Beranda / Romansa / Rahim 1 Miliar / Saya ingin menikah

Share

Saya ingin menikah

Penulis: Enierr
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-06 15:16:51

Hari senin yang di janjikan datang tanpa di harapkan, sesuai janji dengan wanita yang ternyata seorang aktris itu, Ashana harus datang ke apartemen Wira.

Tapi satu hal yang ia ragukan sekarang, jam berapa ia harus ke sana?

Ingin bertanya ia bahkan tak punya kontak pribadi wanita itu, Ashana terpaksa duduk diam di meja kerjanya. Memikirkannya lagi pastilah ia harus datang malam kan? lagi pula mereka hanya perlu tidur saja.

Ashana bergidik merasa ngeri saat kalimat tidur dengan pria asing itu muncul di pikirannya. Ia memang mengatakan dengan mulutnya bahwa akan menjual keperawanannya bahkan akan menjual rahimnya, tapi saat sudah menghitung jam seperti ini, ia benar-benar merasa gugup, takut, dan terhina secara bersamaan.

Ia merasa menjadi wanita paling tak bermoral dan lebih buruk dari jalang .

Jika tak mengingat wajah Ibunya tadi pagi yang sudah mulai membaik, ia pasti akan langsung bunuh diri saja. Tapi masih ada Ibunya dan masih ada kata bahagia yang ia janjikan pada Ayahnya.

Ashana tak bisa menyerah di sini.

Ketika lamunan itu makin dalam ketukan di meja kerjanya menariknya ke realita, “Ashana?”

“Hah? Ah ya mbak” ucapnya linglung sejenak mendapati asisten manajer berada di depan kubikelnya.

“Dipanggil juga, kamu ke gudang ya Asha, tolongin aku ambil beberapa bahan fotokopi, udah habis ternyata. Aku harus ke manajer dulu soalnya”

“Tolong ya” dan setelahnya, asisten manajer menghilang begitu saja

“Iya mbak” jawab singkat Ashana yang tak mungkin menolak

Berjalan sendirian di area kantor, Ashana memutuskan untuk ke loby sejenak, mungkin jika ia membeli minuman dingin, kepalanya akan sedikit membaik.

Menatap ke depan dan sesekali pada lantai yang di injaknya. Matanya bisa menangkap cafetaria depan kantornya, hingga Ashana memutuskan untuk berjalan lebih cepat lagi.

Tapi tabrakan kecil tak bisa di elakkan.

Byuur

Minuman dingin dengan warna cokelat dan boba tumpah mengenai rok pensil hitamnya.

Dan detik berikutnya suara menangis anak kecil di depannya langsung menggema.

“Akkkhhh hiiks hiiks papa”

Tangisan itu langsung menarik perhatian orang di sekitar, membuat Ashana langsung panik menatap anak kecil laki-laki di depannya, mungkin berusia 5 tahun kurang.

Tak sempat memikirkan roknya yang sudah basah bahkan menetes ke kakinya, Ashana langsung berjongkok di depan anak kecil itu.

“Hei, kamu baik-baik aja?” tanya Ashana lembut membelai puncak kepala bocah itu menenangkan dari tangisnya.

“Minumannya tumpah ya? Tante beliin yang baru mau?” Ashana bertanya dengan beralih membelai pipi gembul itu yang kini berubah tak terisak lagi.

“Ah tante mau beliin Kepin?” tanya nya pelan seolah takut.

Ashana justru tersenyum lebar, ia tau bocah ini pasti menangis karena takut di marahi, “Iya, kepin kan belum minum minuman tadi. Tante beliin yang baru ya? Mau kan?”

Bocah itu langsung mengangguk heboh, “Iya tante kepin mau” ucapnya yang entah bagaimana langsung memeluk Ashana.

“Eh eh tante basah sayang” tahan Ashana menyadari gerakan itu.

Tiba-tiba tangan seseorang datang menarik kerah baju bocah itu dan kemudian mengulurkan tisu, “Saya minta maaf atas kelakuan anak saya, saya akan ganti rugi pakaian kamu” ucap pria yang tengah berjongkok di samping bocah itu.

Ashana segera menyadari wajah mereka yang mirip. Pastilah orang ini Ayah dari anak itu, “Terima kasih” ucap Ashana sopan yang langsung mengambil tisu itu dan mulai melap roknya. Bersyukur rok nya hitam jadi tak terlalu jelas.

