Beranda / Romansa / Rahasia Pernikahan Darurat / 6. Presidential Suite

Share

6. Presidential Suite

Penulis: nsr.andini
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-08 15:46:35

Arga melangkah masuk ke dalam Hotel sembari mendorong kursi roda Reina yang merasa tidak enak karena mereka sedang dalam mode bos dan sekretaris. Bukankah seharusnya Arga membiarkan orang lain yang mendorong kursi roda Reina? Arga bahkan tidak mengizinkan staf Hotel yang mencoba menggantikan posisinya mendorong kursi roda Reina.

Beberapa staf termasuk manager Hotel memberi salam pada Arga dan Reina. "Bagaimana dengan Kamar yang saya minta?" tanya Arga pada manager Hotel tanpa menatapnya.

"Maaf, Pak. Saya hanya bisa mendapat satu Kamar karena sudah penuh semua," jawab manager Hotel yang berjalan sedikit di belakang Arga.

Tentu Arga tidak marah karena ia cukup tahu bahwa Hotel-nya cukup populer hingga hampir setiap hari Kamar-Kamar yang ada penuh. "Tunjukkan Kamar-nya!" ucap Arga tegas.

Hingga di depan pintu Kamar yang akan mereka tempati Arga setia berada di belakang Reina. Manager Hotel membukakan pintu, membiarkan Arga dan Reina masuk lebih dahulu. Dengan kemewahan yang disuguhkan presidential suite, Reina terlihat biasa karena sebelumnya sudah pernah menepati Kamar serupa berkat posisi sang Ayah sebagai pemilik salah satu Rumah Sakit terbesar di Indonesia.

"Kalau gitu, saya permisi," ujar manager Hotel yang berdiri di dekat pintu. Arga hanya menatapnya datar.

"Kamu mau langsung istirahat di Kamar?" tanya Arga yang berdiri di belakang Reina.

"Iya, Pak." Saat Arga baru sedikit menjalankan kursi roda Reina langsung mengatakan bahwa ia akan menjalankan kursi roda sendiri. Arga pun membiarkannya, memperhatikan Reina dari tempatnya berdiri. Setelahnya Arga mendudukkan diri di sofa panjang, melepas jaket kulit cokelat tuanya yang ia taruh di sofa, sampingnya.

Menatap lurus ke depan di mana terlihat langit yang cerah siang itu dan gedung-gedung percakar langit. Belum lama duduk, Arga berdiri dari duduk. Memakai kembali jaket kulitnya, berjalan ke arah Kamar. "Saya keluar sebentar yaa," kata Arga pada Reina yang terlihat sedang memainkan handphone sambil duduk di atas kasur king-size.

"Iya, Pak."

Baru saja pintu Kamar menutup Reina terlihat beringsut dari atas kasur, mendudukkan diri di kursi roda. Menjalankannya ke arah luar, berhenti di depan kulkas. Saat membukanya mata Reina berbinar. Reina kira kulkas akan kosong atau setidaknya hanya akan ada air mineral, nyatanya ada banyak sesuatu yang bisa Reina makan dan minum. Reina mengambil dua buah apel, satu ice cream cokelat, dan minuman yoguart. Sebelum memakannya Reina lebih dahulu mencuci apel, lalu membawanya ke arah meja depan tv.

Duduk di sofa panjang, Reina mulai memakan ice cream lebih dahulu, menikmati waktu sendirinya. Memperhatikan langit di mana tiba-tiba terdapat kawanan burung berwarna hitam yang melintas. Kemudian, terdengar dering handphone yang membuat Reina kembali ke Kamar namun dengan berjalan secara perlahan. Sampainya di depan nakas, panggilan masuk berakhir. Reina ambil handphone yang memperlihatkan panggilan tak terjawab dari Indah.

Takut ada hal penting, Reina pun kembali menelepon Indah. Duduk di tepi ranjang sembari memakan ice cream yang tinggal sedikit. Tidak membutuhkan waktu lama panggilan terhubung.

"Hallo, Re."

"Kenapa telepon?" tanya Reina.

"Ini aku mau kasih tahu perkembangan Revan!"

"Kamu menemukan sesuatu?"

