Share

03. Permintaan Gila

Dengan tertatih-tatih, Valerie memunguti pakaiannya yang dirobek dengan paksa oleh Sean sebelumnya, layaknya tengah memunguti harga dirinya yang telah dihancurkan oleh bosnya.

“Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Pergi dari sini!”

Sekali lagi suara teriakan Sean menggema, meneriakkan kebenciannya pada perempuan murahan itu.

Tanpa mengatakan apa pun, Valerie pergi dari apartemen itu dalam keadaan yang sangat kacau. Kemeja yang dikenakan tidak lagi menutupi tubuhnya dengan sempurna, rambut yang acak-acakkan dan wajah yang sudah bersimbah air mata.

Siapa pun yang melihatnya sudah pasti berpikir bahwa dia adalah perempuan korban pemerkosaan.

‘Ya Tuhan! Bagaimana ini …. semuanya sudah hancur.’

Uang satu milyar itu tidak akan menjadi miliknya. Operasi ibunya akan gagal, ditambah dia pasti akan dipecat dari Kyler Group.

“God! Apa yang terjadi?”

Di tengah rasa kalutnya, Amora tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Apa kau sudah berhasil tidur dengan suamiku?” tanyanya kembali setelah meneliti keadaan Valerie.

Valerie menggeleng sebagai jawaban.

Tahu ada yang salah di sini, Amora langsung menarik tangan Valerie untuk mengikutinya.

“Kita akan ke mana, Nyonya?”

“Jangan banyak tanya dan ikut saja denganku!”

***

Belum usai rasa pusing menderanya, gebrakan pintu yang terbuka dengan keras kembali mengambil alih perhatian Sean. Saat mendapati istrinya lah yang datang, amarah itu seketika mereda.

“Hai, Sayang. Apa yang membawamu ke sini—”

Kalimat Sean terputus saat tatapannya beralih ke belakang Amora. Di sana ... perempuan yang sejak tadi memancing amarahnya masih berdiri dengan diam.

“Kenapa kau masih membawa ke sini wanita murahan itu, Amor?” tanya Sean dengan suara dingin.

Amora mendekat ke arah suaminya. “Dia bukan wanita murahan, tetapi dia calon ibu dari anak kita, Sean!”

“Keputusanku sudah bulat, Amor. Aku tidak akan menidurinya, apalagi sampai membuatnya hamil. Lupakan semua idemu untuk mempunyai anak mulai sekarang, Amora!”

“Apa maksudmu? Apa kau sadar dengan yang kau katakan, Sean?” tanya Amora dengan wajah terkejut.

“Aku jijik padanya! Aku sama sekali tidak bernafsu untuk tidur dengannya. Jadi jangan harap aku sudi menidurinya, apalagi sampai menghamilinya!” ucap Sean yang menatap ke arah Valerie dengan tatapan menghina.

Sedangkan Valerie yang mendapat hinaan itu hanya bisa meremas jari jemarinya, semakin merasa rendah diri karena perkataan Sean.

Amora menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak setuju. “Kamu telah sepakat sebelumnya, lalu kenapa tiba-tiba berubah pikiran, Sean? Aku tidak mau, kamu tetap harus menghamili Valerie apapun caranya!”

Sean menyugar rambutnya dengan kasar, frustasi akan permintaan konyol dari istrinya.

“Tolong lupakan semua ide tentang memiliki anak mulai sekarang, Amor. Sudah aku tegaskan sebelumnya, aku tidak ingin memiliki anak. Jadi aku tidak perlu menghamili wanita murahan itu,” kata Sean dengan nada lebih lembut.

“Kamu sudah gila! Kita sudah membahas ini berkali-kali tentang konsekuensi apa yang akan aku terima jika sampai tahun depan aku belum juga memberikan keturunan pada keluargamu. Kita akan dipisahkan, Sean. Orang tuamu akan membuat kita bercerai!” Amora berteriak putus asa.

Ibu suaminya itu memang sudah mewanti-wantinya untuk segera hamil paling lambat tahun depan, kalau tidak perempuan paruh baya itu sendiri yang akan membawanya ke dokter obgyn kepercayaannya untuk memeriksa keadaan Amora. Dan jika itu terjadi, apa yang disembunyikan selama ini akan ketahuan, bahwa dirinya adalah perempuan mandul.

