melihat pintu yang begitu besar Saryn merasa sedikit kagum, dan lagi pintu itu seolah terbuka begitu lebar hanya untuk dirinya dan Arga, laki-laki yang kini sedang berjalan lebih dulu di depannya.
“Apa yang kau lihat?” Arga kembali bertanya saat melihat Saryn hanya terdiam mematung melihat kemegahan di kantor itu seolah digenggam oleh laki-laki yang dia tahu telah membunuh kedua orang tuanya.
sedari awal dia menyimpan amarah dan dendam, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena bagaimanapun juga adik satu-satunya kini sedang berada entah dimana. dijadikan sandera untuk kesetiaan dirinya oleh Arga.
Yang dia tahu adalah adiknya kini dalam kondisi baik-baik saja jika selama dia menuruti semua perintah dari Arga dan setia kepadanya. Itu adalah yang dibilang oleh Miss Riri.
“Ehem!” Arga kembali mengambil perhatian dari semua orang yang sedang ribut sendiri itu, ketika Saryn kembali mengembalikan mic kepada Arga dengan cara menjauhi mimbar di tengah podium.seketika suara Riuh tai terhenti dan semua orang terdiam kembali menatap ke arah depan dimana kini Arga sudah kembali berdiri disana.“Aku ingin kalian tau. Itu tadi adalah Saryn dan dia kini akan menjadi sekretaris pribadi saya.”setelah Arga berhenti dari kata-katanya barusan sontak semua orang kembali bingung dan kembali ribut seperti tadi.balum lagi Arga kembali berkata kepada semua orang, “Karena dia adalah sekretaris pribadi saya, jadi aku ingin apapun keperluanku di kantor ini melalui dia.”Kin
Kini akhirnya dengan muka yang sangat lusuh sekretaris Arga berjalan menuju ke ruangan Atasannya itu.Sambil berjalan dia bergumam, “Siapa wanita itu? Aku harus segera mencari tahu apa hubungannya dengan Tuan Arga.”Dia terus saja berjalan meskipun dengan mimik muka yang sangat tampak menyimpan suatu kejengkelan dan menggerutu sendirian.Meskipun begitu dia tidak berani untuk memprotes, Dia kini hanya dengan pikiran yang tidak tentu tetap berjalan menuju keruangan Tuan nya.Sampai akhirnya kini dia berada di depan ruangan Arga, sebelum dia mengetuk pintu dia menarik nafasnya sedikit panjang, dan menata riasan dan rambutnya.suara ketukan pintu akhirnya terdengar, dan Arga
Clarissa yang melihat itu hanya bisa diam dan tersenyum palsu kepada mereka berdua.Setelah Arga meninggalkan ruangan itu barulah Clarissa menatap tajam kearah pintu masuk ruangan Arga. pintu yang baru saja dilewati oleh Arga dan Saryn untuk keluar dari ruangan itu.sementara itu Arga kini berjalan menuju ke lobi kantornya dengan tangan yang tanpa dia sadari masih menarik Saryn untuk ikut dengannya.Arga baru sadar jika dia masih menarik tangan Saryn saat beberapa karyawan memandang mereka.“Maaf,” ucap Arga kepada Saryn dengan tetap dingin seperti sebelumnya. Arga lebih seperti sedang menjaga sikapnya agar tetap terlihat kejam namun berwibawa di hadapan Saryn.“Ehm, Iya” jawab Saryn yang kini be
Clarisa kini mengeluarkan ponselnya sembari dia berjalan kembali ke ruangannya, dia meminta beberapa orang untuk datang ke ruangannya itu.beberapa saat dia terduduk di kursi kerjanya dua orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan datang menemuinya, mereka berdua adalah Staf GA atau General Affair dan satunya kepala bagian pengadaan.kedatangan mereka diminta oleh Clarissa untuk melaksanakan perintah dari Arga sebelumnya yang meminta agar di ruangannya ditambahkan satu meja kerja dan seperangkat komputer untuk Saryn.tentu saja mereka berdua kebingungan mendengar apa yang dibilang oleh Clarissa, bukan tentang penyediaan peralatan, namun lebih ke mereka akan mampu untuk menerima seandainya diminta untuk menyediakan satu ruangan khusus untuk Saryn, gadis manis yang tadi di kenalkan oleh bos mereka sebagai sekreta