"Ternyata Revan gak resign tapi dia mengajukan cuti selama setahun."

Reina mengerutkan dahi. "Cuti setahun?"

"Pas aku tanya sama beberapa staf Rumah Sakit bahkan yang dekat sama Revan pun gak ada yang tahu alasan Revan cuti."

"Apa mungkin diam-diam dia nikah?" tebak Reina dengan wajah serius. Lalu, memakan ice creamnya yang dalam sekali suapan habis.

"Bisa jadi sih cuma aku gak dapat info apa-apa mengenai hal itu. Oh ya, Re. Gimana kaki kamu?"

"Semakin membaik dan kamu tahu gak sekarang aku di mana?"

"Nggak. Jangan bilang ... kalian lagi honeymoon!" Indah terdengar terkejut sendiri dengan isi kepalanya.

"Apaan sih, In. Aku lagi di Bali melihat Hotel kita yang ada di Bali."

"Nah, kebetulan di Bali bukannya cocok buat honeymoon? Kayaknya Pak Arga sengaja deh ngajak kamu ke sana setelah nikah." Reina hanya bisa menggelengkan kepala karena Indah yang pikirannya selalu terbang jauh.

"Memang sudah jadwalnya, aku kan yang ngatur jadwal Pak Arga! Jangan berpikiran sembarangan deh. Mana mungkin Pak Arga punya pikiran seperti itu."

"Lho, kenapa nggak?" Indah sedikit ngegas.

"Harus berapa kali sih Indah aku tegaskan, kita tuh nikah karena terpaksa!"

"Gini ya, Re. Okay, kalian menikah memang terpaksa cuma kan ya Arga itu laki-laki normal yang masa sih gak tergoda memiliki istri kayak kamu! Kamu itu cantik, sedikit seksi, dan pintar. Coba deh kamu pikir."

Untuk apa juga aku pikirkan. Isi pikiran Indah itu gak baik buat dipikirkan!

"Gak mau memikirkannya!" tegas Reina.

Terdengar helaan nafas di seberang sana. "Jadi kamu mau menyia-nyiakan suami kayak Pak Arga? Padahal kamu bisa loh menjadikannya milik kamu dengan sedikit usaha."

"Sudah deh, kita gak usah bahas hal itu lagi." Reina terlihat sudah malas.

"Okay, okay. Lagi pula aku sudah harus balik kerja. Kalau gitu, sampai nanti nyonya Arga." Seperti biasa, sebelum Reina membuka mulut Indah sudah lebih dahulu mematikan panggilan tersebut.

Kembali meletakkan handphone di atas nakas, Reina melangkah pergi dari sana. Saat sedikit lagi sampai di sofa, terdengar suara pintu terbuka. Reina buru-buru mendudukkan diri di sofa, takut ketahuan jalan.

"Saya pikir kamu tidur," ucap Arga sembari berjalan. Mendudukkan diri di sofa single, membuka jaketnya.

Reina menoleh ke arah Arga yang sedang mengeluarkan handphone dari dalam saku jaket. Reina teringat ucapan Indah tentang Revan. Apa Pak Arga tahu soal Revan yang cuti setahun? Berarti kalau cuma cuti, Revan berencana kembali. Terus sekarang apa yang sedang dilakukan lelaki itu sampai kabur dari pernikahan?

Setelah meletakkan handphone di atas meja, Arga menoleh ke arah Reina yang saat manik matanya bertemu dengan manik mata Arga langsung mengalihkannya dengan menatap ke arah lain.

"Kalau ada yang kamu butuhkan kamu bisa kasih tahu saya."

"Mm." Sembari menatap Arga sesaat.

.

.

Langit malam telah nampak di jendela, di mana ada beberapa bintang yang membuat langit nampak indah. Arga terlihat sedang menikmati minuman bersoda berwarna hitam yang sudah ia tuang ke dalam gelas bahkan diberi es batu.

Reina keluar dari dalam Kamar dengan sudah mengganti pakaiannya, sehabis mandi. Arga menoleh ke arah Reina yang sedang menjalankan kursi roda. Dress yang dibelikan Arga selalu terlihat pas di tubuh Reina yang memiliki kulit putih sedikit pucat.

