak satu tersebut, "Saya siap memberikan keturunan untuk Anda, Tuan. Tanpa sepengetahuan Leon. Saya akan menjaga rahasia ini, karena jujur saya menginginkan Anda ..."

Arlan tersentak mendengar ucapan Shinta yang sangat berani, dan lebih frontal. Dadanya bergemuruh, iman mulai goyah.

Bagaimana mungkin seorang Arlan akan meniduri menantunya sendiri, walau dia mengetahui Leon tidak akan menyadari hal itu. Tapi ini merupakan satu pengkhianatan yang dilakukan oleh seorang istri sah dengan sangat sadar.

Arlan melepaskan tangannya dari genggaman Shinta, hanya bisa tersenyum tipis, menatap iris mata gadis yang semakin lama semakin mendekatkan wajahnya.

Shinta hanya terlihat benar-benar sangat menginginkan Arlan, dia ingin pria tampan itu masuk dalam pelukannya. Apapun akan dia lakukan demi menundukkan hati seorang Arlan.

Perlahan Shinta menggerakkan bibirnya, menatap lekat mata elang milik Arlan yang masih menunggu apa yang akan di lakukan gadis itu padanya ...

"Bolehkah saya mencium bibir Anda, Tuan?"

Pertanyaan yang hanya dapat di dengar oleh Arlan, seketika membuat pria gagah itu menelan ludahnya sendiri. Banyak ia temui wanita lebih berani dari Shinta, namun hanya gadis ini yang menawarkan kesucian senilai satu milyar untuk dirinya melalui, Leon.

Arlan menyandarkan tubuhnya di kursi restoran, dia tidak ingin bermain-main kali ini. Karena tidak pernah terpikir olehnya untuk mengambil keuntungan dalam sakitnya seorang Leon.

"Maaf Shinta. Di surat perjanjian kita, tidak ada tertulis bahwa kamu akan menjadi ibu dari anak saya. Saya tidak ingin merusak masa depan mu, hanya untuk sebuah nafsu. Saya minta maaf."

Arlan kemudian berdiri, menuju kasir untuk membayar beberapa makanan mereka, dan kembali menghampiri Shinta.

"Hmm apakah kamu akan tinggal di restoran ini? Atau ikut dengan saya?"

Shinta tersentak dari lamunannya, jujur kali ini dia sangat malu, karena telah berani menggoda seorang Arlan Alendra yang ternyata tidak semudah yang ia pikirkan.

"Gila ... Tuan Arlan benar-benar berbeda dari pria lain. Dia sangat berwibawa, bahkan tidak terlihat murahan. Ooogh, aku semakin terpesona untuk terus menggodanya. Apalagi kami akan tinggal bersama, dan membuka satu peluang bagi ku. Aku akan menunjukkan, bahwa aku pantas menjadi istri Leon sekaligus ibu dari anak dari Tuan Arlan. Apapun caranya, aku akan melakukannya ..."

.

Suasana hening di dalam kamar VVIP Mount Elizabeth Singapura, Leon masih belum terjaga, karena masih dalam pengaruh obat-obatan, sementara Arlan tengah duduk di sofa ruangan dengan membaca satu majalah bisnis terbaru.

Arlan juga telah menerima paper bag, yang berisikan dua cincin kawin bertahtakan berlian terbaik, dengan nilai cukup fantastis.

Handphone Arlan berdering, membuat pria itu melirik kearah meja, melihat benda pipih itu menyala, "Mia ..."

[Ya ...]

[Bapak yakin mau menikah kan Leon? Saya turut prihatin yah, Pak? Apakah wanita itu gadis baik-baik, Pak? Hmm saya sudah menerima semua berkas yang masuk atas nama Shinta Bachir, berusia 23 tahun, lulusan S2 kesehatan di London Inggris. Berarti dia wanita yang berprestasi, Pak. Bagaimana jika kita meletakkannya di bagian operasional saja, Pak?]

Arlan menghela nafas panjang, kali ini dia hanya ingin melihat Shinta menjadi wanita terbaik untuk rumah sakitnya.

[Lakukan semua yang saya perintahkan! Jangan di rubah. Saya yang akan bertanggung jawab, bisa jadi tahun depan dia menjadi direktur di sana!]

Arlan menutup telfonnya, meletakkan handphone kembali diatas meja.

Kembali matanya tertuju pada pintu yang akan di buka oleh calon menantunya, kemudian menoleh kearah Leon yang mulai bergerak saat calon istrinya mulai mendekat.

Arlan tersenyum sumringah, bagaimanapun dia merasa lega, karena sebentar lagi akan melihat Leon menikah, dan dapat merasakan sentuhan seorang istri padanya, walau tak kuasa melakukan hal itu.

Leon memanggilnya Arlan, saat melihat Shinta tersenyum dan mengusap lembut kepalanya, "Pi ... apakah yang aku pesan tadi sudah ada?"

Arlan beranjak dari sofa, membawa paper bag, mengeluarkan box yang berisikan cincin untuk sang putra di hadapan Shinta. Membantu Leon untuk segera duduk dan bersandar di kepala tempat tidur rumah sakit ...

"Bagaimana perasaan mu saat ini? Apakah sudah mendingan?"

Leon tersenyum sumringah, wajahnya berseri-seri, terlihat sangat bahagia. Menatap kearah Shinta, mengagumi kecantikan seorang gadis yang berwajah oriental dan sangat imut.

"Nona cantik, ma-ma-maukah kamu menikah dengan Le-le-leon?"

Shinta yang tidak menyangka akan dilamar seperti ini, dia terdiam mematung, bahkan tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata, tenggorokannya terasa mengering, bahkan sangat sulit untuk menelan ludahnya.

"Le-le-leon ... hmm apakah kamu memang seromantis ini? Eee ..."

Shinta menggigit bibir bawahnya, menunduk hormat dan malu, karena di lamar dihadapan Arlan. Yang mana tadi dia telah meminta pria mapan itu untuk menciumnya.

Arlan menatap Shinta penuh harap, dia tidak ingin gadis ini mengecewakan putranya. Dua kali memberi isyarat, agar Shinta mengangguk menerima pinangan Leon.

Leon masih menatap Shinta, sambil menggenggam cincin bermata berlian, yang tampak indah dalam kilaunya.

Shinta mengangguk setuju, memberikan jari tangannya untuk di sematkan cincin indah, yang ternyata sangat cocok di jari manis gadis itu.

Leon menerima pelukan Shinta, dan meminta gadis itu untuk memberikan keningnya hanya untuk mengecup dari jarak dekat.

"Terimakasih sayang. Kamu gadis baik, yang akan merubah seluruh hidup Leon ..."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Juanda Davin
wadauu ...
goodnovel comment avatar
Vivi Kosasih
Shinta bener2x berani y goda Arlan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status