Share

2. Mansion

Author: nsr.andini
last update Last Updated: 2025-07-02 07:11:08

Dengan sedikit tegang dan canggung Reina ikut berdiri ketika Arga berdiri dari sofa, di mana Baskara menghampiri Arga. Baskara menyerahkan sebuah kunci mobil pada Arga, lalu Arga menoleh ke arah Reina yang kebetulan menoleh ke arah Arga juga. "Ayo," kata Arga dengan wajah datar.

"Ke mana?" tanya Reina dengan wajah bingung.

"Pulang," jawab singkat Arga.

Reina sedikit mengangkat gaunnya dengan kedua tangan sembari menatap Arga. "Bukankah saya perlu ganti pakaian dulu?"

Alih-alih mengatakan sesuatu Arga menarik salah satu tangan Reina dengan lembut, sontak Reina menoleh ke arah Ayahnya yang tengah menatapnya. "Ayah, aku duluan," ucap Reina. Ayahnya hanya membalas melalui senyum penuh cinta, dan Papanya Arga yang melihat pengantin baru itu tersenyum bahagia.

Untuk pertama kalinya Arga membukakan pintu untuk Reina. Reina yang melihat hal itu mematung, alih-alih langsung masuk ke dalam mobil. "Gak masuk?" tanya Arga dengan nada santai.

Kembali sadar, Reina langsung masuk ke dalam mobil dengan Arga yang ikut masuk ke dalam mobil, duduk di bangku pengemudi. Reina sesekali menoleh ke arah Arga yang sedang dalam mode suami Reina, bukan seorang bos yang biasanya mengemudikan mobilnya dengan sang sekretaris yang duduk di sampingnya.

Mengingat kembali Arga yang membukakan pintu untuknya, Reina masih terheran terheran. Walau Reina sudah menjadi istrinya, Reina berpikir tidak perlu sampai seperti itu. Lagi pula mereka menikah dengan tanpa obrolan apa-apa, karena seharusnya yang menjadi suaminya adalah Revan.

Sekitar 1 jam 15 menit, mereka pun sampai di tempat tujuan. Mobil Arga berhenti di depan gerbang yang tertutup rapat tanpa ada celah sedikit pun. Saat Arga baru membunyikan klakson, gerbang langsung terbuka. Dua orang lelaki bertubuh kekar berdiri di masing-masing sisi gerbang dengan wajah sedikit menakutkan bagi Reina.

'Siapa orang-orang itu? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya'

Arga melajukan mobil masuk ke dalam, berhenti di depan sebuah Mansion mewah! Reina memasang wajah takjub dan mulai bertanya-tanya Arga membawanya ke tempat siapa? Setelahnya Reina dibuat terkejut sendiri dengan pikirannya. Menatap Rumah itu dengan mata yang sedikit membesar.

"Kamu gak akan masuk?" tanya Arga saat melihat Reina yang terus menatap Mansion-nya, tanpa berkedip sedikit pun.

"Ini Mansion, Pak Arga?" Sembari menatap Arga.

"Iya." Arga melangkahkan kaki diikuti Reina yang memilih berjalan di belakang Arga, seperti saat ia menjadi Sekretaris.

Sembari menatap Mansion itu yang entah sudah keberapa kalinya Reina mencoba mengingat sesuatu, dan Reina tidak menemukan soal Mansion milik Arga sebelumnya. Setahu Reina selama lebih dari 3 tahun menjadi Sekretaris Arga bahwa Arga tinggal bersama Papa dan Adik laki-lakinya. Lalu, sejak kapan Arga memiliki Mansion?

'Apa mungkin hanya aku yang gak tahu? Kayaknya gak mungkin. Aku pasti tahu apa-apa yang berkaitan dengan Pak Arga'

Reina sontak memegang dahinya dengan wajah sedikit kesakitan. Baru saja dahi Reina menabrak punggung Arga yang tiba-tiba berhenti. Salah Reina juga yang terlalu fokus pada apa yang ada di kepalanya tanpa melihat apa yang ada di depannya.

