Home / Romansa / Rahasia Hati Mafia Dingin / RHMD 31 Harus Bersabar

Share

RHMD 31 Harus Bersabar

Author: Ziya_Khan21
last update Huling Na-update: 2025-06-18 14:00:41

Ruby mengangguk, membenarkan apa kata Nio barusan. Dia menunduk sejenak, sebelum kembali menatap mata Nio. “Aku tidak bisa berpura-pura biasa saat tahu kau hampir mati.”

Keduanya terdiam. Udara dipenuhi ketegangan yang aneh, campuran rasa canggung, lega, dan perasaan yang belum bisa disebutkan. Nio menarik napas, lalu melirik Ruby.

“Jadi … kau jaga aku semalaman?” tanyanya.

Ruby menoleh dan tersenyum kecil, “Aku tidak bisa tidur kalau tidak tahu kau baik-baik saja.”

Nio membalas senyum itu, tipis, tetapi penuh makna. “Biasanya kau tidak sepeduli itu, Bu Presdir.”

Ruby mendecak pelan, menunduk menahan senyum malu. “Jangan panggil aku begitu sekarang … Kita tidak sedang di kantor.”

“Jadi sekarang aku boleh panggil apa?” godanya, kali ini terdengar lebih lembut.

Ruby terdiam, matanya menatap tangan mereka yang masih bersentuhan di atas selimut. “Ruby saja … untuk sekarang.”

Mata mereka bertemu. Ada kehangatan yang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (20)
goodnovel comment avatar
babykiss
uhuy perhatiannya itu udah lebih lo bukan perhatian yang biasa sekarang ruby ke nio
goodnovel comment avatar
Indri Irmayanti
aduhh ikut senyum-senyum akuu. eehh napa tiba2 haji 2 bulan sdh jadi dokter aja dia di sini? wkwkw
goodnovel comment avatar
wieanton
Ruby perhatiannya mulai besar ke nio, dia gk bakalan tenang ktnya klo gk tau nio baik2 aja
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 218

    “Tentu saja,” jawab Nio sambil tersenyum nakal, seolah menikmati kegugupan Ruby. “Aku akan menunggu, dan setiap gaun yang kau kenakan … aku akan jujur padamu.”Ruby mendengus kesal, meski wajahnya masih merah. “Kau selalu saja membuatku kalah.”Manajer butik lalu memanggil seorang asisten yang ramah untuk membantu Ruby ke ruang ganti. Ruby masuk dengan langkah pelan, sementara Nio duduk di sofa empuk butik, menunggu dengan sabar, meski jelas ada kilatan antusias di matanya.Gaun pertama yang dikenakan Ruby adalah model klasik dengan ekor panjang dan renda penuh. Saat ia keluar dari balik tirai, Nio langsung terdiam. Matanya berbinar, lalu berkata, “Kau terlihat seperti putri.”Ruby menahan senyum, pura-pura mengernyit. “Terlalu berlebihan, Nio. Aku bahkan kesulitan berjalan dengan ekornya.”Gaun kedua lebih modern, dengan potongan ramping dan detail manik-manik berkilau. Ruby merasa agak aneh memakainya, tapi begitu ia berdiri di depan Ni

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 217

    Pelayan mencatat pesanan dengan sopan, kemudian meninggalkan mereka berdua dengan segelas air putih yang sudah tersedia. Suasana hening sejenak, hanya diisi suara lembut musik klasik yang mengalun di latar belakang.Ruby menatap Nio sambil menyandarkan dagunya pada tangan. “Kau benar-benar serius soal perubahan namamu, ya?”Nio tersenyum tipis. “Tentu. Aku ingin semua orang mengenalku sebagai Nio Alenka. Nama itu bukan hanya milikku, tapi juga simbol dari kehidupan baru bersamamu.”Ruby tersentuh. Ia menunduk sejenak, lalu berbisik, “Aku tidak menyangka kita akan sampai sejauh ini. Ada masa ketika aku merasa segalanya akan runtuh… tapi kini aku duduk di sini bersamamu.”Nio mengulurkan tangan ke atas meja, meraih jemari Ruby dengan lembut. “Karena kita tidak pernah berhenti berusaha. Kau yang membuatku bertahan, Ruby.”Mata mereka saling bertemu, begitu dalam seakan waktu berhenti. Ruby hanya bisa tersenyum kecil, meski pipinya sedikit me

