_"Kita tidak akan mudah untuk bisa mengubah pandangan buruk orang lain, terhadap diri kita sendiri."_
~~~"Lu liat sendiri, pan? Revan yang berantem, mereka bertiga kena imbasnye. Lu masih mau temenan sama mereka?" Ujar laki-laki berkacamata minus itu.
Gafi yang sedang berdiri duduk di pinggir lapangan, dengan bola voli ditangannya. "Nanti lu kebawa jeleknya," lanjut Galuh yang menepuk pundak kokoh laki-laki tinggi itu.
"Revan berantem, pasti ada sebabnya. Urang teh, tetep mau jadi temen mereka," jawab Gafi.
"Terserah, lo aja dah! Tapi inget, Fi. Sekalipun mereka baik, di mata orang lain mereka udah buruk. Lu kaga bisa ubah
_"Cemburu berlebihan itu tidak baik."_~~~Suara riuh kian memenuhi tribun penonton. Di karenakan, sore ini sepulang sekolah diadakan pertandingan latihan basket. Banyak siswa-siswi yang saling bersorak menyebutkan pemain yang mereka dambakan.Sama seperti Senja, yang meneriaki nama Aldi dengan semangat. Sedangkan Asta, gadis bermata coklat gelap itu sibuk menatap lapangan voli yang bersebelahan dengan lapangan basket SMA Garuda itu."Nja!" Teriak Asta."Kenapa, Ta?" Tanya Senja.Gadis berkuncir kuda itu langsung duduk di kursinya. Menatap Asta yang juga sedang menatapnya. "Gafi, ikut eskul voli?"Mendengar penuturan sahabatnya, mata Senja mulai mengedarkan pandangannya dan benar saja. Laki-laki bermata almond itu sedang berbaris dengan anggota eskul voli yang lain."Iya mungkin. Emang kena
_"Dibandingkan itu rasanya tidak menyenangkan."_~~~Mobil abu-abu Porsche Macan 2.0. terparkir manis di bagasi rumah Senja. Bersebelahan dengan motor vespa berwarna putih coklat itu. Helaan nafasnya berhembus bersamaan dengan dinginnya sore itu.Langkah kaki gadis itu, menginjak anak tangga satu persatu dihadapannya. Pintu kayu berwarna putih kini, sudah berada tepat dihadapannya. Jari jemari lentik itu, mulai membuka knop pintu dengan perlahan.Sambutan suara bising terdengar begitu nyaring di ruang tengah. Gadis berhodie itu menghela nafasnya. Langkahnya semakin cepat, sampai mata indahnya itu menangkap sosok yang tidak begitu asing yang sedang berdebat hebat."Sampai kapan, hah?! Sampai kapan kamu mau buat mama kesulitan, Van?" Suara itu terdengar begitu frustasi da
_"Cemburu tanpa status itu tidak mengenakan."_~~~ Pagi itu cuaca begitu mendukung, untuk kegiatan pelajaran olahraga kelas 10 IPA 2. Semua murid sudah berbaris di lapangan mendengarkan instruksi dari Pak Sanusi—guru olahraga. Guru berbadan tegap bak atlet itu sedang memberikan arahan. "Baik semuanya. Bapak, akan mengambil nilai. Hari ini, pengambilan nilai voli. Yang saya sebut namanya, nanti baris ke samping di sebelah sana," jelas Pak Sanusi. Semuanya menganggukkan kepalanya. "Yang mau latihan, bisa berada di sisi lapangan sebelah kiri saya. Oke, siap semuanya?" "Siap, Pak!" Jawab mereka serempak. Semuanya bubar, berhamburan dari barisan. Ada yang duduk-duduk santai di pinggir lapangan. Ada
_"Apa yang kita lihat, belum tentu sama dengan apa yang kita pikirkan."_~~~Senja membuka matanya, menatap sekeliling yang terasa asing. Tembok bercat putih, lemari berisi tumpukan file-file, kotak obat-obatan, alat timbangan berat badan, meja yang terdapat secangkir teh hangat, dan juga aroma khas obat menyeruak ke dalam indra penciumannya.Gadis itu menyentuh kepalanya yang terasa berdenyut. Ingatannya berputar mengenai kejadian yang tiba-tiba itu. Gadis bermata dalam itu mencoba duduk. Namun, kepalanya semakin berdenyut dan berputar-putar. Mungkin, karena efek pingsan yang lumayan lama.Clekkk...Suara pintu terbuka, membuat Senja menatap ke arah pintu kaca itu. Dilihatnya sosok laki-laki berperawakan tinggi, berjalan menghampirinya dengan senyum yang menam
