Dengan tertatih-tatih, Valerie memunguti pakaiannya yang dirobek dengan paksa oleh Sean sebelumnya, layaknya tengah memunguti harga dirinya yang telah dihancurkan oleh bosnya.
“Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Pergi dari sini!”Sekali lagi suara teriakan Sean menggema, meneriakkan kebenciannya pada perempuan murahan itu.Tanpa mengatakan apa pun, Valerie pergi dari apartemen itu dalam keadaan yang sangat kacau. Kemeja yang dikenakan tidak lagi menutupi tubuhnya dengan sempurna, rambut yang acak-acakkan dan wajah yang sudah bersimbah air mata.Siapa pun yang melihatnya sudah pasti berpikir bahwa dia adalah perempuan korban pemerkosaan.‘Ya Tuhan! Bagaimana ini …. semuanya sudah hancur.’Uang satu milyar itu tidak akan menjadi miliknya. Operasi ibunya akan gagal, ditambah dia pasti akan dipecat dari Kyler Group. “God! Apa yang terjadi?”Di tengah rasa kalutnya, Amora tiba-tiba muncul di hadapannya.“Apa kau sudah berhasil tidur dengan suamiku?” tanyanya kembali setelah meneliti keadaan Valerie.Valerie menggeleng sebagai jawaban.Tahu ada yang salah di sini, Amora langsung menarik tangan Valerie untuk mengikutinya.“Kita akan ke mana, Nyonya?”“Jangan banyak tanya dan ikut saja denganku!”***Belum usai rasa pusing menderanya, gebrakan pintu yang terbuka dengan keras kembali mengambil alih perhatian Sean. Saat mendapati istrinya lah yang datang, amarah itu seketika mereda.“Hai, Sayang. Apa yang membawamu ke sini—”Kalimat Sean terputus saat tatapannya beralih ke belakang Amora. Di sana ... perempuan yang sejak tadi memancing amarahnya masih berdiri dengan diam.“Kenapa kau masih membawa ke sini wanita murahan itu, Amor?” tanya Sean dengan suara dingin.Amora mendekat ke arah suaminya. “Dia bukan wanita murahan, tetapi dia calon ibu dari anak kita, Sean!”“Keputusanku sudah bulat, Amor. Aku tidak akan menidurinya, apalagi sampai membuatnya hamil. Lupakan semua idemu untuk mempunyai anak mulai sekarang, Amora!”“Apa maksudmu? Apa kau sadar dengan yang kau katakan, Sean?” tanya Amora dengan wajah terkejut.“Aku jijik padanya! Aku sama sekali tidak bernafsu untuk tidur dengannya. Jadi jangan harap aku sudi menidurinya, apalagi sampai menghamilinya!” ucap Sean yang menatap ke arah Valerie dengan tatapan menghina.Sedangkan Valerie yang mendapat hinaan itu hanya bisa meremas jari jemarinya, semakin merasa rendah diri karena perkataan Sean.Amora menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak setuju. “Kamu telah sepakat sebelumnya, lalu kenapa tiba-tiba berubah pikiran, Sean? Aku tidak mau, kamu tetap harus menghamili Valerie apapun caranya!”Sean menyugar rambutnya dengan kasar, frustasi akan permintaan konyol dari istrinya.“Tolong lupakan semua ide tentang memiliki anak mulai sekarang, Amor. Sudah aku tegaskan sebelumnya, aku tidak ingin memiliki anak. Jadi aku tidak perlu menghamili wanita murahan itu,” kata Sean dengan nada lebih lembut.“Kamu sudah gila! Kita sudah membahas ini berkali-kali tentang konsekuensi apa yang akan aku terima jika sampai tahun depan aku belum juga memberikan keturunan pada keluargamu. Kita akan dipisahkan, Sean. Orang tuamu akan membuat kita bercerai!” Amora berteriak putus asa.Ibu suaminya itu memang sudah mewanti-wantinya untuk segera hamil paling lambat tahun depan, kalau tidak perempuan paruh baya itu sendiri yang akan membawanya ke dokter obgyn kepercayaannya untuk memeriksa keadaan Amora. Dan jika itu terjadi, apa yang disembunyikan selama ini akan ketahuan, bahwa dirinya adalah perempuan mandul.Dan setelah itu, tentu saja perceraian yang akan membayangi pernikahannya dengan Sean. Orang tua suaminya mana bisa terima mempunyai menantu yang tidak sempurna seperti dirinya.“Aku mandul, Sean. Kamu memang bisa menerima itu, tetapi orang tuamu tidak!” teriak Amora lagi, benar-benar terlihat putus asa.Valerie yang sejak tadi diam menunduk mendengar perdebatan keduanya, seketika mengangkat kepalanya. Jadi inilah alasannya, Amora Tsamara mandul sehingga butuh rahimnya.