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 216

    Jam makan siang akhirnya tiba. Suasana kantor mulai lengang, sebagian karyawan beranjak keluar membawa tas kecil atau sekadar dompet di tangan. Derap sepatu dan suara pintu berderit memenuhi koridor.Nio, yang sejak pagi sibuk dengan dokumen-dokumen barunya, berdiri dari kursi. Matanya melirik jam dinding. “Sudah waktunya,” gumamnya kecil. Ia merapikan jas, lalu melangkah keluar dari ruangannya.Langkahnya membawanya menuju lantai tempat Ruby bekerja. Sepanjang perjalanan, ia sempat menerima sapaan sopan dari beberapa staf.Setibanya di depan pintu berlapis kayu dengan nama Ruby terukir elegan, Nio mengetuk pelan. Tiga ketukan terdengar jelas di dalam ruangan.“Masuk,” terdengar suara Ruby dari balik pintu.Nio mendorong pintu perlahan. Pandangan pertamanya langsung jatuh pada Ruby yang tengah duduk rapi di balik meja kerjanya. Rambutnya terurai lembut, cahaya lampu ruangan jatuh ke wajahnya yang serius menatap dokumen. Pulpen masih berada di tangannya, sementara layar laptop menampil

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 215

    Mereka pun duduk berhadapan di meja makan. Ruby menuangkan jus ke gelas, sementara Nio langsung meraih roti panggang. “Hmm, enak sekali. Aku kangen masakanmu.”Ruby mengangkat alis. “Padahal aku hanya bikin sarapan sederhana.”“Tetap saja, kalau dari tanganmu, selalu terasa istimewa.” Nio menatapnya penuh arti, membuat Ruby hanya bisa tersenyum malu-malu.Mereka menghabiskan sarapan dengan obrolan ringan, sesekali bercanda. Sesudahnya, Ruby segera membereskan meja, sementara Nio bersiap mengambil kunci mobil. Meski liburan singkat mereka sudah selesai, kehangatan yang tersisa membuat rumah kecil itu terasa penuh cinta.*** Mobil yang mereka kendarai akhirnya berhenti di depan gedung kantor yang menjulang gagah. Ruby dan Nio turun bersamaan, langkah mereka seirama hingga masuk ke dalam lobi yang luas dan elegan.Lift membawa mereka naik, sunyi hanya diisi dentingan angka digital yang berganti setiap lantai. Ruby menatap suaminya

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 214

    “Dan aku lebih beruntung karena kamu istriku,” balas Nio cepat.Mereka tertawa kecil bersama. Malam kian larut, tapi hangatnya suasana membuat mereka enggan beranjak tidur. Rumah yang dulu terasa biasa kini dipenuhi cahaya cinta dan kenangan baru.Ruby menutup matanya sebentar, membiarkan rasa damai meresap ke dalam hati. Setelah teh hangat habis, Ruby menguap kecil sambil tersenyum. “Sepertinya tubuhku baru benar-benar sadar kalau kita sudah pulang. Aku capek sekali.”Nio menatapnya dengan lembut. “Kalau begitu, ayo kita ke kamar. Malam ini kita harus tidur cukup.”Mereka naik ke lantai atas, Ruby segera masuk lalu merebahkan diri di sisi ranjang. Nio menyusul, duduk di tepinya, lalu menatap Ruby yang sudah setengah menutup mata. “Capek sekali ya, Nyonya Alenka?”Ruby tersenyum mengantuk. “Iya, tapi bahagia.”Dengan gerakan lembut, Nio ikut berbaring di sampingnya. Ia menarik Ruby ke dalam pelukannya, membiar

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 213

    Beberapa saat mereka duduk dalam diam, menikmati detik-detik terakhir sebelum bersiap. Lalu Ruby bangkit, mulai merapikan pakaian dan barang-barang mereka. Nio membantunya, melipat baju dengan cermat, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali mereka bertukar senyum kecil, seakan ingin mengusir rasa berat hati dengan kebersamaan sederhana. Selesai berkemas, Ruby berjalan ke balkon vila. Dari sana, ia bisa melihat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Langit dipenuhi semburat oranye, merah, dan ungu, memantul indah di permukaan laut. Ruby berdiri terpaku, dadanya sesak oleh keindahan itu. Nio mendekat dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggang Ruby. “Indah, kan?” bisiknya. Ruby mengangguk pelan. “Aku ingin mengingat momen ini selamanya.” “Dan kamu akan mengingatnya,” jawab Nio dengan yakin. “Karena aku ada di sini, di sisimu. Selama kita bersama, setiap tempat akan selalu terasa istimewa.” Ruby tersenyum, meski matanya sedikit berkaca. Ia menoleh, menatap wajah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status