Dan setelah itu, tentu saja perceraian yang akan membayangi pernikahannya dengan Sean. Orang tua suaminya mana bisa terima mempunyai menantu yang tidak sempurna seperti dirinya.

“Aku mandul, Sean. Kamu memang bisa menerima itu, tetapi orang tuamu tidak!” teriak Amora lagi, benar-benar terlihat putus asa.

Valerie yang sejak tadi diam menunduk mendengar perdebatan keduanya, seketika mengangkat kepalanya. Jadi inilah alasannya, Amora Tsamara mandul sehingga butuh rahimnya.

“Aku tidak mau menduakanmu, Amora. Wanita itu memintaku untuk menikahinya terlebih dahulu sebelum menghamilinya!” Sean mengancungkan tangannya ke arah Valerie yang semakin mencicit ketakutan. “Perempuan murahan itu menginginkan pernikahan, sedangkan bagiku hanya kamu satu-satunya orang yang akan aku bawa ke altar pernikahan dan berjanji di depan Tuhan, bukan perempuan itu atau yang lainnya.”

Seharusnya Amora begitu terenyuh saat mendengar secara langsung bagaimana setianya Sean kepada dirinya dan tidak berniat sedikit pun untuk mengkhianati ikatan suci pernikahan mereka. Hanya saja, hal ini tidak penting lagi jika dia ketahuan mandul.

“Sean, lihat aku, Sayang! Aku tidak peduli kamu menduakan aku atau apa pun itu, bagiku hanya aku satu-satunya istri kamu,” kata Amora. “Hanya saja, lakukan saja keinginan wanita itu dan hamili segera, setelah itu kamu bisa menceraikannya dan kita bisa berbahagia. Hanya kita berdua dan anak kita.”

Melihat suaminya diam dan tampak mencerna perkataannya, Amora mendekat dan menggenggam kedua tangan suaminya dengan lembut. “Kamu menyayangiku, bukan? Kamu mencintaiku, kan?”

Air mata keputusasaan kini sudah memenuhi wajah cantik Amora. Sungguh, harapan terakhirnya hanya ini dan dia tidak boleh gagal.

“Kenapa kamu begitu egois dan begitu terobsesi dengan anak, Amora? Kenapa kamu tidak bisa mengerti dengan perasaanku saat ini? Aku menolak karena aku tidak ingin menduakanmu, kenapa kamu tidak bisa mengerti itu!”

Sean yang sejak tadi berusaha menahan diri, akhirnya tak tahan lagi. Pada akhirnya ia juga ikut meninggikan suara di depan istrinya. Sean hanya tidak paham kenapa Amora berakhir seegois ini.

“Karena aku tidak mau kehilanganmu, Sean!” balas Amora tak kalah kerasnya. “Aku sangat ingin hamil anakmu, aku ingin darah dagingmu terlahir dari rahimku. Tetapi aku bisa apa, aku hanyalah perempuan mandul yang sama sekali tak bisa mengandung anakmu.”

“Tetapi sejak awal semua ini tidak masuk akal, bisa-bisanya kau memintaku menghamili wanita lain. Aku bukan barang yang bisa di oper ke sana kemari. Terlebih lagi aku bukan pria yang akan tidur dengan sembarang wanita, aku juga punya harga diri, Amora!”

Sean sudah terbawa emosi, bahkan tidak peduli lagi kalau kalimatnya mungkin saja akan menyakiti hati istrinya. Hanya saja dia tidak tahan lagi, diperlakukan seperti barang yang tidak punya harga diri.

Suasana di ruang tengah itu berubah dan dipenuhi atmosfer mencekam. Keduanya sama-sama diliputi kemarahan yang menggebu-gebu, ketegangan di antara mereka sama sekali tak bisa disembunyikan. Valerie yang menjadi orang ke tiga di sana pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Detik berikutnya, Sean dan Valerie dibuat terkejut ketika Amora tiba-tiba berkata, “Kalau begitu kamu harus memilih, ceraikan aku atau hamili wanita itu!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status