Share

Bab 2

Author: Sachie
last update Last Updated: 2021-08-23 22:19:58

Cuaca akhir-akhir ini sangat tidak menentu. Mentari seolah tak ingin menampakkan dirinya, digantikan dengan awan mendung serta diiringi dengan tiupan angin yang cukup kencang.

Siang ini, seperti biasa Tari menunggu kedatangan kakaknya. Kali ini, ia menunggu sendirian karena teman-temannya bergegas untuk pulang, takut hujan terlebih dahulu mengguyur mereka. Untungnya Bayu tidak membuatnya terlalu lama menunggu.

Tari menyambut kedatangan kakaknya dengan sangat gembira. Ia sangat ingin segera sampai di rumah. Sudah tidak tahan diterpa dengan tiupan angin.

“Kenapa, Kak?” tanya Tari ketika melihat Bayu sedikit mengguncang sepedanya. Bayu merasa ada yang tidak beres dan langsung mengecek keadaan sepedanya itu.

“Sepertinya kita harus berjalan sampai menuju bengkel di seberang,” kata Bayu sambil menunjuk ban sepedanya yang sedikit kempes.

Tari mengikuti kakaknya berjalan menuju bengkel sambil mengeratkan jaketnya. Dingin.

Sesampainya di bengkel, Tari hanya bisa menunggu sampai Bayu selesai berurusan dengan si tukang bengkel. Tari mengambil secarik kertas dari dalam tasnya kemudian aksi corat-coret pun dimulai. Ia sangat senang menuangkan hal yang dilihatnya di atas kertas.

Tiba-tiba, angin kencang menerbangkan kertas yang ada dalam genggaman Tari. Tari pun secara refleks mencoba meraih kembali kertas yang tertiup angin tersebut.

***

Bayu merasa sangat tidak enak terhadap adiknya. Pada cuaca yang tidak bersahabat seperti saat ini, Tari pasti ingin segera sampai di rumah. Apa daya sepeda yang biasa membawa mereka pulang-pergi ke sekolah dan rumah seolah tidak mau mengerti dengan situasi tersebut.

“Tolong segera diperbaiki ya, Pak. Saya tidak mau adik saya terlalu lama menunggu,” ujar Bayu memohon agar sepedanya dapat segera diperbaiki.

Angin kencang tiba-tiba bertiup. Bayu sampai merinding dibuatnya.

“Tari pasti sangat kedinginan,” ujar Bayu pada dirinya sendiri.

Bayu hendak memanggil sang adik yang sejak tadi sibuk menggambar di salah satu sudut bengkel tersebut. Namun, Tari tidak ada di tempatnya. Bayu pun mulai panik. Ia menyapu pandangannya ke seluruh sudut bengkel tersebut. Hasilnya tetap nihil.

Bayu pun mencoba mencari di sekitar area bengkel tersebut. Betapa kagetnya Bayu ketika melihat adiknya berlari ke jalanan. Dari kejauhan, tampak mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Bayu pun bergegas berlari mendekat ke arah Tari.

“TARI, AWASSS!!!”

***

“Hei, kertas. Jangan terbang. Sini, kembali!” teriak Tari berbicara seorang diri.

Ia sangat kesal karena angin tiba-tiba menerbangkan kertasnya padahal ia belum selesai menggambar.

“Hap! Mau pergi ke mana lagi kamu?” kata Tari ketika akhirnya berhasil meraih kertas gambarnya. Ia tersenyum senang sambil memegang kertas tersebut dengan erat. Seolah-olah tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya, ia pun segera memasukkan kertas tersebut ke saku jaketnya.

Tidak jauh dari posisinya berdiri saat itu, terlihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh. Tari hanya bisa menatap ke depan dengan pandangan kosong. Ia diam, tidak bergeming. Tubuhnya membeku.

“TARI, AWASSS!!!” samar-samar ia mendengar suara kakaknya.

Beberapa detik kemudian, entah apa yang telah terjadi, ia merasakan tubuhnya jatuh membentur tanah. Masih dalam kondisi setengah sadar, tidak jauh dari tempatnya terbaring, ia melihat sosok kakaknya. Perlahan, pandangannya pun berubah menjadi gelap.

***

Bayu membuka mata dan mendapati dirinya sedang berada di sebuah ruangan yang sangat asing. Ia menatap ke sekeliling. Semua serba putih. Tidak ada seorang pun di sampingnya yang bisa ia mintai penjelasan. Ia berusaha bangkit dari tempat tidur namun apa daya, tubuhnya terasa sangat sulit untuk digerakkan. Bayu tidak langsung menyerah begitu saja. Dengan sekuat tenaga, ia turun dari ranjangnya.