_"Kecewa itu pasti ada."_~~~"Maneh teh, ada hubungan apa sama itu cewek?" Tanya laki-laki berambut hitam pekat itu.Keduanya sudah berada di gedung belakang. "Lu ga perlu tau! Intinya, gua sama itu cewek ga ada hubungan apa-apa. Gua minta sama lu, jangan sampe Senja tau masalah tadi. Lu ngerti?"Senyum Gafi tercetak dengan jelas. "Kalo kalian berdua, ga punya hubungan kenapa maneh takut?" Ujar Gafi.Ucapannya membuat rahang Aldi menatap tajam laki-laki tinggi dihadapannya. "Lu itu, bisa ga sih? Ga usah ikut campur urusan orang?! Lu itu cuma orang asing! Jadi, ga usah ikut campur urusan gua sama Senja! Ngerti lu?!""Urang kenal Senja. Makanya, urang teh ga suka kalo maneh main-main sama perasaannya dia," jelas Gafi."Ya, serah lu! Lu baru kenal dia dua hari, dan lu ngerasa udah kenal sama Senja? Jangan ng
_"Tuduhan itu belum tentu benar adanya. Kebanyakan orang langsung percaya dengan ucapan orang lain. Tapi, mereka lupa tentang apa yang mereka lihat."_~~~Pagi cerah di hari Kamis. Udara segar berhembus lembut pagi ini. Seragam bercorak batik berwarna abu-abu terpasang rapih di tubuh masing-masing siswa-siswi di SMA Garuda.Riuh suasana koridor terdengar gaduh. Laki-laki berambut belah tengah itu tidak ambil pusing dengan keributan yang terjadi. Ia memilih berlalu dan memasuki kelas IPA 2.Keadaan kelas terlihat sepi. Hanya ada Senja yang sedang membaca novel bersampul pink dan kedua daun telinganya terselip AirPods. Senja tenggelam dengan dunianya sampai tidak sadar dengan tatap Gafi.Sejak gadis itu pingsan, Gafi tidak mengajak gadis itu berbicara
_"Kehilangan seorang sahabat yang begitu berarti, untuk kesekian kalinya."_~~~Jam istirahat sudah terdengar seantero sekolah. Membuat semua siswa-siswi SMA Garuda saling berhamburan. Berbeda dengan hari biasanya, kelas 10 IPA 2 kembali terdengar gaduh."Eh! Lu harus tanggung jawab!" Bentak perempuan berambut bob itu."Tanggung jawab apa lagi?""Jangan mentang-mentang dompetnya udah balik, lu ngelupain gitu aja!" Ujar gadis bernama Anya.Senja menghela nafasnya, Asta ternyata memilih berlalu dari bangkunya meninggalkan Senja begitu saja. Padahal, Senja berharap Asta membelanya."Gua enggak ngelupain kejadian tadi. Tapi, gua emang enggak ngerasa harus bertanggung jawab," jelas Senja.Anya melipat kedua tangannya di dada. "Jelas-jelas dompetnya ada di elo! Emang kita belum buktiin lewat cctv. Tapi bagi gua, bu
_"Apa yang kita lakukan, belum tentu orang lain menyukainnya."_~~~Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Gafi sudah duduk di atas motornya. Motor pespa berwarna kream yang jarang ia gunakan. Akhirnya, hari ini ia gunakan.Pandangan tajamnya tidak lepas dari siswa-siswi yang berlalu lalang. Laki-laki berbulu mata lentik itu terlihat sedang menunggu seseorang."Dia aman, ga ada yang bakal macem-macem sama Senja. Kalo dia lagi sama Aldi." Gafi langsung menatap gadis berambut cepol itu dengan alis yang saling bertaut."Dia udah punya pacar, jadi lu ga usah terlalu jagain Senja. Bagi dia, lu cuma orang asing. Mending lu dengerin apa yang dia bilang, jauhin dia. Kalo lu makin deketin dia, masalah Senja makin nambah," lanjut gadis itu.Helaan nafas Gafi bisa dilihat oleh gadis berhidung mancung itu. "Kenapa maneh atau Senja, suka nyuruh urang teh