“Kevin seharusnya kamu minta maaf, bukannya malah minta di beliin minuman baru” ucap pria itu tegas pada anaknya.

Menyadari itu Ashana langsung mengklarifikasi, “Ah tidak apa-apa jangan di marahi. Kevin pasti terlalu aktif jadi tak sengaja menumpahkan minuman tadi, iya kan kepin?” tanya Ashana coba menghibur karena melihat bocah itu mulai merengut.

“Iya tante Kepin nggak sengaja, maaf tante” ucap maafnya yang jauh berbeda dengan nada nya yang senang karena di bela dan tak di marahi sama sekali.

Pria itu langsung menghela napas melihat itu

“Saya akan ganti rugi, tolong berikan nomor rekening kamu” ucap pria itu mengalihkan senyum Ashana dari bocah lucu itu.

“Ah tidak perlu, tidak ada yang harus di ganti. Kalau begitu saya permisi, dadah Kepin tante pergi dulu” pamitnya yang langsung menjauh karena teringat wajah asisten manajer yang mungkin sedang mencarinya saat ini.

“Papa Kepin suka tante itu” ucap Kevin polos tanpa motif apapun.

**

Tepat saat ini jam 6 sore, Ashana terhanyut menatap gedung apartemen di depannya. Kawasan ini termasuk elit dengan penjagaan yang ketat, seolah mengatakan hanya orang penting yang bisa masuk ke area ini.

Memasuki lift dengan perasaan bercampur aduk, Ashana di dera rasa cemas tak terhingga. Ia akan bertemu dengan suami dari artis terkenal itu, apa yang harus ia lakukan?

Belum menemukan jawaban, lift itu sudah berhenti dan terbuka perlahan, menandakan waktunya untuk memikirkan hal tersebut habis di detik itu juga.

Pintu no 90

Menekan bel apartemen karena tak memiliki kartu akses, Ashana berdiri gugup dengan masih mengenakan pakaian kantor nya. Ia langsung kesini setelah pulang kantor.

Dan Creak

Pintu terbuka menampilkan seseorang yang sangat di kenal Ashana. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. tapi rasa gugup tetap saja tak bisa dihindari.

Berbeda dengan pria di depannya yang justru tampak santai saja, “Silahkan masuk, anda sudah di tunggu”

Bagai tak bernyawa, Ashana masuk ke dalam apartemen mewah dengan dua lantai, corak putih membuatnya bersih dan menyegarkan.

Tapi hal itu sirna, saat Ashana melihat seorang pria dengan jas hitam melekat tengah duduk di sofa single dengan salah satu tangan di lengan sofa dan tangan lainnya berada di dagu menopang.

Ashana terdiam di tempatnya membeku, dan beberapa detik juga mata pria itu bergetar tipis

“Jadi kamu wanita yang menjual diri itu?” nada dingin dan perkataan kurang moral itu menusuk tepat di kepalanya.

“Saya baru tau ternyata karyawan Daniswira juga berprofesi sebagai jalang” tekan Caraka.

Ya pria itu Caraka Daniswira, yang merupakan CEO tempat Ashana bekerja. Perkataan itu langsung meluruhkan bahu Ashana, kenapa dunia sempit sekali?.

“Tanda tangani perjanjian itu!” tekan Caraka lagi menatap dingin Ashana.

Sebenarnya Caraka ingin sekali mengusir wanita ini, bagaimana bisa ia tidur dengan karyawannya sendiri? tapi ia juga ingat jika wanita ini yang sudah di pilih Bellanca. Ia tak bisa membuat istrinya itu makin sedih lagi dengan menolak.

Ashana kaget, ia kira ia akan diusir atau lebih parahnya di pecat, tapi atasannya ini tampak tak mempermasalahkan hal itu.

Mendekat pada meja di depan sofa itu, Ashana mengambil duduk di tempat yang jauh dari Caraka sambil membaca surat perjanjian itu.

Ketika dia fokus pada surat itu, Caraka juga menatap lekat pada wanita di depannya ini. Caraka mengerutkan keningnya, bagaimana mungkin ada jalang dengan penampilan jelek seperti ini? wajah tak terawat yang jauh dari skincare, bahkan jerawat kecil itu sungguh membuat Caraka tak habis pikir.

Belum lagi kantung mata wanita ini yang menghitam, dan jangan lupakan wajah polos yang seperti tak di poles make up itu, bahkan lipstick di bibir wanita itu tampak sudah pudar.