Sampainya di dekat sofa single, Reina beralih duduk di sofa. Menatap layar tv yang menyala. "Oh ya, Pak. Gimana rapatnya tadi? Gak ada yang salah kan?"

"Seperti biasanya, semua tersusun rapi."

"Apa besok kita akan pulang?" tanya Reina yang dalam hatinya ingin jalan-jalan.

Arga menatap dalam Reina sembari memegang gelas pada salah satu tangan.

"Ada tempat yang ingin saya kunjungi. Kamu mau ikut?"

Sontak raut wajah Reina berubah senang. Tersenyum lebar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Pernikahan Darurat   23. "Adegan Dewasa"

    "Oh ya, Pak Arga. Rumornya kalau Bapak sudah menikah, apa benar?" tanya seorang kepala redaksi."Ternyata rumornya sudah sampai Bu Lusia yaa.""Jadi benar atau nggak nih, Pak?" goda kepala redaksi.Dengan wajah datarnya, Arga memperlihatkan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Reina yang berada di sampingnya, bertanya-tanya, sejak kapan Arga memakainya?"Wah, ternyata benar. Kalau gitu sudah gak ada kesempatan untuk wanita lain mengejar Pak Arga yaa.""Semua tamu sudah kembali ke Kamar masing-masing, bagaimana kalau kita juga akhiri obrolan ini?" ucap Arga dengan nada sopan.Kepala redaksi itu tersenyum ramah. "Tentu saja, Pak. Kebetulan saya mulai mengantuk.""Semoga tidur Ibu nyenyak," kata Reina sambil tersenyum."Bu Reina juga." Lalu, tersenyum.Reina dan Arga perhatikan kepala redaksi itu yang berjalan menjauh dari mereka. "Pak Arga," panggil Reina."Kenapa?""Apa Om Tio sudah pulang? Sejak kita ke Ballroom lagi saya gak melihatnya.""Pas saya bawa kamu ke ruang kerja,

  • Rahasia Pernikahan Darurat   22. Jealous

    Setelah pernyataan cinta itu rasanya justru jadi canggung, hanya untuk Reina, sementara Arga merasa biasa. Reina bahkan tidak berani menatap manik mata Arga yang sedari tadi terus memperhatikannya yang sedang makan bakpao.Walau pernyataan cinta itu mengejutkan dan mendadak sekali, namun Reina bersyukur bahwa masih ada Arga yang ia miliki."Pak Arga sendiri sudah makan?" tanya Reina di sela makannya.Terlalu memikirkan Reina, Arga pun mengabaikan dirinya sendiri yang belum makan, berpikir bahwa melewatkan makan tidak akan membuatnya sakit karena Arga lebih kuat dari Reina.Melihat Arga yang diam, membuat Reina mengetahui sendiri bahwa lelaki di hadapannya juga belum makan. Reina menghela nafas, lalu mengambil satu bakpao yang tersisa di dalam kantong, memberikannya pada Arga."Gimana bisa Pak Arga mengkhawatirkan saya sedangkan Pak Arga sendiri belum makan? Pak Arga gak mikir kalau saya mungkin saja khawatir?" Reina memarahi Arga yang cuma bisa diam.Tanpa kata, Arga mulai memakan bak

  • Rahasia Pernikahan Darurat   21. I Love You

    Dengan langkah berat Reina melangkah masuk ke dalam ruangan tempat Ayahnya berada dengan Arga yang setia merangkulnya. Di depan tubuh yang sudah terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuh, tangis Reina pecah. Dipeluknya sang Ayah yang kali ini hanya terdiam, tidak membalas pelukan Reina.Isakan tangis yang memilukan itu menghancurkan hati Arga. Tak ada yang bisa Arga lakukan selain menemani Reina, memperlihatkan pada Reina jika ia tidak sendiri."Maafin aku, Yah! Maafin aku yang akhir-akhir ini sibuk dengan dunia sendiri jadi belum ada waktu ngobrol sama Ayah." Sambil terus memeluk Mahendra.Reina menyesali semuanya. Waktu yang ia habiskan bersama Ayahnya tidaklah banyak. Bagi Reina waktu sebulan itu sebentar dan tidak ada apa-apanya, lagi pula setelah kembali tinggal bersama Arga, Reina terus sibuk dengan Arga, tanpa pernah berbicara dengan Ayahnya lagi."Seharusnya di saat terakhir Ayah, aku ada di samping Ayah ...." Reina menegakkan tubuhnya. Berusaha kuat, karena