Arga membalikan tubuh ke arah Reina. "Sebaiknya kamu jalan di depan saya."

"Gakpapa, Pak. Saya biasa jalan di belakang Bapak kok." Lalu, menurunkan tangannya dari memegang dahi.

"Saya takut kamu tersandung gaun kamu terus jatuh tanpa sempat saya menolong kamu. Kalau kamu di belakang sana mana saya tahu kalau kamu akan jatuh."

Setelah dibukakan pintu, Arga memperlihatkan bahwa ia bisa menjadi lelaki yang menjaga istrinya dengan baik. Tiba-tiba degup Reina tak menentu dan itu membuatnya salting. Dengan langkah cepat Reina berjalan di depan Arga yang mengikutinya dari belakang. Arga terpantau begitu memperhatikan langkah tiap langkah kaki Reina. Menjaga Reina dalam diam memang sudah menjadi kebiasan Arga.

Sampainya di depan pintu besar itu, Arga membukanya dan Reina semakin terkesima dengan Mansion milik Arga. Benar-benar hunian yang memperlihatkan betapa kayanya Arga. Bahwa Arga adalah lelaki sempurna yang layak untuk dijadikan suami, dan perempuan yang beruntung itu adalah Reina.

Terlalu asik memperhatikan sekeliling Reina pun tak memperhatikan langkahnya dan....

Bugh

Sontak Arga langsung membalikan tubuh ke arah belakang di mana Reina sudah terduduk di lantai dengan wajah kesakitan. Arga hampiri Reina, berjongkok di hadapan Reina. Apa yang Arga khawatirkan pun terjadi.

"Bagian mana yang sakit?" tanya Arga.

Reina menyentuh salah satu pergelangan kakinya yang masih memakai high heels yang haknya sudah patah. Arga menyentuhnya dan saat sedikit menekan bagian yang merah Reina meringis kesakitan.

Melihat Reina seperti itu, Arga tidak tega hanya saja ia tidak menunjukkannya. Wajahnya masih terus dibuat datar. Tanpa meminta izin Arga mengangkat tubuh Reina itu tanpa terlihat terbebani. Apa tubuh Reina seringan itu?

Takut jatuh Reina dengan wajah yang mulai merah itu mengalungkan kedua tangan pada leher Arga. Sudah berada di lantai 2, Arga membuka salah satu Kamar, mendudukkan Reina dengan perlahan di atas kasur.

"Sebaiknya kamu ganti pakaian dulu, saya akan memanggil Dokter." Sembari berdiri di hadapan Reina.

"Iya."

Dikira akan melangkah keluar Kamar, Arga nyatanya berjalan ke arah lemari. Membukanya, mengambil sebuah pakaian dari dalam. Berjalan ke arah Reina lagi, memberikan pakaian itu pada Reina yang langsung menerimanya. Tanpa kata atau menunggu Reina mengatakan sesuatu, Arga pergi dari sana.

Reina buka lipatan pakaian itu yang ternyata sebuah dress. Dress berlengan panjang yang bahanya cukup tebal. Reina menoleh ke arah lemari. 'Apa di lemari itu sudah penuh dengan pakaian aku? Dia bahkan membelikan pakaian baru'.

Arga yang duduk di sofa panjang Ruang Tamu, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan di mana sudah 30 menit sejak Arga meninggalkan Reina untuk berganti pakaian. Arga melangkahkan kaki untuk menemui Reina kembali. Arga yang tahu batasan, mengetuk pintu.

"Masuk saja, gak dikunci," kata Reina di dalam sana.

Dibukanya pintu dan Arga disuguhkan pemandangan Reina yang sudah berganti pakaian dengan masih duduk di tepi tempat tidur. "Belum menghapus make up?" tanya Arga sembari berjalan.

"Saya lupa membawa pembersih wajah."