“Aku tidak mau menduakanmu, Amora. Wanita itu memintaku untuk menikahinya terlebih dahulu sebelum menghamilinya!” Sean mengancungkan tangannya ke arah Valerie yang semakin mencicit ketakutan. “Perempuan murahan itu menginginkan pernikahan, sedangkan bagiku hanya kamu satu-satunya orang yang akan aku bawa ke altar pernikahan dan berjanji di depan Tuhan, bukan perempuan itu atau yang lainnya.”Seharusnya Amora begitu terenyuh saat mendengar secara langsung bagaimana setianya Sean kepada dirinya dan tidak berniat sedikit pun untuk mengkhianati ikatan suci pernikahan mereka. Hanya saja, hal ini tidak penting lagi jika dia ketahuan mandul.“Sean, lihat aku, Sayang! Aku tidak peduli kamu menduakan aku atau apa pun itu, bagiku hanya aku satu-satunya istri kamu,” kata Amora. “Hanya saja, lakukan saja keinginan wanita itu dan hamili segera, setelah itu kamu bisa menceraikannya dan kita bisa berbahagia. Hanya kita berdua dan anak kita.”Melihat suaminya diam dan tampak mencerna perkataannya, Amora mendekat dan menggenggam kedua tangan suaminya dengan lembut. “Kamu menyayangiku, bukan? Kamu mencintaiku, kan?”Air mata keputusasaan kini sudah memenuhi wajah cantik Amora. Sungguh, harapan terakhirnya hanya ini dan dia tidak boleh gagal.“Kenapa kamu begitu egois dan begitu terobsesi dengan anak, Amora? Kenapa kamu tidak bisa mengerti dengan perasaanku saat ini? Aku menolak karena aku tidak ingin menduakanmu, kenapa kamu tidak bisa mengerti itu!”Sean yang sejak tadi berusaha menahan diri, akhirnya tak tahan lagi. Pada akhirnya ia juga ikut meninggikan suara di depan istrinya. Sean hanya tidak paham kenapa Amora berakhir seegois ini.“Karena aku tidak mau kehilanganmu, Sean!” balas Amora tak kalah kerasnya. “Aku sangat ingin hamil anakmu, aku ingin darah dagingmu terlahir dari rahimku. Tetapi aku bisa apa, aku hanyalah perempuan mandul yang sama sekali tak bisa mengandung anakmu.”“Tetapi sejak awal semua ini tidak masuk akal, bisa-bisanya kau memintaku menghamili wanita lain. Aku bukan barang yang bisa di oper ke sana kemari. Terlebih lagi aku bukan pria yang akan tidur dengan sembarang wanita, aku juga punya harga diri, Amora!”Sean sudah terbawa emosi, bahkan tidak peduli lagi kalau kalimatnya mungkin saja akan menyakiti hati istrinya. Hanya saja dia tidak tahan lagi, diperlakukan seperti barang yang tidak punya harga diri.Suasana di ruang tengah itu berubah dan dipenuhi atmosfer mencekam. Keduanya sama-sama diliputi kemarahan yang menggebu-gebu, ketegangan di antara mereka sama sekali tak bisa disembunyikan. Valerie yang menjadi orang ke tiga di sana pun tidak bisa berbuat apa-apa.Detik berikutnya, Sean dan Valerie dibuat terkejut ketika Amora tiba-tiba berkata, “Kalau begitu kamu harus memilih, ceraikan aku atau hamili wanita itu!”Valerie duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tidak percaya jika hari ini ia akan menikah.Setelah Amora melontarkan ancamannya kemarin, pada akhirnya Sean setuju untuk menikah. Hanya pernikahan siri dan hanya disaksikan beberapa orang. Hanya Amora dan dua orang lainnya, sekretaris pribadi Sean dan asisten Amora.Valerie menghela napas, menunduk menatap tubuhnya. Dia bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin seperti impiannya semasa kecil, hanya kemeja kerja yang sudah terlihat lusuh.“Kau sudah siap?” Suara itu mengejutkan Valerie dari lamunannya, dan dengan cepat mengangkat kepala dan menemukan Amora di sana.“Aku sudah siap, Nyonya,” balasnya.“Ingat, ini hanya pernikahan di atas kertas. Jangan pernah jatuh cinta pada suamiku, setelah kau berhasil melahirkan anakku kau harus siap untuk diceraikan.”Peringatan dari Amora dibalas anggukan oleh Valerie. Memangnya apa yang diharapkan dari semua ini, Valerie sudah menerima takdirnya dijadikan ibu pengganti.
