Tubuhnya terasa gemeteran, ia sungguh takut dengan pria yang menatapnya tanpa berkedip itu, lagi pula kenapa ia memakai masker serta hodie saat sedang melihatnya membuat Aruna berpikir yang macam-macam."Apa dia penjahat atau jangan-jangan sindikat penculikan organ dalam," gumam Aruna, merasa ngerisi sendiri dengan ucapannya."Ayo Aruna rileks," ucap Aruna menenangkan dirinya sendiri.Aruna menarik nafas, menghembuskannya.Tarik nafas lagi dan buang secara perlahan, begitu terus berulang kali sampai ia merasa tenang."Ini kota Jakarta, gak ada ngenalin aku, gak mungkin juga mereka mencari aku sampai ke sini," ucap Aruna mencoba berpikir positif.Kruuk krukkSuara perut menyadarkan Aruna, dari pada ia berpikir yang tidak-tidak lebih baik Aruna mandi.Aruna berjalan masuk ke dalam toilet bersiap untuk mandi, karena sejak sampai di Jakarta ia belum mandi sama sekali membuat badannya terasa lengket karena berkeringat sejak tadi.setelah mandi ia memakai pakaian yang sudah ia keluarkan dar
Pagi-pagi sekali Frikas sudah terbangun dari tidurnya, ia menatap kesal pada Amar yang mengganggu tidur gantengnya.Sejak subuh Amar tanpa henti terus membangunkan Frikas, agar ia segera bangun dan pergi ke Sukabumi untuk mencari Aruna.Amar kembali menatap Frikas tajam, "Cepatan mandi, lo mau pergi gak mau mandi dulu?" "Ini masih pagi Hen," kesal Frikas dengan muka bantalnya."Gue gak mau tau, mandi sana!" suruh Amar.Frikas dengan kesal bangun dari sofa karena sejak semalam ia memang tidur di sofa.Lalu melangkah masuk ke dalam toilet, tak lama ia keluar tanpa menggunakan atasan.Frikas segera membuka tasnya, mengambil pakaian baru yang sudah ia bawa sejak di Bandung."Lama amat," Omel Amar yang melihat Frikas masih memaki bajunya."Bentar elah, lagian ini masih pagi Hen," kesal Frikas.Pintu terbuka memperlihatkan Ani yang datang sambil membawa dua bungkus bubur ayam di dalam cup."Makasih Bun," ucap Amar, tanganya terulur ke arah bubur ayam yang di bawa Ani."Bukan buat kamu," uc
Aruna tengah fokus pada ponselnya, sejak tadi pagi ia hanya berbaring saja di kamar hotel tanpa melakukan apapun.Karena nanti malam ia akan terbang ke Maldives dan sudah memesan tiket lewat aplikasi di ponselnya.Suara ketukan pintu membuat Aruna merasa terganggu, ia sangat malas bangun kali ini tapi suara yang terus menganggunya tanpa henti membuat Aruna terpaksa berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan wajah kesal.Ternyata itu pria aneh, buat apa dia ke sini pagi-pagi?""Ini," ucap Pria itu sambil menyerahkan paper bag yang entah isinya apa.Aruna menatap pria yang masih memakai maskser itu dengan penuh tanda tanya."Ini sarapan, jadi makanlah," ucap Pria tersebut.Aruna dengan senang hati mengambilnya, kebetulan memang ia belum sarapan."Terimakasih," ucap Aruna."Tunggu," teriak Aruna saat melihat pria itu akan berbalik pergi."Apa?" "Boleh temenin," pinta Aruna ragu, sebanranya Aruna tak mau bilang seperti itu tapi ia hanya ingin tau lebih dalam siapa pria misterius ini, A
"Gue bilang berhenti," teriak Aruna kembali, sambil mengedor-ngedrop pintu mobil dengan tangannya.Al menghentikan mobilnya di tempat yang sepi, ia membalikan badannya dan melihat ke arah Aruna yang duduk di kursi belakang."Lo budek, gue bilang diem," ucap Al datar, matanya menatap Aruna tajam.Al mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, badannya ia angkat agar bisa mendekat ke arah Aruna.Aruna yang melihat Al mendekat ke arahnya, bersingkut mundur ketakutan, apalagi melihat Al mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya membuat ia makin panik.Al menarik tangan Aruna agar mendekat, "Jangan sentuh gue," ucaonya berontak.Al langsung membekap mulut Aruna dengan sapu tangan yang sudah di berikan obat bius, yang sudah ia siapkan sejak tadi, buat jaga-jaga kalau Aruna berontak.Satu detikDua detikTiga detikAruna yang semula berontak, kini mulai melemah dan pingsan seketika, Al yang melihat itu segera membaringkan Aruna dengan kasar, karena posisinya masih di kursi pengemudi, memb