Berbeda dengan sebelumnya kini Saryn sedikit lebih tenang, karena kini sedikit demi sedikit sudah mulai bisa menerima jika dirinya memang harus terus berada disana sampai dirinya dibebaskan oleh Arga.Kini Arga mengajaknya untuk masuk kedalam, namun sepertinya Saryn tidak mau karena dia ingin berada di luar untuk sekedar menghirup udara segar.“Masuk!” ucap Arga kepada Saryn.“Aku mau disini saja,” ucap Saryn dengan sedikit jutek kepadanya.“Aku bilang masuk!” bentak Arga kepada Saryn yang kini sedang berdiri di depan pintu kediaman Arga.Kini Saryn benar-benar tahu seberapa besar kediaman Arga, alih-alih mengabaikan teriakan Arga yang menyuruhnya masuk justru Saryn kini menyapukan pandanga
“Nona?” panggil miss Ririn kepada Saryn yang sedang bermain ayunan di pohon besar yang dilihat oleh Saryn tadi.“Iya Bi,” jawab Saryn dengan tersenyum kepada miss Ririn.Saryn begitu tenang di samping miss Ririn, dia merasa seolah sedang bersama dengan ibunya dikala dia berada di samping miss Ririn.Mendengar dan melihat bagaimana cara Saryn menjawab, membuat miss Ririn merasa bahagia dan tentu saja tersenyum karena gemas kepada Saryn.“Sedang apa Nona disini?” tannya miss Ririn.Memang sedari Saryn sampai bersama dengan Arga tadi dia langsung menuju ke ayunan itu saat dia melihatnya, dan memutuskan untuk bermain disana seolah mengenang masa kecilnya.
“Sekarang! Jadilah gadis yang baik jika Kamu ingin adikmu baik-baik saja.”Arga menarik Saryn lebih dekat lagi sambil melipat tangan Saryn di punggung Saryn.“A– Apa maksudmu?” Saryn berbisik, ia tak kuasa mengeluarkan suaranya. Jantungnya kini berdebar hebat.“Adikmu masih aman dalam genggamanku, tapi jika satu kali saja Kamu melakukan kesalahan, nyawanya akan melayang.” Arga berkata tanpa emosi, karena menghabisi nyawa orang bukanlah hal luar biasa baginya.“Kau tidak akan bisa …” Saryn tergagap karena merasakan kecemasan yang tumbuh pada dirinya, Dia merasa tercekik sekarang.“Coba saja!” Bisik Arga.“Kenapa Kau melakukan ini?” Saryn
“Oh, tentu saja Aku tidak lupa dengan apa yang kamu lakukan. Aku hanya mencoba lebih mengenalmu, apa itu salah? Lagi pula, bukankah Aku sekarang adalah milikmu? Ayolah, Aku juga ingin kamu belai, ‘Sayang!” Saryn berbicara dengan nada menggoda penuh ‘Bisa’ sambil memasang ekspresi nakal. dan sesekali menggigit bibir bawahnya dengan binal. Saat ini, yang Saryn lakukan hampir menyerupai apa yang terakhir dilakukan Arga padanya menggunakan moncong pistolnya di rumah tadi. Namun dari situlah Saryn justru menyadari bahwa Arga sebenarnya sangat tampan. Dia memiliki tatapan mata dalam dan intens yang indah, rahang yang tajam juga hidung yang mancung, tapi kebencian yang dirasakan saryn padanya membuatnya buta akan semua keindahan itu. Dalam benak Saryn berkata, andai saja ia bertemu Arga dengan cara yang lain, mungkin dia akan tergila-gila dan pingsan bisa berada sedekat ini dengan Pria yang begitu tampan seperti