Share

RHMD 140

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-07-25 20:00:07

“Takut bangun dan kau sudah tidak ada,” ucap Ruby dengan kepala yang tenggelam di dada Nio.

Nio memejamkan mata. Pelukan Ruby terasa seperti pecahan luka yang diam-diam ingin disembuhkan.

“Aku di sini,” ucapnya. “Aku tak akan kemana-mana malam ini. Tidurlah, Ruby.”

Ruby mengangguk pelan, lalu mengeratkan pelukannya. Malam itu, di tengah keheningan yang terasa begitu personal, mereka berdua tertidur dalam dekapan yang seolah ingin menghapus semua jarak, semua waktu, dan semua luka yang sempat tercipta di antara mereka.

***

Gerry berdiri di balik jendela besar apartemennya yang menghadap ke gemerlap kota. Kilau lampu menari di kaca anggur merah yang ia genggam, tapi pikirannya tak pernah tenang. Di baliknya, Sarah duduk santai di sofa berlapis beludru hitam, memutar perlahan gelas wine di tangannya, seolah tak ada yang perlu disembunyikan malam ini.

“Kau akan terus berpura-pura?” Gerry akhirnya membuka suara, nadanya tenang tapi p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Bercuma Nio berpura² di depan mereka, kalo nyata nya mereka sudah tau semua nya. Udah paling bener emang Nio itu tetap jadi Ethan tapi bersama dengan Ruby tidak kaya maling kaya gini
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Sama-sama keras kepala dan susah mengalah..
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
yg dikatakan Sarah waktu itu ingin bekerja sama dengan seseorang itu Gerry?? selain Sarah ternyata Gerry menyimpan banyak rahasia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 142

    Mereka mulai menyantap sarapan dengan obrolan ringan, mengingat masa-masa dulu. “Waktu kamu pertama kali tidur di sofa itu,” ujar Ruby sambil menunjuk arah ruang tamu, “kamu diam-diam bangun malam-malam dan ambil selimut dari lemariku.” Nio mengangkat alis, berpura-pura terkejut. “Kamu tahu?” “Tentu saja. Aku melihatmu dari celah pintu.” Mereka tertawa lagi, kali ini lebih lepas. Udara pagi yang masuk dari jendela membuat ruangan terasa hidup. Waktu seakan melambat, memberi ruang bagi keduanya untuk bernapas, untuk saling mengisi kembali ruang yang lama kosong. Selesai sarapan, Ruby menatap Nio lama. “Terima kasih, sudah kembali. Terima kasih sudah… memilih untuk bertahan.” Nio menjangkau tangannya dan menggenggamnya erat. “Aku belum selesai membuktikan cintaku. Tapi kalau kamu izinkan… aku akan terus mencoba. Setiap hari.” Ruby mengangguk dengan mata berkaca. “Kamu tidak perlu

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 141

    Cahaya pagi merambat pelan dari celah tirai kamar, menari lembut di dinding dan menghangatkan udara dalam ruangan. Nio terbangun dengan napas yang sedikit terengah, dadanya naik-turun cepat, terkejut karena ia tak menyangka telah tertidur. Lengan Ruby masih melingkar di tubuhnya, wajahnya terbenam di dada Nio, napasnya teratur dan damai.Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar yang dulu begitu akrab baginya. Segalanya terasa seperti mimpi, seolah waktu dua tahun tak pernah benar-benar memisahkan mereka.Dengan hati-hati, Nio menyentuh pipi Ruby dan menyibakkan helai rambut yang menutupi dahinya. Ia memandangi wajah perempuan itu dalam diam. Lalu, perlahan, ia menunduk dan mengecup kening Ruby lembut. Namun saat ia hendak bangkit, bergerak perlahan turun dari kasur, sebuah genggaman kecil menahan pergelangan tangannya.“Nio…” suara Ruby terdengar parau, baru saja bangun. Matanya masih setengah tertutup, namun genggamannya erat. “Kau mau ke ma