Perempuan itu menunduk melihat perban yang melingkar membalut kakinya. Luka yang ditimbulkan dari keganasan Sean semalam. Hadiah malam pertama dari pria itu meninggalkan bekas pada tubuhnya.Namun, meski luka itu membuat cara jalannya tertatih, Valerie tetap memaksakan diri untuk masuk bekerja. Dia tentu saja masih butuh pekerjaan ini, meskipun kesempatannya untuk kembali bertemu pria gila itu bisa saja terjadi.‘Semoga hari ini aku tidak bertemu pria gila itu lagi,’ batinnya di dalam hati.Karena terlalu tenggelam dalam lamunannya, Valerie sampai tidak menyadari ada sesuatu di hadapannya hingga tabrakan kecil tak bisa dielakkan.Byurr~~Minuman dingin dengan warna cokelat itu tumpah mengenai rok pensil yang dikenakannya dan jatuh ke kakinya yang diperban. Rasa perih langsung menyeruak dari luka yang terkena air dingin, namun Valerie tidak mempedulikan itu karena di detik berikutnya suara anak kecil menangis langsung menggema. “Akhh ... ayah ....”Tangisan melengking itu langsung men
Sepulang bekerja, Valerie menyambangi rumah sakit terlebih dahulu untuk mengecek keadaan ibunya. Setelah mendengar langsung dari dokter bahwa operasinya sudah di jadwalkan, Valerie menjadi sedikit tenang dan bahagia.Karena perasaan membuncah menyelimuti perasaannya, Valerie berniat membuat makan malam yang layak untuk di santap malam ini. Terlebih akhir-akhir ini dia tidak terlalu memperdulikan makanannya, yang berimbas pada tubuhnya yang semakin kurus.“Wangi sekali, pasti nikmat,” puji Valerie pada hasil makanannya sendiri. Ayam goreng kecap kesukaannya.Valerie bergerak ke meja makan bersiap untuk menikmati makan malamnya, namun bunyi bip yang menandakan ada yang membuka pintu menghentikan aktivitas Valerie.Sejujurnya Sean malas sekali bertemu dengan Valerie malam ini, terlebih lagi saat mengingat kejadian tadi siang saat mendapati Valerie yang tampak kegatelan dan menggoda salah satu karyawannya.Namun, ada berkas yang ter
Amora sangat cantik malam ini dalam balutan dress of shoulder hitam. Di mata Sean, istrinya itu selalu tampak cantik dan sempurna.Dengan langkah panjang, Sean langsung menghampiri Amora yang tampaknya belum menyadari kehadirannya. “Hai, Sayang. Sudah lama menunggu?”Amora menoleh dan langsung tersenyum semringah saat melihat Sean. “Baru saja, Sayang.”Sean langsung membawa Amora ke dalam pelukannya, mengecup kanan kiri pipi istrinya, dan berakhir mengecup lama bibir yang dipoles listip berwarna merah itu.“Kau sangat seksi malam ini, Sayang!” puji Sean meneliti tampilan Amora yang benar-benar sempurna.Dengan tatapan menggoda, Amora mengedipkan satu matanya dengan manja ke arah suaminya. “Aku sengaja untuk menggodamu, Sayang.”Sean menyeringai. “Aku bisa saja langsung menerkammu di sini, Amor.”Amora tergelak. “Easy, boy. Kita harus makan malam dulu supaya punya tenaga untuk bertempur malam ini.”