Arga berjalan ke arah meja rias, memperlihatkan sebuah botol dan kapas pada Reina yang tidak melihatnya jika Arga sudah mempersiapkan di meja rias.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Pernikahan Darurat   22. Jealous

    Setelah pernyataan cinta itu rasanya justru jadi canggung, hanya untuk Reina, sementara Arga merasa biasa. Reina bahkan tidak berani menatap manik mata Arga yang sedari tadi terus memperhatikannya yang sedang makan bakpao.Walau pernyataan cinta itu mengejutkan dan mendadak sekali, namun Reina bersyukur bahwa masih ada Arga yang ia miliki."Pak Arga sendiri sudah makan?" tanya Reina di sela makannya.Terlalu memikirkan Reina, Arga pun mengabaikan dirinya sendiri yang belum makan, berpikir bahwa melewatkan makan tidak akan membuatnya sakit karena Arga lebih kuat dari Reina.Melihat Arga yang diam, membuat Reina mengetahui sendiri bahwa lelaki di hadapannya juga belum makan. Reina menghela nafas, lalu mengambil satu bakpao yang tersisa di dalam kantong, memberikannya pada Arga."Gimana bisa Pak Arga mengkhawatirkan saya sedangkan Pak Arga sendiri belum makan? Pak Arga gak mikir kalau saya mungkin saja khawatir?" Reina memarahi Arga yang cuma bisa diam.Tanpa kata, Arga mulai memakan bak

  • Rahasia Pernikahan Darurat   21. I Love You

    Dengan langkah berat Reina melangkah masuk ke dalam ruangan tempat Ayahnya berada dengan Arga yang setia merangkulnya. Di depan tubuh yang sudah terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuh, tangis Reina pecah. Dipeluknya sang Ayah yang kali ini hanya terdiam, tidak membalas pelukan Reina.Isakan tangis yang memilukan itu menghancurkan hati Arga. Tak ada yang bisa Arga lakukan selain menemani Reina, memperlihatkan pada Reina jika ia tidak sendiri."Maafin aku, Yah! Maafin aku yang akhir-akhir ini sibuk dengan dunia sendiri jadi belum ada waktu ngobrol sama Ayah." Sambil terus memeluk Mahendra.Reina menyesali semuanya. Waktu yang ia habiskan bersama Ayahnya tidaklah banyak. Bagi Reina waktu sebulan itu sebentar dan tidak ada apa-apanya, lagi pula setelah kembali tinggal bersama Arga, Reina terus sibuk dengan Arga, tanpa pernah berbicara dengan Ayahnya lagi."Seharusnya di saat terakhir Ayah, aku ada di samping Ayah ...." Reina menegakkan tubuhnya. Berusaha kuat, karena

  • Rahasia Pernikahan Darurat   20. Kepergian Seseorang

    "Kok lama ya? Memangnya di sekitar sini gak ada yang jual mochi?" gumam Reina yang merasa Arga sudah pergi cukup lama.Hingga pintu terbuka Reina akhirnya bisa bernafas lega, setelah sebelumnya khawatir jika terjadi sesuatu pada Arga. Arga mendudukkan diri di kursi, lalu menyerahkan kantong berisi mochi pada Reina."Kok semua rasa?" Sembari menoleh ke arah Arga setelah melihat isi kantong."Karena saya gak tahu rasa yang benar benar kamu suka, walau pun kamu bilang bisa makan semua rasa."Reina kembali menatap ke dalam kantong, lalu menyodorkan satu bungkus mochi rasa cokelat pada Arga. "Pak Arga bisa makan rasa cokelat, kan?" Arga ambil mochi itu, memperhatikan Reina yang mulai makan mochinya.Tanpa Reina sadari di mana Reina sibuk nonton suatu drama china sambil makan mochi, Arga yang berjalan ke arah sofa, memasukkan mochi dalam kemasan itu ke dalam saku jas. Setelahnya kembali duduk di kursi...Arga melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya di mana sudah jam 11 malam,