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 140

    “Takut bangun dan kau sudah tidak ada,” ucap Ruby dengan kepala yang tenggelam di dada Nio.Nio memejamkan mata. Pelukan Ruby terasa seperti pecahan luka yang diam-diam ingin disembuhkan.“Aku di sini,” ucapnya. “Aku tak akan kemana-mana malam ini. Tidurlah, Ruby.”Ruby mengangguk pelan, lalu mengeratkan pelukannya. Malam itu, di tengah keheningan yang terasa begitu personal, mereka berdua tertidur dalam dekapan yang seolah ingin menghapus semua jarak, semua waktu, dan semua luka yang sempat tercipta di antara mereka.*** Gerry berdiri di balik jendela besar apartemennya yang menghadap ke gemerlap kota. Kilau lampu menari di kaca anggur merah yang ia genggam, tapi pikirannya tak pernah tenang. Di baliknya, Sarah duduk santai di sofa berlapis beludru hitam, memutar perlahan gelas wine di tangannya, seolah tak ada yang perlu disembunyikan malam ini.“Kau akan terus berpura-pura?” Gerry akhirnya membuka suara, nadanya tenang tapi p

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 139

    Nio menatap Ruby, sedikit terkejut. “Aku tak tahu kau menolak perjodohan itu untukku.”Ruby tersenyum getir. “Tentu saja. Tapi sayangnya, setelah kabar bahwa pernikahan kita hanya kontrak tersebar, Ayah mulai ragu. Dia pikir aku telah gagal membuat pilihan yang benar. Dan saat rumor tentang keretakan kita menyebar, dia… mulai mempertimbangkan perjodohan dengan Gerry kembali.”Dada Nio mengeras. “Jadi… ayahmu berpikir untuk menikahkanmu lagi? Seolah semua ini tak pernah ada?”“Dia mengalami syok,” ucap Ruby cepat, mencoba menjelaskan. “Tekanan dari para pemegang saham dan petinggi perusahaan membuatnya limbung. Semua mempertanyakan diriku, mempertanyakan kesanggupanku sebagai pemimpin, apalagi sebagai istri.”Nio mengepalkan tangan di pangkuannya. “Aku tidak menyangka ayahmu bisa memikirkan itu.”“Dia hanya ingin melindungi apa yang sudah dia bangun,” ujar Ruby lembut. “Dan aku… aku juga ingin melindungi semuanya. Termasuk kita.”

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 138

    Mobil berhenti perlahan di depan rumah mereka, rumah yang dulu terasa kosong, namun malam ini tampak seperti rumah yang sesungguhnya. Lampu-lampu taman menyala temaram, dan suara jangkrik samar terdengar dari kejauhan. Ruby menoleh ke arah Nio yang masih menggenggam kemudi, lalu mengulas senyum kecil.“Terima kasih sudah mengantarku,” ucap Ruby lembut, jemarinya menyentuh lengan Nio.Nio menoleh padanya, mata mereka bertemu dalam keheningan yang mengandung seribu makna. “Tentu saja. Malam ini terlalu indah untuk tidak kuantar sampai pintu,” jawab Nio dengan senyum miring yang khas.Ruby mengangguk pelan. Ia sempat ragu, tapi akhirnya memberanikan diri. “Nio… kau tidak ingin masuk sebentar? Menginap mungkin?”Suara Ruby terdengar ragu, seolah ia sendiri takut dengan jawabannya. Tapi matanya penuh harap. Rumah itu memang milik mereka, tapi malam ini terasa lebih personal lebih seperti rumah dua orang yang saling mencintai, bukan sekadar tempat tinggal.Nio terdiam sebentar. Ia menatap r

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 137

    Nio menghapus air mata di pipi Ruby dengan ibu jarinya, kemudian menarik wajahnya mendekat dan mengecup bibirnya lembut. Ciuman yang tidak terburu-buru, tidak penuh nafsu hanya kehangatan, kerinduan, dan cinta yang akhirnya bisa bernapas kembali.Mereka saling berpelukan dalam keheningan yang nyaman. Tak butuh banyak kata. Segalanya kini terungkap lewat pelukan dan napas yang menyatu.Setelah beberapa saat, Nio menarik diri pelan dan tersenyum tipis.“Aku punya satu hal lagi,” katanya sambil melihat ke arah balkon yang sedikit lebih luas.Dari sudut restoran, seorang pemain biola yang sejak tadi memainkan musik latar mendekat ke arah mereka dan mulai memainkan lagu pelan dengan nada romantis. Cahaya remang-remang menari di sekitar lantai kayu, seakan memberi ruang hanya untuk mereka berdua.Nio mengulurkan tangannya. “Maukah kau berdansa denganku, Ruby?”Ruby tertawa kecil, meski air matanya masih membekas. “Kau tahu aku tak begi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status