Benar-benar jalang tak professional.

Di tambah pakaian kantor yang tampak lusuh dan membosankan.

Dan kenapa bisa wanita ini punya pemikiran menjual diri dengan tampilan yang tak menggoda ini? benar-benar jauh dari kata menarik. Bahkan untuk di lihat saja, fisik wanita ini sungguh jauh dari kata menyenangkan.

Bukan tipenya sama sekali.

Caraka tak bisa menemukan jawabannya, dan kenapa Bellanca memilih wanita ini?

“Pak, apa bisa saya meminta satu hal?” tanya pelan Ashana tanpa berani mengangkat pandangannya.

Caraka langsung melepas tangan yang menopang dagunya, dan memilih duduk tegak, “Katakan!”

Ashana jelas sekali ragu-ragu, “S-saya ingin menikah dengan Pak Caraka”

Deg

Perkataan itu membuat hening singkat di ruangan itu

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Deti Tiyani
bagus sangat membuat penasaran
goodnovel comment avatar
Selviane Ane Mamuaja
ceritax bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahim 1 Miliar    Ch 39 : Keromantisan Pagi Hari

    Sarapan pagi itu selesai dengan damai dan lancar, Ashana tak hentinya tersenyum lembut merasakan betapa indahnya pagi ini. Ia jadi merasa hari ini akan menjadi lebih baik lagi nantinya. Ashana berjalan kembali ke dapur dengan membawa piring kotor tadi ke wastafel. Ia tak bisa mengharapkan Dina untuk membersihkan meja makan. Lagi pula perempuan itu juga tak terlihat sedari tadi, mungkin ia masih bersembunyi karena menyadari Caraka masih di sini. Menyalakan kran wastafel, Ashana berniat mencuci piring sebelum ia berangkat ke kantor. Ia tak terbiasa meninggalkan piring kotor di rumah, semacam sudah kebiasaan untuk memastikan semuanya bersih sebelum ia pergi. Meninggalkan Caraka di meja makan, Ashana yakin pria itu pasti sudah pergi mengingat tadi Bellanca mengirimkan pesan. Walaupun Ashana tak sampai membaca pesan apa itu, tapi Ashana yakin Caraka akan menemui istri tercintanya itu. Lagi-lagi ketika mengingat kata istri, Ashana melirik ke jari manis tangannya yang tertutup oleh busa s

  • Rahim 1 Miliar    Ch 38 : Sarapan bersama

    Suasana hangat itu langsung berubah canggung, Caraka tak bergerak setelah membaca pesan tersebut. Mata dan pikirannya terpaku pada beberapa kata itu. Terutama kata kangen yang di kirim Bellanca.Ashana yang membawa infused water di tangannya datang mendekat, dan tanpa sengaja melihat ke arah yang sama. Matanya bergetar mendapati nama my wife di layar hp Caraka. Tanpa bertanya siapa, Ashana sudah tau jawabannya.Dengan pelan ia meletakkan gelas itu, denting gelas dan meja beradu menarik kesadaran Caraka. Terkesiap, tangannya spontan menelungkup kan layar hp nya ke meja, seolah sedang tertangkap basah langsung menatap Ashana dengan kaget."Minumannya" ucap Ashana singkat yang mengambil duduk di kursi sana."Ah, makasih" balas Caraka tak kalah singkat. Canggung mendera mereka, Caraka yang seolah ingin mengatakan sesuatu menjadi ragu-ragu. Mulut pria itu terbuka lalu tertutup lagi seolah tak tau harus bicara apa. Di tengah hening itu, Ashana mengambil garpu nya, tanpa melihat Caraka ia

  • Rahim 1 Miliar    Ch 37 : Perasaan hangat

    Mentari mulai muncul perlahan, mengintip di ujung timur dengan semburat jingga cerah. Denting jam berdetak seirama mengisi ruangan, gorden yang terbuka mengizinkan semilir angin masuk.Ashana mengerjap perlahan, berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang mulai terang. Bau wangi softener di selimut membangunkan semua inderanya. Ia mulai mengingat semua yang terjadi, ia mati kelelahan kemarin di dalam mobil Caraka. Semua badannya terasa pegal, bahkan ia sedikit meringis karena sakit. Sepertinya hukuman yang di janjikan Caraka benar-benar bukan omong kosong belaka. Caraka, pria dengan ucapannya, akan lebih baik untuk tidak memancing amarah pria ini lagi. Ashana bergerak perlahan, ia masih sadar untuk pergi bekerja, tak mungkin ia absen begitu saja. Baru saja bergerak perlahan, lenguhan dari arah belakangnya segera membuat Ashana berbalik.Caraka tertidur dengan wajah yang di benamkan di bantal. Lengan pria itu memeluknya di pinggang. "Dia tidur disini?" lirih Ashana. Ia tak ingat bagaima

