Share

Saya ingin menikah

Hari senin yang di janjikan datang tanpa di harapkan, sesuai janji dengan wanita yang ternyata seorang aktris itu, Ashana harus datang ke apartemen Wira.

Tapi satu hal yang ia ragukan sekarang, jam berapa ia harus ke sana?

Ingin bertanya ia bahkan tak punya kontak pribadi wanita itu, Ashana terpaksa duduk diam di meja kerjanya. Memikirkannya lagi pastilah ia harus datang malam kan? lagi pula mereka hanya perlu tidur saja.

Ashana bergidik merasa ngeri saat kalimat tidur dengan pria asing itu muncul di pikirannya. Ia memang mengatakan dengan mulutnya bahwa akan menjual keperawanannya bahkan akan menjual rahimnya, tapi saat sudah menghitung jam seperti ini, ia benar-benar merasa gugup, takut, dan terhina secara bersamaan.

Ia merasa menjadi wanita paling tak bermoral dan lebih buruk dari jalang .

Jika tak mengingat wajah Ibunya tadi pagi yang sudah mulai membaik, ia pasti akan langsung bunuh diri saja. Tapi masih ada Ibunya dan masih ada kata bahagia yang ia janjikan pada Ayahnya.

Ashana tak bisa menyerah di sini.

Ketika lamunan itu makin dalam ketukan di meja kerjanya menariknya ke realita, “Ashana?”

“Hah? Ah ya mbak” ucapnya linglung sejenak mendapati asisten manajer berada di depan kubikelnya.

“Dipanggil juga, kamu ke gudang ya Asha, tolongin aku ambil beberapa bahan fotokopi, udah habis ternyata. Aku harus ke manajer dulu soalnya”

“Tolong ya” dan setelahnya, asisten manajer menghilang begitu saja

“Iya mbak” jawab singkat Ashana yang tak mungkin menolak

Berjalan sendirian di area kantor, Ashana memutuskan untuk ke loby sejenak, mungkin jika ia membeli minuman dingin, kepalanya akan sedikit membaik.

Menatap ke depan dan sesekali pada lantai yang di injaknya. Matanya bisa menangkap cafetaria depan kantornya, hingga Ashana memutuskan untuk berjalan lebih cepat lagi.

Tapi tabrakan kecil tak bisa di elakkan.

Byuur

Minuman dingin dengan warna cokelat dan boba tumpah mengenai rok pensil hitamnya.

Dan detik berikutnya suara menangis anak kecil di depannya langsung menggema.

“Akkkhhh hiiks hiiks papa”

Tangisan itu langsung menarik perhatian orang di sekitar, membuat Ashana langsung panik menatap anak kecil laki-laki di depannya, mungkin berusia 5 tahun kurang.

Tak sempat memikirkan roknya yang sudah basah bahkan menetes ke kakinya, Ashana langsung berjongkok di depan anak kecil itu.

“Hei, kamu baik-baik aja?” tanya Ashana lembut membelai puncak kepala bocah itu menenangkan dari tangisnya.

“Minumannya tumpah ya? Tante beliin yang baru mau?” Ashana bertanya dengan beralih membelai pipi gembul itu yang kini berubah tak terisak lagi.

“Ah tante mau beliin Kepin?” tanya nya pelan seolah takut.

Ashana justru tersenyum lebar, ia tau bocah ini pasti menangis karena takut di marahi, “Iya, kepin kan belum minum minuman tadi. Tante beliin yang baru ya? Mau kan?”

Bocah itu langsung mengangguk heboh, “Iya tante kepin mau” ucapnya yang entah bagaimana langsung memeluk Ashana.

“Eh eh tante basah sayang” tahan Ashana menyadari gerakan itu.

Tiba-tiba tangan seseorang datang menarik kerah baju bocah itu dan kemudian mengulurkan tisu, “Saya minta maaf atas kelakuan anak saya, saya akan ganti rugi pakaian kamu” ucap pria yang tengah berjongkok di samping bocah itu.

Ashana segera menyadari wajah mereka yang mirip. Pastilah orang ini Ayah dari anak itu, “Terima kasih” ucap Ashana sopan yang langsung mengambil tisu itu dan mulai melap roknya. Bersyukur rok nya hitam jadi tak terlalu jelas.

“Kevin seharusnya kamu minta maaf, bukannya malah minta di beliin minuman baru” ucap pria itu tegas pada anaknya.

Menyadari itu Ashana langsung mengklarifikasi, “Ah tidak apa-apa jangan di marahi. Kevin pasti terlalu aktif jadi tak sengaja menumpahkan minuman tadi, iya kan kepin?” tanya Ashana coba menghibur karena melihat bocah itu mulai merengut.

“Iya tante Kepin nggak sengaja, maaf tante” ucap maafnya yang jauh berbeda dengan nada nya yang senang karena di bela dan tak di marahi sama sekali.

