Share

Bab 2

Penulis: Daliah Wahidah
"Aku kenal Arhan sejak usia 15 tahun. Aku wanita yang bersamanya paling lama. Bisa dibilang aku lebih senior darimu. Selain itu, kamu cuma dirumorkan sebagai calon istrinya. Arhan nggak pernah mengakui hubungan kalian di depan umum."

Nikita tentu terprovokasi dengan ucapanku ini. Dia tidak lagi pura-pura bersikap lembut, melainkan memekik, "Cepat atau lambat, kami bakal nikah! Arhan sudah bosan denganmu! Dia kasihan padamu, makanya nggak mengusirmu! Sebaiknya jangan keterlaluan ya!"

"Selain itu, selama kamu hilang dua tahun, mungkin saja kamu sudah ditiduri pria lain! Masih ingin berebutan denganku? Cih!"

Sambil bicara, Nikita melirik ke arah pintu. Tiba-tiba, dia mengambil air di meja dan menyiram wajah sendiri.

"Dingin sekali ...." Wajah cantik Nikita basah. Alas bedak yang luntur membuatnya terlihat seperti ditindas.

Di sisi lain, Arhan kebetulan melihat semua ini dari jendela ruang rapat. Pria itu bergegas keluar, lalu meraih tangan Nikita dan bertanya, "Siapa yang melakukan ini?"

Arhan terlihat sangat panik. Dia bahkan melemparkan dokumen di tangannya ke wajahku. Ujung dokumen yang runcing menggores wajahku. Tidak sakit, tetapi sangat perih.

Resepsionis itu ketakutan hingga tidak berani bicara. Aku melirik Arhan sekilas sambil menjelaskan, "Dia yang melakukannya sendiri."

Nikita menatapku dengan mata memerah. "Ya, aku yang melakukannya. Semua ini salahku. Kamu sudah puas, 'kan? Kamu mengejek Arhan buta. Aku menutup mulutmu, lalu kamu menyiramku. Memang aku yang mencari masalah sendiri."

Nada bicara Nikita jelas-jelas terdengar sedang menuduh, tetapi ekspresinya malah terlihat sangat menyedihkan.

Bagaimanapun, momen selama Arhan kehilangan penglihatannya adalah mimpi terburuk baginya. Arhan tidak suka ada yang mengungkitnya, terutama diungkit olehku.

Arhan menatap Nikita lekat-lekat. Dia mengangkat tangan untuk menyeka air matanya, lalu berujar, "Ada aku di sini. Jangan nangis lagi."

Kalimat ini terdengar sangat familier. Ketika orang tuaku meninggal karena kecelakaan dan rumahku direbut oleh kerabatku, Arhan juga mengucapkan kalimat ini saat menemaniku tidur di koridor.

Asalkan ada Arhan, aku bersedia melewati rintangan apa pun. Sayangnya, bertahun-tahun berlalu. Arhan masih mengucapkan kalimat itu, tetapi kepada wanita lain. Sepertinya, Arhan memang punya perasaan untuk Nikita.

Aku menyaksikan semuanya dari samping. Tidak ada gejolak emosi apa pun di hatiku. Aku berucap, "Aku kemari untuk memintamu tanda tangan surat."

"Surat?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
sialan ini laki
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahasia yang Tak Kau Ketahui   Bab 12

    Ketika aku siuman, Arhan dan Nikita telah pergi. Sebelum Arhan pergi, dia sempat menjanjikanku sesuatu. "Nana, tunggu aku kembali. Aku akan memberimu penjelasan. Jangan lupakan aku. Masalah ini nggak seperti yang dia katakan."Ingat atau tidak, aku tidak peduli. Selama tiga hari berikutnya, Arhan tidak datang mencariku. Aku keguguran, tetapi aku tidak sedih. Aku menerima kenyataan ini dengan cepat.Erick beberapa kali ingin membahas tentang Arhan denganku, tetapi aku selalu melarang. Mentalku akhirnya pulih. Aku tidak ingin mendengar tentang pembuat onar.Jadi, Erick membahas tentang sanatorium di Negara Darsha, "Lingkungan di sana sangat bagus. Ada chinese food dan western food. Setiap hari ada dokter yang berkunjung, bahkan mereka mengatur tamasya setiap tiga bulan sekali. Nanti kubawa kamu jalan-jalan. Kita bakal main sampai puas."Aku mencebik dan tidak peduli. "Terserah. Lagian, ujung-ujungnya aku bakal lupa."Aku menyadari diriku salah bicara. Aku meneruskan, "Tapi, aku senang ka

  • Rahasia yang Tak Kau Ketahui   Bab 11

    Aku hamil. Setelah mengetahui kabar ini, aku hampir jatuh pingsan. Aku tidak punya pacar. Kok malah hamil?Erick membawaku melakukan pemeriksaan dengan cemas. Arhan juga tampak tidak senang. Dia menatapku dengan tatapan tidak karuan, seolah-olah bisa menangis kapan saja."Kok aku bisa hamil? Kamu tahu ini anak siapa?" tanyaku. Aku cuma percaya pada Erick, tetapi Erick tidak mau memberitahuku apa-apa.Erick hanya bilang kesehatanku kurang baik, jadi anak ini tidak bisa dipertahankan. Aku tidak peduli. Lagi pula, aku tidak bisa menjaga anak ini setelah melahirkannya nanti.Setiap hari, kerjaanku hanya makan dan tidur. Meskipun selalu lupa, kehidupanku sangat bahagia. Sampai suatu hari, seorang wanita muncul di hadapanku."Elena, kamu sengaja menggunakan anak untuk mengikat pria, 'kan? Dasar tercela," ejek wanita itu.Paras wanita ini sangat cantik, tetapi sikapnya padaku tidak baik. Aku tidak ingin menghiraukannya, tetapi dia terus menggangguku."Hei, bicara! Nggak ada gunanya pura-pura