BRUKKK!

Bayu terjatuh. Seakan baru menyadari hal yang telah terjadi, tanpa ia sadari bulir demi bulir air mata mulai menetes di pipinya. Ia menangis dalam diam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali, berusaha menepis pikiran buruk yang baru saja hinggap di benaknya.

“Tidak mungkin,” katanya pada diri sendiri. “TIDAK…” ucapnya berulang kali sambil terus menggeleng.

Ayahnya tiba-tiba masuk ke dalam kamar ketika mendengar kegaduhan yang ditimbulkan Bayu. “Bayu, tenangkan dirimu,” kata ayahnya sambil memeluk Bayu.

“Ayah, katakan bahwa ini tidak seperti yang aku pikirkan,” pinta Bayu pada ayahnya. Ia semakin tidak bisa mengendalikan diri.

“Ayah, jangan bilang padaku bahwa… bahwa…” Bayu seolah kehabisan kata-kata. Ia bahkan tidak berani mengatakan hal terburuk yang terbersit di benaknya. Ia terus menangis sambil menunjuk-nunjuk ke arah kakinya. Ia merasa kaki kanannya sulit untuk digerakkan.

Siapa saja, tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini.

***

Tari berusaha membuka matanya. Dunia masih terasa berputar-putar dalam kepalanya. Samar-samar, ia mendengar suara ibu dan ayahnya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan hingga menimbulkan suara gaduh tersebut.

“Ibu… ayah…”

“Tari, kamu sudah bangun, Nak?” tanya ibunya ketika menyadari bahwa putri kesayangannya sudah sadarkan diri.

“Aku di mana?” tanya Tari bingung.

Seingatnya, ia sedang menggambar sembari menunggu kakaknya selesai memperbaiki sepeda. Lalu, tiba-tiba angin kencang menerbangkan kertasnya dan….

Tari merasa kepalanya sangat pening. Ia tidak ingat dengan jelas kejadian setelahnya.

“Jangan banyak bergerak dulu, Nak. Beristirahatlah,” ujar ibunya, sadar bahwa putrinya belum cukup mengerti dengan hal yang telah terjadi sebelumnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Cinta   Bab 18

    Natasya sibuk memasukkan barang-barang miliknya ke dalam koper. Entah kenapa kopernya itu seperti mau meledak saat satu per satu barangnya ia masukkan. Padahal, sebelumnya koper itu masih memiliki banyak ruang kosong.“Beresin yang bener. Jangan sampai ada barangmu yang tertinggal.”“Iya, Kak Bayu yang cerewet.”Natasya sudah lelah mendengar Bayu yang sejak siang tadi terus menceramahinya. Menyuruhnya memasukkan semua benda miliknya agar tidak ada yang tertinggal. Agar tidak membuat repot Bayu di kemudian hari. Agar Bayu tidak perlu bersusah payah mengirimkannya jika memang ada barang penting yang tertinggal.“Kakak pasti bakalan kangen aku, deh. Besok kan aku sudah balik ke Bandung.”“Nggak akan. Justru aku bahagia. Akhirnya besok aku akan mendapat kedamaian. Nggak ada lagi suara berisik yang mengganggu telingaku.”“Kalau Kakak kangen, jangan ragu untuk menghubungiku, ya.”&

  • Rahasia Cinta   Bab 17

    “Aku ikut!” ujar Tari akhirnya.“Hmm… Kamu yakin?”“Ya. Aku mau ikut kamu latihan.”Tari sendiri tidak paham kenapa kata-kata tersebut bisa keluar dari mulutnya. Saat ini, ia sedang menerima telepon dari Ryan. Pacarnya itu baru saja mengatakan bahwa ia akan pergi ke sekolah untuk latihan basket.Sejak dua hari yang lalu, Ryan tiba-tiba rajin menghubungi Tari. Tari merasa hal itu dilakukan Ryan karena sadar telah melakukan kesalahan, tidak memberikan kabar sama sekali selama liburan. Tari sendiri tidak ingin memperpanjang kasus menghilangnya Ryan dari radarnya selama liburan tersebut. Sesuai dengan saran Natasya, ia memutuskan untuk turut aktif menjaga keharmonisan hubungan mereka. Bagaimana caranya? Ia akan berada di dekat Ryan. Tidak akan dibiarkannya gadis lain dengan leluasa bermesra-mesraan ria dengan pacarnya itu.“Jangan diam aja. Kamu harus tunjukin ke mereka kalau kamu pacar Ryan!”,