Sesampainya di depan rumah sakit Adrian segera membopong Aruna dalam pelukannya dan masuk ke dalam rumah sakit dengan tergesa-gesa."Dokter, tolong selamatkan istri saya," teriak Adrian panik.Suster dan dokter yang melihat pasien berdarah di area kakinya segera membawakan kepada Adrian."Tiduri di sini pak," ucap Suster.Adrian membaringkan Aruna di atas brangkar dengan hati-hati."Kenapa istrinya pak?" Tanya dokter sambil mendorong brangkar tersebut."Jatuh dari tangga," jawab Adrian cepat sambil tetap melihat ke arah Aruna."Istri bapak lagi hamil?" Tanya dokter kembali yang langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh Adrian.Aruna memang sedang hamil dan ini kehamilan ketiga kalinya setelah dia keguguran yang kedua kalinya karena kandungannya yang lemah kata dokter dulu Dan sekarang Adrian sangat takut dan cemas pada keadaan calon bayinya, dia takut bayinya tak akan selamat lagi, seperti yang sudah-sudah. Dokter membawa Aruna masuk ke dalam UGD, "Bapak tunggu di luar saja, bia
51Setelah melihat Adrian pergi, Sarah segera menelepon Zia agar cepat-cepat meninggalkan rumah Adrian, karena Sarah tau ancaman Adrian tidak main-main. Lalu ia segera mengambil tasnya dan kunci mobil, "Mau kemana?" tanya Tio. "Rumah sakit, " jawab Sarah. "Kamu bener menjebak Adrian agar tidur sama Dia?" tanya Tio. "Iya, kenapa? ""Gak usah ikut campur urusan aku," ucap Sarah cepat saat Tio akan membuka mulutnya kembali. "Mendingan kamu pergi kerja sekarang, bukannya kamu ada meeting penting pagi ini," ucap Sarah sambil berlalu pergi dari hadapan Tio, lalu masuk ke dalam mobilnya untuk ke rumah sakit segera. ..... Setelah Sarah sampai di depan rumah sakit, tak sengaja ia melihat Adrian yang baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit.Sebelum ke rumah sakit Sarah mengecek keadaan Dia ke kosannya, menanyakan secara detail rencana mereka secara detail apa yang sudah terjadi sebenarnya pada Aruna. Setelah Sarah mendengar langsung dari Zia, bibirnya tersenyum puas, ia t
Al memberhentikan mobilnya di depan perkarangan sebuah rumah yang nampak sudah tak di tinggali sejak lama. Ia melihat ke arah sekitar yang nampak sepi, lalu berjalan ke luar dan melangkah ke belakang kursi penumpang, Al membuka pintu lalu membopong Aruna. Dengan pelan Al berjalan ke arah rumah, ia mengambil kunci yang berada di saku celananya lalu membukanya. KrettSuara pintu terdengar ketika Al membuka pintu itu tersebut, wajar saja pintu itu berdebat nyaring mungkin karena sudah lama tak ada yang membukanya. Al masuk dan membaringkan Aruna di sofa panjang yang tampak berdebu itu, setelah membaringkan Aruna, Al melihat ke sekitar rumah yang meskipun terlihat rapih dengan barang-barang yang berjejer dengan baik, tapi tetap saja banyak debu dan juga sarang laba-laba di sekitarnya. Al berjalan ke arah jendela lalu membuka jendela itu dengan lebar agar udara segar masuk ke dalam rumah. Telepon berdering Al segera mengangkatnya ternyata itu dari Adrian, teman kuliahnya dulu. "Hall
Pov FrikasKini ia sudah sampai di tempat yang di perintahkan oleh Amar yaitu Palabuhan Ratu Sukabumi. Dari kejauhan Frikas melihat seorang pria yang tengah melambaikan tangannya ke arah Frikas sambil berjalan menghampiri. "Frikas," panggil pria tersebut yang sudah berdiri di hadapannya. "Siapa?" tanya Frikas, setaunya ia tidak kenal dengan orang-orang di sini dan ini pertama kalinya ia menginjakan kaki di sini, lantas mengapa pria itu bisa tau namanya. "Aku Joni, teman Amar yang di suruh oleh Amar untuk menemanimu selama di sini," jelas Joni sambil mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. Pagi tadi Amar menghubungi Joni agar membantu Frikas untuk mencari Aruna dan mengizinkannya tinggal di rumah Amar."Frikas," ucap Frikas membalas ukuran tangan Joni. "Kita bicara di sana biar enak," ajak Joni sambil melangkah ke sebuah warung di pinggir pantai. Frikas mengikutinya dari belakang lalu duduk di samping Joni yang sedang memesan dua cangkir kopi kepada pemilik warung.''Jad