  • Rahasia Pernikahan Darurat   19. Suami Material

    Sedari beberapa saat lalu, Arga terus menemani Reina yang sudah berada di Kamar Rawat Inap. Reina yang belum sadarkan diri karena terlalu banyak menghirup asap. Tangan Arga yang tetap menggenggam tangan Reina, betapa takutnya Arga kehilangan Reina yang kata Dokter kondisinya tidak parah.Baskara melangkah masuk setelah mengetuk pintu. Berdiri di samping Arga. "Kata polisi kebakaran terjadi karena adanya ledakan dari salah satu kompor di Kitchen.""Ada korban?" Sembari menatap Reina."Gak ada, Pak. Semua tamu dan staf aman.""Sudah periksa cctv kalau ada tamu atau staf yang mencurigakan?" Arga tidak bisa percaya begitu saja pada pihak berwajib. Karena Arga pikir ada yang sengaja ingin mencelakai Reina."Saya sudah memeriksanya dan gak ada hal yang mencurigakan, selain saya mendapat kabar dari kepala Chef kalau salah satu staf Kitchen menghilang dari saat kebakaran terjadi.""Bagaimana dengan cctv di Kitchen?" Masih dengan menatap Reina."Saya gak menemukan apa-apa."Pertarungan kali in

  • Rahasia Pernikahan Darurat   18. Breaking News

    Ketika Reina selesai berganti pakaian kerja, terdapat panggilan masuk dari Indah. Sembari berdiri di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya, Reina menerima panggilan itu."Hallo, In.""Aku sudah tahu alasan Pak Arga menggantikan Revan menikahi kamu!" Dengan nada suara antusias, membuat Reina sangat penasaran."Apa?""Tiba-tiba 2 hari sebelum pernikahan Pak Arga mengatakan sama Revan kalau dia yang akan menggantikan Revan, dan kebetulan Revan memang ingin jadi sukarelawan di sini, jadi dia mau saja. Dan kamu tahu apa lagi, Re? Sebagai ucapan terima kasih dari Arga untuk Revan yang mau menyerahkan kamu ke dia, Arga sampai menyumbangkan fasilitas kesehatan untuk masyarakat di sini!"Reina tatap wajahnya di cermin yang sudah berubah menjadi terharu. Kenapa Arga sampai seperti itunya? Reina mulai bertanya-tanya."Menurut kamu kenapa Pak Arga melakukan itu?" tanya Reina dengan perasaan sudah tidak menentu."Apa mungkin diam-diam selama ini Pak Arga suka sama kamu?"Pak Arga suka

  • Rahasia Pernikahan Darurat   17. Salty

    "Menurut Bu Reina?""Saya rasa Pak Arga bukan seseorang yang seperti itu." Lalu, menatao kembali Arga."Benar sekali. Itu semua hanya salah paham. Kekasih Pak Kelvin berbohong pada Pak Arga dengan mengatakan bahwa dia sudah putus dengan Pak Kelvin karena Pak Kelvin sudah mulai gak mempedulikannya. Pak Arga yang memang memiliki sedikit perasaan pada perempuan itu, menjadikannya kekasih. Pak Arga sudah menjelaskannya pada Pak Kelvin tapi Pak Kelvin gak percaya."Salah satu tangan Reina terulut menyentuh kepala Arga, mengelusnya lembut. Reina tidak menyangka bahwa Arga memiliki luka hati yang tak main-main. Perlahan kedua mata itu terbuka. "Reina," ucap Arga dengan nada suara pelan namun masih bisa terdengar Reina."Kita pulang sekarang, Pak," ucap Reina lembut.Mendadak Arga memeluk Reina dengan posisi masih duduk. Menempelkan kepalanya pada perut rata Reina."Kalau Pak Arga meluk saya kayak gini, gimana pulangnya?"Arga mengusuk-usukkan kepalanya pada perut Reina, lalu mempererat peluk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status