  • Rahasia yang Tak Kau Ketahui   Bab 10

    Menyebalkan sekali, aku lagi-lagi mendengar keributan.Aku membuka mata dengan susah payah, lalu melihat dua pria tampan berdebat di depanku. Wajah keduanya terluka. Satpam berusaha melerai dan membujuk, "Tenangkan diri kalian. Bicara baik-baik kalau ada masalah."Aku bangkit dan duduk di ranjang. Aku menatap pria berjas putih, lalu melambaikan tangan untuk memanggilnya. Namun, pria bersetelan di sampingnya malah terlihat lebih tergesa-gesa.Pria itu sontak berlutut di depan ranjangku, lalu bertanya dengan wajah berlinang air mata, "Nana, kamu masih ingat aku?"Nana? Kenapa ada orang yang memanggilku dengan panggilan seperti itu? Aku mengernyit sambil menarik tanganku dari genggamannya."Siapa kamu? Aku mengenalmu? Kak Erick, dia temanmu?" tanyaku dengan kebingungan.Erick bergegas menghampiri, lalu bertanya dengan wajah agak pucat, "Elena, kamu bilang apa tadi? Kamu sudah lupa siapa dia?"Aku mengejapkan mataku sambil berpikir dengan cermat. Namun, aku yakin tidak mengenalnya.Arhan s

  • Rahasia yang Tak Kau Ketahui   Bab 9

    Erick membantuku memesan tiket ke Negara Darsha untuk minggu depan. Sebelum pergi, aku membeli leci favorit ibu Arhan untuk memberi penghormatan terakhir di makamnya. Ini tidak ada hubungannya dengan Arhan. Ibu Arhan memang berjasa padaku.Ibu Arhan dimakamkan di pemakaman termewah di pinggir kota. Di potretnya, terlihat senyumannya yang lembut dan damai, persis dengan yang ada di ingatanku.Aku membungkuk untuk membersihkan makam ibu Arhan. Tiba-tiba, terdengar suara familier dari belakangku. "Bu Elena, kenapa kamu ada di sini?"Itu Nikita. Nikita berkata dengan lembut, "Kamu mau bersihkan makam calon mertuaku ya? Baik hati sekali. Lain kali nggak usah repot-repot. Aku bakal suruh orang bersihkan nanti."Di hadapanku, Nikita melempar bunga yang kubawa. Aku tidak sengaja melirik gelang di pergelangan tangan Nikita. Itu adalah gelang yang sangat familier!Aku mengepalkan tanganku, lalu bertanya, "Kenapa kamu bisa pakai gelang itu?"Gerak-gerik Nikita terlihat sangat angkuh. Dia menyahut

  • Rahasia yang Tak Kau Ketahui   Bab 8

    Hari ini seharusnya tanggal 15 November. Begitu membuka mata, aku langsung melihat kalender ponsel.Ketika aku bangun, seorang dokter berjas putih berdiri di sampingku. Aku ingat dia. Dia Erick, kakak kelas sekaligus dokter penanggung jawabku.Masih ada seorang pria yang berdiri di depanku. Ekspresinya tampak galak. Pria itu berkata, "Main pingsan begitu saja. Sejak kapan kamu begitu pintar berakting?"Kepalaku sakit untuk sesaat. Detik berikutnya, aku baru ingat dia adalah Arhan. Aku bertanya, "Bukannya kamu sudah tunangan? Kenapa masih kemari?"Arhan terkekeh-kekeh dan tidak menanggapi pertanyaanku. "Saat mengantarmu ke rumah sakit, kudengar kamu sering cari pria ini. Sebelumnya aku penasaran gimana hidupmu selama dua tahun menghilang. Sekarang aku sudah dapat jawabannya."Arhan berjalan ke hadapan Erick sambil menatap Erick dengan tatapan penuh amarah. "Sayangnya, kamu kurang jago. Masa nggak ada hasil apa-apa selama dua tahun? Terakhir aku yang untung."Hinaan yang terang-terangan

  • Rahasia yang Tak Kau Ketahui   Bab 7

    Beberapa hari kemudian, foto pertemuan antara Arhan dengan CEO Grup Ecostar menjadi berita utama di berbagai media besar.Kemudian, Arhan dan Nikita melakukan wawancara. Nikita merangkul lengan Arhan dengan mesra. Keduanya terlihat sangat serasi."Bu Nikita, apa kamu pernah dengar tentang rumor yang berkaitan dengan Bu Elena? Apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya reporter.Nikita menyahut dengan murah hati, "Siapa yang tidak punya mantan pacar di zaman sekarang? Itu bukan masalah. Yang paling penting adalah aku dan Arhan menemukan sesama. Kami bakal hidup bahagia di masa depan. Jadi, nggak usah bahas orang tak berkepentingan seperti itu."Aku duduk di depan TV sambil menonton seluruh wawancara dengan ekspresi datar. Seorang gadis yang berdiri di belakangku tampak memasang ekspresi angkuh dan mendengus. Dia mendekatiku sambil berkata, "Bu Nikita akan jadi istri sah Pak Arhan sebentar lagi. Rumah ini bakal jadi properti mereka. Sebaiknya kamu pindah sekarang."Aku malas meladeninya. Ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status