  • Rahasia Cinta   Bab 16

    Keesokan paginya, Bayu duduk berhadapan dengan Natasya. Mereka berada di meja depan galeri Bayu.“Sampai kapan kamu akan menangis seperti itu?”Natasya tidak menjawab pertanyaan Bayu. Ia masih saja sesenggukan sambil berulang kali menghapus air matanya.Bayu hanya dapat menghela napas melihat pemandangan di depannya.“Berhenti menangis!”Bukannya berhenti, gadis di hadapannya malah menangis semakin keras.“Aku nggak akan tertipu olehmu. Meskipun kamu menangis seperti itu, kamu pikir aku nggak akan marah setelah semua perbuatanmu semalam?” tanya Bayu sambil menunjuk ke arah ruangannya. “Walaupun kamu menangis seperti itu, pintu ruang kerjaku nggak akan kembali seperti semula,” lanjut Bayu lagi.Mendengar perkataan Bayu tersebut, Natasya langsung teringat akan perbuatannya kemarin. Ia telah menghancurkan pintu ruang kerja Bayu. Pintu yang menjadi penghalang bagi orang-orang untuk masuk ke

  • Rahasia Cinta   Bab 15

    Krriiuuukkk… krrriiiiukkkk…Natasya dapat mendengar dengan jelas jeritan cacing-cacing di perutnya. Sudah hampir satu jam perutnya memberontak minta diisi. Apa daya, saat ini tidak ada makanan di rumah Bayu.Sejak sepuluh menit lalu, Natasya terus memelototi nasi di hadapannya. Berharap ada keajaiban sehingga nasi tersebut bisa berubah. Setidaknya menjadi nasi goreng. Lebih baik lagi jika berubah jadi nasi goreng ayam. Nasi goreng yang enak.Sadar bahwa keinginannya itu tidak mungkin terwujud, Natasya tidak punya pilihan selain mengambil tindakan nyata. Disendoknya nasi tersebut lalu diletakkannya di penggorengan. Tidak lupa ia memasukkan garam dan bumbu-bumbuan.Selama lima menit ia terus mengaduk aduk penggorengan di hadapannya. Saking semangatnya ia mengaduk, hampir setengah dari isi penggorengan tersebut kini memenuhi kompor di depannya. Natasya seolah tidak peduli. Ia hanya perlu mengisi kekosongan perutnya agar cacing di perutnya terse

  • Rahasia Cinta   Bab 14

    “Kakak mau ke mana? Kok tega ninggalin aku sendiri? Nggak takut aku hilang? Diculik? Lagian, kalau nanti ada yang datang ke sini aku harus bagaimana? Mau tanggung jawab kalau nanti semua lukisan di galeri ini dicuri?”Natasya langsung mencecari Bayu dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut setelah tahu bahwa Bayu akan meninggalkannya seorang diri di galeri. Bayu berniat menjenguk ibu Shinta. Tentu saja ia tidak berniat untuk mengajak Natasya ke sana. Ibu Shinta sedang sakit. Bisa dibayangkan kalau Natasya yang bersuara cempreng itu ikut dengan Bayu, bisa-bisa ibu Shinta tidak dapat beristirahat dengan tenang. Bayu jelas tidak ingin hal itu terjadi.“Aku kan sudah bilang, mau menjenguk ibunya teman. Kamu tidak kenal dia, jadi nggak ada gunanya kamu ikut,” jelas Bayu. “Lagi pula, kamu kan sudah dewasa. Nggak akan mungkin menghilang semudah itu,” ujar Bayu lagi. “Satu lagi, dengan suaramu yang seperti itu, para penculik pasti akan be

  • Rahasia Cinta   Bab 13

    Hari kelima liburan semester. Tari masih mengurung diri di kamar. Matanya tidak bisa lepas dari layar ponselnya. Ponsel itu tak kunjung berdering. Tari merasa kesepian. Natasya yang biasanya rajin menelepon untuk memamerkan kesenangan pengalaman liburannya pun hari ini tiada kabar. Tentu saja bukan telepon dari Natasya yang sebenarnya Tari nanti-nantikan. Hanya saja, bila temannya yang berisik itu menelepon, setidaknya ia tidak akan merasa kesepian seperti sekarang ini. Setidaknya, ia bisa melupakan sejenak kenyataan bahwa belakangan ini Ryan sama sekali tidak menghubunginya.Tari sudah tidak tahan lagi. Sedikit ragu, ia pun menyentuh layar ponselnya.Tutt… tutt… tutt…Orang di seberang sana tidak menjawab telepon darinya. Tari pasrah. Untuk kesekian kalinya, ia hanya bisa membenamkan wajahnya ke dalam bantal.***“Sudah cukup. Mari kita istirahat dulu.”Albert mengajak Ryan dan Randy beristirahat sejenak. Me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status