  • Rahim 1 Miliar    Ch 36 : Bercinta atau keluar

    Ashana yang berlari keluar berhenti ketika sampai di loby mall. Ia bingung, ia datang bersama Caraka, tidak masalah kan jika ia pulang sendiri?Menoleh ke belakang, Ashana menghela napas. Lagi pula sepertinya pria itu juga tak terlalu peduli padanya, buktinya Caraka sama sekali tidak mengejarnya. Meyakinkan diri, akhirnya Ashana berjalan keluar mencari taxi. Jalan raya malam ini terasa ramai, mungkin sebab itu lah ia tak juga menemukan taxi yang dicarinya sejak tadi. Apa sebaiknya ia memesan ojol saja?Saat pikiran itu datang, ia segera mengambil hp dari dalam tasnya, membuka aplikasi hijau.Akan lebih baik, jika ia segera menghilang dari sini sebelum bertemu Caraka lagi. Ashana bingung jika harus menjawab pertanyaan kenapa ia tiba-tiba keluar seperti tadi. Itu hanya gerakan impulsif semata karena perasaannya yang sedikit tertekan. Ia merasa tak bisa terlalu lama berduaan dengan pria itu.Sibuk menunduk menatap layar yang menampilkan driver sedang di cari, suara klakson dari arah de

  • Rahim 1 Miliar    Ch 35 : Jari manis kosong

    Lagi-lagi untuk hari ini Caraka menyerangnya. Menciumi semua isi mulutnya, menjilatinya dengan tangan yang sudah meraba kemana-mana.Kulit nya yang terbuka akibat dress pendek itu sangat di manfaatkan oleh Caraka, tangannya bergerak liar dari punggung, pinggang hingga ke paha Ashana.Ashana memejamkan mata merasakan itu, mendesah pelan dengan menggigit bibir bawahnya agar tak terlalu berisik. Ia harus ingat bahwa ini tempat umum, bukan tempat seharusnya bagi mereka melakukan hal seperti ini. Mau bagaimana pun pikiran nya, tubuhnya sama sekali tak mendengarkan. Ia justru kembali terhanyut dalam perasaan menggelitik ini. Tubuhnya sama sekali tak ingin menghindar, malah semakin merapat ke arah Caraka."Hah" saat desah itu makin terdengar kuat dari Caraka, pria itu segera menarik diri. Menyatukan dahi mereka dengan napas saling beradu.Caraka membelai pipi Ashana yang terasa panas di ujung jarinya, "Kamu pasti lelah, maaf aku akan menahan diri" tulusnya.Ashana langsung mengangkat panda

  • Rahim 1 Miliar    Ch 34 : Dress menggoda

    Mall yang mereka tuju itu ramai dengan manusia. Suara langkah kaki hingga suara tawa memenuhi tempat itu.Ashana menatap sekitar, ini kedua kalinya ia masuk ke dalam mall besar ini, tempat yang pas untuk menghamburkan uang.Menoleh ke sampingnya, Caraka terlihat dalam suasana yang sangat baik. Ashana bahkan bisa melihat wajah dingin yang biasanya kaku itu mengendur rileks. Bahkan sudut bibirnya sedikit terangkat tanpa beban. 'Jika tidak berwajah datar seperti biasanya, Caraka terlihat jauh lebih tampan' pujinya dalam hati. Ia dengan nyaman mengamati wajah tampan itu.Merasakan tatapan dari sebelahnya, Caraka menoleh hingga Ashana terpergok menatapnya sejak tadi. Ashana langsung kikuk, tidak sopan menatap orang lain secara terang-terangan begitu.Ia merutuki dirinya sendiri. "Apa yang sedang kau lihat?" tanya Caraka yang sama sekali tak merasa risih. Justru pria itu bertanya ramah.Ashana semakin bersalah, "Ah, tidak. Aku hanya tidak terbiasa saja datang kesini" ucapnya pelan. Caraka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status