  • Rahasia Pernikahan Darurat   20. Kepergian Seseorang

    "Kok lama ya? Memangnya di sekitar sini gak ada yang jual mochi?" gumam Reina yang merasa Arga sudah pergi cukup lama.Hingga pintu terbuka Reina akhirnya bisa bernafas lega, setelah sebelumnya khawatir jika terjadi sesuatu pada Arga. Arga mendudukkan diri di kursi, lalu menyerahkan kantong berisi mochi pada Reina."Kok semua rasa?" Sembari menoleh ke arah Arga setelah melihat isi kantong."Karena saya gak tahu rasa yang benar benar kamu suka, walau pun kamu bilang bisa makan semua rasa."Reina kembali menatap ke dalam kantong, lalu menyodorkan satu bungkus mochi rasa cokelat pada Arga. "Pak Arga bisa makan rasa cokelat, kan?" Arga ambil mochi itu, memperhatikan Reina yang mulai makan mochinya.Tanpa Reina sadari di mana Reina sibuk nonton suatu drama china sambil makan mochi, Arga yang berjalan ke arah sofa, memasukkan mochi dalam kemasan itu ke dalam saku jas. Setelahnya kembali duduk di kursi...Arga melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya di mana sudah jam 11 malam,

  • Rahasia Pernikahan Darurat   19. Suami Material

    Sedari beberapa saat lalu, Arga terus menemani Reina yang sudah berada di Kamar Rawat Inap. Reina yang belum sadarkan diri karena terlalu banyak menghirup asap. Tangan Arga yang tetap menggenggam tangan Reina, betapa takutnya Arga kehilangan Reina yang kata Dokter kondisinya tidak parah.Baskara melangkah masuk setelah mengetuk pintu. Berdiri di samping Arga. "Kata polisi kebakaran terjadi karena adanya ledakan dari salah satu kompor di Kitchen.""Ada korban?" Sembari menatap Reina."Gak ada, Pak. Semua tamu dan staf aman.""Sudah periksa cctv kalau ada tamu atau staf yang mencurigakan?" Arga tidak bisa percaya begitu saja pada pihak berwajib. Karena Arga pikir ada yang sengaja ingin mencelakai Reina."Saya sudah memeriksanya dan gak ada hal yang mencurigakan, selain saya mendapat kabar dari kepala Chef kalau salah satu staf Kitchen menghilang dari saat kebakaran terjadi.""Bagaimana dengan cctv di Kitchen?" Masih dengan menatap Reina."Saya gak menemukan apa-apa."Pertarungan kali in

  • Rahasia Pernikahan Darurat   18. Breaking News

    Ketika Reina selesai berganti pakaian kerja, terdapat panggilan masuk dari Indah. Sembari berdiri di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya, Reina menerima panggilan itu."Hallo, In.""Aku sudah tahu alasan Pak Arga menggantikan Revan menikahi kamu!" Dengan nada suara antusias, membuat Reina sangat penasaran."Apa?""Tiba-tiba 2 hari sebelum pernikahan Pak Arga mengatakan sama Revan kalau dia yang akan menggantikan Revan, dan kebetulan Revan memang ingin jadi sukarelawan di sini, jadi dia mau saja. Dan kamu tahu apa lagi, Re? Sebagai ucapan terima kasih dari Arga untuk Revan yang mau menyerahkan kamu ke dia, Arga sampai menyumbangkan fasilitas kesehatan untuk masyarakat di sini!"Reina tatap wajahnya di cermin yang sudah berubah menjadi terharu. Kenapa Arga sampai seperti itunya? Reina mulai bertanya-tanya."Menurut kamu kenapa Pak Arga melakukan itu?" tanya Reina dengan perasaan sudah tidak menentu."Apa mungkin diam-diam selama ini Pak Arga suka sama kamu?"Pak Arga suka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status