Valerie berlarian sepanjang koridor rumah sakit dengan wajah yang sudah bersimbah air mata. Rasa takut terus mengganggunya sepanjang perjalanan, ibunya kembali mengalami serangan dan itu tentu saja bukan sesuatu yang baik.Penyesalan besar akan menghantuinya jika sesuatu yang fatal terjadi pada ibunya dan dia tidak ada di sana.“Bagaimana dengan ibuku?” tanya Valerie saat berpapasan dengan suster Anna ketika dia hendak memasuki ruangan perawatan ibunya.Suster Anna adalah teman ibunya yang kebetulan bekerja di rumah sakit ini, alhasil suster Anna sendiri yang menawarkan diri untuk merawat ibunya. Dan Valerie bersyukur akan hal itu, di samping suster Anna begitu baik, Valerie juga merasa ada sosok ibunya di dalam diri suster Anna.“Ibuku baik-baik saja kan, Suster?” Air mata Valerie semakin meluruh membasahi pipinya.Suster Anna langsung membawa Valerie ke dalam pelukannya, mendekapnya erat dengan penuh kasih sayang. Menyalurkan
Langkah kaki kurus itu tergesa-gesa seakan dikejar waktu, dengan masih menggunakan heels kerjanya Valerie buru-buru memasuki pusat perbelanjaan terbesar di kota ini.Melihat keramaian di sana sini, dan megahnya tempat itu. Valerie sadar jika ia sudah terlalu lama tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Sudah setahun ini, kehidupan Valerie hanya berotasi antara kantor, rumah sakit, dan rumah kecilnya.Dan rasanya ia merindukan tempat seramai ini, walau hanya sekedar melepas lelah. Dia kembali merasakan hidup di tengah-tengah kekacauan yang silih datang berganti di dalam kehidupannya.Kemarin Amora sudah mengirimkan sebuah alamat. Klinik kecantikan yang berada di area mall besar ini.Amora memintanya untuk bertemu di sana, sekaligus meminta Valerie untuk treatment kecantikan. Seumur hidupnya ia memang tidak pernah melakukan hal tersebut, menghambur-hamburkan uang untuk mempercantik diri adalah hal terakhir yang akan dilakukan.Vale
Mobil berwarna merah itu berhenti tepat di depan lobby hotel Gold. Sebelum turun, berkali-kali Amora menghirup napas dalam, berusaha menenangkan perasaannya. Ini pertemuan pertama mereka setelah lama berpisah, jadi tentu saja Amora gugup.Merasa dirinya sudah mulai terkendali, barulah wanita cantik itu turun. Tetapi sebelum itu, ia memperhatikan wajah dan tampilannya. Entahlah, hanya karena meminta bertemu Amora sampai datang ke klinik kecantikan untuk mempercantik diri. Amora hanya merasa, dia perlu tampil cantik di hadapan mantannya itu.Amora kali ini menggunakan mantel hitam yang menutupi dressnya, dan topi yang lumayan lebar untuk menenggelamkan wajahnya. Walaupun penjagaan hotel ini sangat ketat, ia merasa harus antisipasi jika ada paparazi atau orang yang mengikutinya.Artis papan atas sepertinya tentu saja banyak yang mencari celahnya untuk dijadikan bahan gosip.Baru saja masuk lebih dalam ke area restoran yang berada di lantai da
Sean menghembuskan napas lelah, sudah larut malam tetapi dia masih menyibukkan diri perusahaan. Alasannya tentu saja karena dia tidak ingin bertemu dengan Valerie dan melakukan permintaan Amora agar menidurinya malam ini.Alhasil, dia baru pulang setelah larut malam. Berharap Valerie sudah tertidur, sehingga dia punya alasan untuk tidak menidurinya malam ini. Jadi setelah mengirimkan pesan untuk istrinya, Sean langsung mengemudikan mobilnya ke apartemen Valerie.Dalam perjalanan, Sean terus merutuki permintaan istrinya. Kenapa juga Amora begitu memaksanya untuk segera meniduri perempuan murahan itu?Tak butuh waktu lama untuk tenggelam dalam pikirannya, mobilnya sudah berhenti tepat di depan lobby apartemen. Menghembuskan napas kesal, Sean akhirnya turun dan melangkah masuk ke dalam apartemen itu.Sepanjang di dalam lift, Sean tak bisa tidak membayangkan wajah jelek istri keduanya. Mengingat hal tersebut, ia semakin malas untuk menginjakk