Pria itu langsung menghela napas melihat itu

“Saya akan ganti rugi, tolong berikan nomor rekening kamu” ucap pria itu mengalihkan senyum Ashana dari bocah lucu itu.

“Ah tidak perlu, tidak ada yang harus di ganti. Kalau begitu saya permisi, dadah Kepin tante pergi dulu” pamitnya yang langsung menjauh karena teringat wajah asisten manajer yang mungkin sedang mencarinya saat ini.

“Papa Kepin suka tante itu” ucap Kevin polos tanpa motif apapun.

**

Tepat saat ini jam 6 sore, Ashana terhanyut menatap gedung apartemen di depannya. Kawasan ini termasuk elit dengan penjagaan yang ketat, seolah mengatakan hanya orang penting yang bisa masuk ke area ini.

Memasuki lift dengan perasaan bercampur aduk, Ashana di dera rasa cemas tak terhingga. Ia akan bertemu dengan suami dari artis terkenal itu, apa yang harus ia lakukan?

Belum menemukan jawaban, lift itu sudah berhenti dan terbuka perlahan, menandakan waktunya untuk memikirkan hal tersebut habis di detik itu juga.

Pintu no 90

Menekan bel apartemen karena tak memiliki kartu akses, Ashana berdiri gugup dengan masih mengenakan pakaian kantor nya. Ia langsung kesini setelah pulang kantor.

Dan Creak

Pintu terbuka menampilkan seseorang yang sangat di kenal Ashana. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. tapi rasa gugup tetap saja tak bisa dihindari.

Berbeda dengan pria di depannya yang justru tampak santai saja, “Silahkan masuk, anda sudah di tunggu”

Bagai tak bernyawa, Ashana masuk ke dalam apartemen mewah dengan dua lantai, corak putih membuatnya bersih dan menyegarkan.

Tapi hal itu sirna, saat Ashana melihat seorang pria dengan jas hitam melekat tengah duduk di sofa single dengan salah satu tangan di lengan sofa dan tangan lainnya berada di dagu menopang.

Ashana terdiam di tempatnya membeku, dan beberapa detik juga mata pria itu bergetar tipis

“Jadi kamu wanita yang menjual diri itu?” nada dingin dan perkataan kurang moral itu menusuk tepat di kepalanya.

“Saya baru tau ternyata karyawan Daniswira juga berprofesi sebagai jalang” tekan Caraka.

Ya pria itu Caraka Daniswira, yang merupakan CEO tempat Ashana bekerja. Perkataan itu langsung meluruhkan bahu Ashana, kenapa dunia sempit sekali?.

“Tanda tangani perjanjian itu!” tekan Caraka lagi menatap dingin Ashana.

Sebenarnya Caraka ingin sekali mengusir wanita ini, bagaimana bisa ia tidur dengan karyawannya sendiri? tapi ia juga ingat jika wanita ini yang sudah di pilih Bellanca. Ia tak bisa membuat istrinya itu makin sedih lagi dengan menolak.

Ashana kaget, ia kira ia akan diusir atau lebih parahnya di pecat, tapi atasannya ini tampak tak mempermasalahkan hal itu.

Mendekat pada meja di depan sofa itu, Ashana mengambil duduk di tempat yang jauh dari Caraka sambil membaca surat perjanjian itu.

Ketika dia fokus pada surat itu, Caraka juga menatap lekat pada wanita di depannya ini. Caraka mengerutkan keningnya, bagaimana mungkin ada jalang dengan penampilan jelek seperti ini? wajah tak terawat yang jauh dari skincare, bahkan jerawat kecil itu sungguh membuat Caraka tak habis pikir.

Belum lagi kantung mata wanita ini yang menghitam, dan jangan lupakan wajah polos yang seperti tak di poles make up itu, bahkan lipstick di bibir wanita itu tampak sudah pudar.

Benar-benar jalang tak professional.

Di tambah pakaian kantor yang tampak lusuh dan membosankan.

Dan kenapa bisa wanita ini punya pemikiran menjual diri dengan tampilan yang tak menggoda ini? benar-benar jauh dari kata menarik. Bahkan untuk di lihat saja, fisik wanita ini sungguh jauh dari kata menyenangkan.

Bukan tipenya sama sekali.

Caraka tak bisa menemukan jawabannya, dan kenapa Bellanca memilih wanita ini?

“Pak, apa bisa saya meminta satu hal?” tanya pelan Ashana tanpa berani mengangkat pandangannya.

Caraka langsung melepas tangan yang menopang dagunya, dan memilih duduk tegak, “Katakan!”

Ashana jelas sekali ragu-ragu, “S-saya ingin menikah dengan Pak Caraka”

Deg

Perkataan itu membuat hening singkat di ruangan itu

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Deti Tiyani
bagus sangat membuat penasaran
goodnovel comment avatar
Selviane Ane Mamuaja
ceritax bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status